Selamat datang di Crent Regeneration.

Terimakasih atas kunjungan anda.
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."(Ef 2:19,8-10)

12/24/2011

UNDANGAN KAIN LAMPIN.

UMDANGAN KAIN LAMPIN.
Nats : Inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan kain lampin dan terbaring di dalam palungan (Lukas 2:12)

Lukas 2:8-20

Seorang sutradara film pendek dari Jakarta mendapatkan penghargaan dari sebuah festival film di Eropa. Panitia mengundangnya, tetapi hanya akan menanggung akomodasinya selama ia di sana. Ia harus membiayai sendiri seluruh perjalanannya. Karena tidak berhasil mendapatkan dukungan sponsor, terpaksa ia batal pergi. Penghargaan pun diserahkan tanpa kehadirannya.

Ya, ada undangan yang malah membuat kita termangu karena tidak mampu memenuhinya. Ini sangat berbeda dengan undangan Yesus Kristus. Bayangkan seandainya malaikat berkata: "Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan kain lenan halus dan terbaring di kamar anak raja di istana." Tentulah para gembala akan menggelengkan kepala. "Ini bukan undangan untuk kita. Bagaimana kita bisa ke sana? Baru mau masuk ke gerbang istana saja pasti sudah diusir. Memangnya siapa kita ini?"

Syukurlah, malaikat menggunakan kata sandi lampin dan palungan. Ah, wajah para gembala itu tentu terangkat sumringah. "Ah, Dia sama dengan kita. Kita bisa datang menjenguk-Nya. Yuk, kita pergi ke sana." Dan, begitulah, mereka menjadi orang-orang pertama yang berkesempatan menyambut kedatangan Mesias.

Yesus Kristus masih mengedarkan "undangan kain lampin" sampai saat ini. Dia membuka pintu selebar-lebarnya. Tidak ada tembok penghalang. Tidak ada dress code yang membatasi. Bagaimanapun keadaan kita, di mana pun kita berada, kita bisa datang kepada-Nya dengan keseluruhan diri kita. Apa adanya. Tanpa embel-embel. Tanpa riasan. Dia pasti menyambut kita dengan tangan terbuka --ARS

YESUS KRISTUS MENJADI ANAK MANUSIA AGAR KITA DAPAT MENDATANGI DAN MENGENAL-NYA kita bisa datang kepada-Nya dengan keseluruhan diri kita. Apa adanya. Tanpa embel-embel. Tanpa riasan. Dia pasti menyambut kita dengan tangan terbuka. MERRY CHRISTMAS.
Published with Blogger-droid v2.0.2

MERRY CHRISTMAS.

MERRY CHRISTMAS.

Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa ... mereka akan menamakan Dia Imanuel
(Matius 1:21,23)

Matius 2:13-18

Dengan singkat, tetapi mempesona, Matius menuturkan sukacita Natal yang pertama. Mesias yang dijanjikan Allah selama berabad-abad, telah datang. Orang Majus, yang dianggap kaum cerdik pandai dari dunia timur, sujud menyembah-Nya. Mereka datang tidak dengan tangan hampa, tetapi membawa upeti layaknya persembahan bagi raja.

Namun, secara mengejutkan Matius menyelipkan kisah pilu para ibu di Betlehem, yang meratap karena bayi mereka dibunuh tentara Herodes. Rupanya Herodes marah karena merasa dibohongi Orang Majus. Maka, ia memerintahkan pembunuhan itu karena ia tak mau seorang raja lain tumbuh dan kelak menumbangkan takhtanya. Akan tetapi, sepasang suami istri muda dengan berani membawa lari bayi mungil mereka, yakni bayi Yesus. Bayi yang kelak akan memberikan seluruh hidup-Nya untuk menebus dosa dunia. Termasuk dosa Anda dan saya! Sekarang, sebagai orang yang diberi hak hidup karena diselamatkan dari kematian kekal, apa yang seharusnya kita lakukan bagi mereka yang masih dikungkung dosa?

SEBAGAI ORANG YANG DIBEBASKAN DARI BENCANA KEMATIAN

KITA HARUS TERUS MENCARI JIWA YANG PERLU DISELAMATKAN. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

PENGHARAPAN ITU TELAH DATANG.

PENGHARAPAN ITU TELAH DATANG.
Yesaya 8:23-9:6

Sebagian besar umat kristiani merayakan hari ini sebagai hari Natal. Apa yang kita ingat sewaktu merayakan natal? Kelahiran Yesus sebagai bayi? Atau Sang Mesias yang membawa pengharapan?

Yesaya 8:23-9:6 berkonteks kehidupan Yehuda yang dilanda ketakutan terhadap ancaman Aram dan Israel. Ahas mengambil keputusan yang salah, meminta pertolongan kepada Asyur dan bukan kepada Tuhan. Yehuda adalah bangsa yang berjalan dalam kegelapan karena dipimpin oleh raja yang tidak takut Tuhan.

Allah menjanjikan Mesias. Ia akan membawa pengharapan bagi umat-Nya. Kedatangan-Nya membuka babak baru dalam hidup umat-Nya. Manusia yang dikuasai kegelapan dosa, kini melihat Terang yang besar yang mengenyahkan kegelapan. Kedatangan-Nya mengubah kedukaan yang mencekam menjadi sukacita besar. Ia membuat manusia lepas dari belenggu dosa yang menindas dan memberikan damai sejahtera yang mampu mengenyahkan perang dan perseteruan (1-4).

Janji Mesias ini telah digenapi dengan kelahiran Yesus. Dua hal penting yang dikatakan Yesaya mengenai Yesus adalah bahwa Dia adalah manusia sejati dan Allah sejati. Yesus adalah manusia sejati sesuai perkataan 'seorang anak telah lahir'. Yesus Kristus adalah Allah sejati nampak dari empat nama Ilahi: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, dan Raja Damai.

Natal bukan perayaan ulang tahun Yesus, melainkan kedatangan Yesus ke dunia yang memberikan pengharapan kepada manusia berdosa. Jika Yesus sudah lahir 2000 tahun yang lalu, mengapa masih ada orang yang hidup tanpa pengharapan dan damai? Bukankah Sang Raja Damai itu telah datang? Betul, dan itulah tugas kita untuk memperkenalkan Yesus sang Raja Damai itu, dan momen natal adalah salah satu kesempatan yang dapat kita pakai. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

12/23/2011

RAJA DAMAI.

RAJA DAMAI.
Yesaya 11:1-10

Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ia sanggup menyucikan manusia berdosa oleh darah Kristus. Ia sanggup memulihkan relasi yang sudah rusak. Mulai dari manusia berdosa terhadap Diri-Nya yang kudus, bahkan sampai setiap relasi yang ada di dalam dunia yang sudah rusak oleh dosa. Itulah yang tergambar dari pasal 11 yang begitu terkenal ini.

Segera setelah penggambaran penghancuran Asyur, si sombong yang lupa diri itu (10:33-34), Allah menyatakan bangkitnya kembali Yehuda/Israel yang sempat terpuruk (11:1). Seorang raja keturunan Daud akan kembali di takhta Israel, sebagaimana janji Allah kepada Daud yang tak pernah diingkari-Nya. Dulu Roh Allah pernah meninggalkan Saul untuk hadir dan memimpin Daud sebagai raja Israel. Kelak seorang raja keturunan Daud kembali mengalami pengurapan Roh Kudus (2) sehingga kepemimpinannya bukan hanya kembali kepada kegemilangan Daud bahkan jauh lebih cemerlang. Kepemimpinannya itu membawa keteraturan dan keadilan kepada semua orang (4-5). Dampak dari keteraturan dan keadilan adalah kedamaian yang digambarkan seperti kembali ke taman Eden tanpa dosa, dengan semua binatang tunduk kepada manusia (6-8). Kepemimpinannya pun tidak hanya sebatas bangsa Israel melainkan merambah ke semua bangsa (10).

Siapa tunas Daud? Secara sejarah Perjanjian Lama, Yosia disebut sebagai salah satu dari figur yang membawa pemulihan umat Yehuda pada zamannya. Namun, dalam skala yang lebih global dan universal Tuhan Yesus adalah Mesias keturunan Daud yang secara tuntas akan membawa pemulihan tersebut. Kedatangan-Nya yang pertama telah menyelesaikan masalah dosa dan maut, lewat kematian dan kebangkitan-Nya. Kapankah masa kedamaian itu? Kita dapat berkata di hati setiap orang percaya, telah ada keteraturan dan keadilan yang memancarkan damai sejahtera ke sekelilingnya. Sambil menantikan kedatangan-Nya kedua kali yang membawa kesempurnaan taman Eden tersebut, mari kita mewujudkannya lewat hidup kita, memancar ke sekeliling kita! ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

KESOMBONGAN ROHANI.

KESOMBONGAN ROHANI.
Yesaya 9:7-10:4

Dalam bukunya, "Tujuh dosa yang mendatangkan maut", Billy Graham menempatkan kesombongan pada urutan pertama. Kesombongan mendahului kehancuran. Itu yang terjadi dengan Samaria, Israel Utara. Perikop hari ini melukiskan kesombongan Israel dan sifat tidak mau bertobat yang gigih, serta murka dan hukuman Allah atas mereka; walau dalam kesulitan besar mereka tidak bersedia merendahkan diri dan berbalik kepada Allah.

Bahkan sesudah penyerbuan Tiglat-Pileser, raja Asyur atas Samaria, Efraim masih saja mengabaikan peringatan Allah. Dengan sombong mereka hendak membangun kembali negeri mereka yang hancur dan membuatnya lebih kuat serta lebih megah daripada sebelumnya (8, 9). Waktunya akan segera tiba, bekas sekutu-sekutu mereka, yaitu Siria dan Filistin, akan bergabung dengan pasukan Asyur untuk menyerbu dan membinasakan Samaria. Semua pemimpin akan dibinasakan bersama anak-anak mereka (13-14). Dosa mengandung benih hukuman dan kebinasaannya sendiri. Akan muncul ketakutan akan perang saudara antara Efraim dan Manasye, dua suku utama yang membentuk Kerajaan Utara (17-20).

Empat kali Tuhan memberi peringatan (11, 16, 21;10:4). Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya murka Tuhan. Namun, Tuhan masih memberi mereka kesempatan untuk bertobat. Sayang, mereka tidak juga bertobat. Perbuatan dosa semakin merajalela. Para pemimpin dengan biadab menindas rakyat dan menyalahgunakan kekuasaan (17-20). Moralitas para penegak hukum juga rusak total. Apabila kekejaman, kecurangan, keserakahan yang dimenangkan, apalagi yang dapat diharapkan dari para pelaku peradilan (1-4)?. Maka, tidak ada pilihan lain kecuali penghukuman, kesombongan mereka telah mendahului kehancuran mereka.

Menjelang akhir tahun ini, mari kita evaluasi hidup kita. Berapa banyak peringatan dan kesempatan yang berikan kepada kita untuk bertobat? Marilah dengan rendah hati kita akui kegagalan dan dosa-dosa kita, dan berbalik kepada Allah. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

SUAM-SUAM KUKU.

SUAM-SUAM KUKU.
Wahyu 3:14-22

Surat yang ketujuh ditujukan kepada jemaat di Laodikia. Tuhan memulai surat-Nya dengan memperkenalkan diri-Nya 'Amin', artinya 'benar atau pasti atau setia', untuk menegaskan bahwa Dia dapat dipercayai. Dia adalah 'Saksi yang setia dan benar' (14). Firman-Nya benar, berotoritas dan dapat dipercayai.

Yesus menasihati untuk menyelamatkan jemaat Laodikia dari kondisi rohani 'suam-suam kuku', tidak dingin atau tidak panas (15-16). Suam-suam kuku terjadi apabila orang merasa puas dengan dirinya sendiri sehingga ia tidak menyadari kondisi rohani yang sesungguhnya. Jemaat di Laodikia merasa kaya dan telah memperkayakan diri serta tidak kekurangan apa-apa lagi, padahal sebenarnya secara rohani mereka malang, miskin, buta, dan telanjang (17). Mereka percaya kepada Yesus, tetapi tidak mengandalkan Dia. Mereka percaya kepada-Nya tetapi tidak menjadikan Dia Tuhan di dalam hidup mereka.

Yesus tidak menyukai orang yang suam-suam kuku, yaitu orang yang percaya kepada-Nya dengan tidak sepenuh hati (bdk. Mat. 22:37-39). Bagi Tuhan adalah lebih baik jika orang memilih 'Ya' dan mengasihi Dia dengan segenap hati atau memilih untuk menolak Dia dan berkata 'Tidak' sama sekali. Ungkapan 'Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku' (16) adalah gambaran yang sangat jelas bahwa Dia akan menolak orang yang setengah hati. Karenanya, Yesus menasihati jemaat Laodikia, dan setiap orang percaya agar mereka bertobat dan berpaling kepada Tuhan (19). Setiap orang percaya dapat mengalami secara cuma-cuma kekayaan rohani dan kepuasan sejati ketika dia menyadari kemiskinannya dan mempersilakan Yesus tinggal di dalam hati dan menguasai seluruh hidupnya sebagai Tuhan. Kepuasan sejati hanya dapat dialami di dalam persekutuan dengan Dia (20).

Apabila kita mempersilakan Yesus menduduki takhta di hati kita, Dia berjanji akan mendudukkan kita bersama-sama dengan Dia di takhta-Nya (21). Jikalau Yesus memerintah hidup kita, maka kita pun akan hidup dan memerintah bersama-sama dengan Dia. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

12/21/2011

JEMAAT YANG TERTIDUR.

JEMAAT YANG TERTIDUR.
Wahyu 3:1-6

Berbeda dengan surat-surat lainnya, surat kepada jemaat Sardis ini tidak merinci satu pun musuh atau bahaya dari dalam atau dari luar. Masalah yang ada di dalam jemaat ini bukan dengan orang-orang Yahudi, maupun kekaisaran Romawi atau dengan guru-guru palsu, tetapi semata-mata dengan dirinya sendiri (1). Demikianlah kondisi rohani jemaat di Sardis. Mereka terlena dengan reputasi yang mereka miliki, yakni dikenal sebagai gereja yang hidup. Akan tetapi Yesus mengetahui keadaan rohani jemaat yang sesungguhnya. Sekalipun dari luar mereka kelihatan hidup, sebenarnya mereka mati atau tertidur (1).

Apa yang menyebabkan jemaat Sardis secara rohani tertidur? Oleh karena mereka cepat puas dengan apa yang mereka capai. Mereka terperangkap dalam dosa kemunafikan, yakni melakukan ibadah dan pekerjaan pelayanan semata-mata untuk menyenangkan diri sendiri atau untuk mendapatkan pujian dari manusia dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Yesus mengecam pekerjaan yang demikian (bdk. Mat. 6:1-2, 5; 23:2-7). Dia menilai bahwa tidak satu pun dari pekerjaan mereka didapati sempurna di hadapan Allah (2b). Mereka hanya menerima dan mendengar firman Tuhan, tetapi tidak menaatinya (3).

Yesus menegur dan masih memberikan kesempatan kepada jemaat Sardis untuk memperbaiki diri dan bertobat (2). Kondisi tertidur secara rohani kalau tidak dibereskan dapat berakibat fatal (3, 5). Yesus menasihati agar motivasi mereka beribadah dan melakukan segala sesuatu bukan lagi karena mau mencari pengakuan manusia yang bersifat sementara. Ibadah harus dilakukan dalam ketulusan karena kasih dan ketaatan terhadap firman Tuhan. Hal itulah yang bernilai kekal (2-6).

Kehidupan rohani jemaat Sardis menjadi pelajaran rohani yang berharga bagi kita yang hidup pada masa kini. Jikalau tidak waspada, kita pun dapat terlena dan tertidur. Mari kita tetap berjaga-jaga dan melakukan ibadah dan pelayanan kita dengan hati yang tulus mengasihi Tuhan dan ingin menyenangkan hati-Nya. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

BALAS MELUKAI.

BALAS MELUKAI.
Nats : Janganlah berkata: "Sebagaimana ia memperlakukan aku, demikian kuperlakukan dia. Aku membalas orang menurut perbuatannya" (Amsal 24:29)

Bacaan : 1 Petrus 2:16-25

Adi yang berusia tujuh tahun menangis di ruang tamu. Ketika ditengok ibunya, ternyata ia menangis karena rambutnya ditarik-tarik oleh Bram, adiknya. "Sudahlah, Adi, jangan marah, " kata si ibu. "Adikmu baru tiga tahun. Ia belum tahu bahwa rambut itu sakit kalau ditarik." Setelah tangisnya reda, si ibu kembali ke dapur. Namun, sesaat kemudian terdengar Bram yang menangis! "Ada apa lagi ini?" tanya si ibu kesal. Seketika Adi menjawab dari ruang tamu: "Bu, sekarang Bram sudah tahu rasanya!"

Orang yang terluka biasanya terdorong untuk membalas. Terkadang tanpa disadari. Rasa dendam yang menyelinap di hati membuat kita tak lagi bebas mengasihi semua orang. Bagaimana mengatasinya? Petrus menasihati agar kita "hidup sebagai orang merdeka". Seseorang disebut merdeka jika jiwanya bebas dari dendam. Bebas dari niat membalas kejahatan dengan balik berbuat jahat. Dengan jiwa yang merdeka, kita bisa menghormati semua orang, termasuk majikan yang bengis terhadap kita (ayat 18-19). Petrus menjadikan Yesus sebagai contoh. Ketika dicaci maki hati-Nya terluka, tetapi Dia tidak balas melukai orang. Apa rahasianya? Dia menyerahkan urusan pembalasan itu kepada Bapa!

Adakah dendam dalam hati Anda? Niat balas dendam membuat hati tidak bisa lagi bening. Pikiran menjadi ruwet. Bahkan, bisa membuat kita nekat berbuat jahat. Kadang kala orang yang tidak melukai kita pun bisa kena getahnya. Pembalasan itu melumpuhkan dan membahayakan! Lebih baik serahkan sakit hati kita kepada Allah. Mintalah kepada Dia untuk mengambil alih perkara itu dan membebaskan jiwa Anda.

PEMBALASAN HANYA AKAN MELUMPUHKAN ANDA IA TIDAK BISA MEMBEBASKAN ANDA.
Published with Blogger-droid v2.0.2

BEREBUT KEPEMIMPINAN.

BEREBUT KEPEMIMPINAN.
Nats : ... sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28)

Bacaan : Matius 20:20-28

Perilaku anak-anak kerap membuat kita geli dan gemas. Kita memaklumi tingkah mereka sebab mereka memang tengah dalam tahap pertumbuhan dan pencarian jati diri. Akan tetapi, apabila perilaku itu terus terbawa sampai orang itu dewasa, itu bisa membuat muak. Kita menyebutnya kekanak-kanakan.

Sikap kekanak-kanakan itulah yang diperlihatkan oleh para murid ketika mempertengkarkan siapa yang lebih besar, siapa yang paling pantas memimpin, di antara mereka. Mereka ingin berada di posisi kepemimpinan, suatu posisi yang menuntut kedewasaan, tetapi mereka memandang kepemimpinan sebagai dunia yang berpusat pada aku, diriku, dan milikku. Kepemimpinan disambut sebagai wahana untuk memuaskan kepentingan dan ambisi pribadi.

Tuhan Yesus mengoreksi pandangan tersebut. Dia mengajukan cara pandang yang menjungkirbalikkan perspektif para murid. Kepemimpinan sejati tidak berfokus pada diri sendiri, tetapi pada kesejahteraan orang lain. Bekal utamanya ialah kerendahan hati dan kesediaan untuk melayani sesama. Seorang pemimpin akan rela menyingkirkan kepentingan pribadinya demi memberikan sumbangsih yang bermakna bagi orang banyak. Kepemimpinan, dalam pandangan Yesus, bukan terutama mengacu pada kedudukan, melainkan pada sikap dan motivasi hati.

Bagaimana kecenderungan kita? Mengejar posisi atau mengutamakan kesediaan untuk melayani sesama? Mengincar keuntungan pribadi atau sungguh-sungguh rindu untuk memberkati orang lain, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan diri? Bersediakah kita merendahkan diri sebagai pelayan?

KEPEMIMPINAN ADALAH PANGGILAN YANG LUHUR DAN TINGGI

SEHINGGA UNTUK MERAIHNYA KITA HARUS MERENDAHKAN DIRI. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

TOLERANSI YANG KELIRU.

TOLERANSI YANG KELIRU.
Wahyu 2:18-29

Surat kepada jemaat di Tiatira adalah surat yang paling panjang. Nampaknya jemaat ini menghadapi persoalan serius yang datangnya dari dalam, yaitu sikap toleran. Toleransi mengatakan bahwa semua pandangan sama-sama sah dan tidak ada yang mutlak. Satu-satunya yang mutlak adalah bahwa tidak ada kemutlakan. Kita harus dapat menerima segala sesuatu, kecuali sikap tidak toleran. Dengan mengorbankan kebenaran gereja tidak memiliki dasar iman yang menjadi kaidah hidup.

Sikap toleran inilah yang Yesus tegur dari jemaat Tiatira. Mereka tidak berani menolak dengan tegas terhadap masuknya pengajaran yang menyesatkan orang-orang percaya dan membiarkan perbuatan dosa di dalam jemaat (20). Pengaruh ajaran sesat melalui seorang nabiah yang djuluki wanita 'Izebel' ini, mengingatkan kita pada Perjanjian Lama, yaitu pada isteri Raja Ahab, yang memperdaya dan memengaruhi raja dan seluruh bangsa Israel untuk berpaling dari Allah Yang Hidup dengan menyembah dewa Baal dan Asyera (1Raj. 16:31-33; 2Raj. 9:22).

Kepada yang belum tersesat Yesus menasihati agar mereka tetap berpegang teguh pada kebenaran firman-Nya. Yesus berjanji bahwa mereka akan memerintah bersama-sama dengan Dia (24-29). Kepada mereka yang telah tersesat, Yesus memberikan kesempatan untuk bertobat walaupun kesempatan itu terbatas. Kepada yang tidak mau bertobat Yesus menegaskan bahwa Dia sendiri yang akan menghukumnya (21-22).

Mengajar adalah media yang memiliki pengaruh kuat. Seorang pengajar dapat mempengaruhi murid-muridnya melalui pengajaran yang benar dan sehat atau yang menyesatkan. Hal ini seharusnya mengingatkan kita akan besarnya tanggung jawab para pemimpin, terutama pemimpin rohani (lihat Luk. 6:40; Yak. 3:1). Hal ini juga mengingatkan kita untuk memastikan bahwa kehidupan dan pengajaran para pemimpin kita benar-benar sejalan dengan kebenaran Firman Tuhan. Maka sangat penting untuk mempelajari Alkitab, firman Tuhan, secara teratur.©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

12/16/2011

HARUS PERCAYA.

HARUS PERCAYA.
Yesaya 7:1-9

Menjadi seorang pemimpin harus memiliki hikmat dan keyakinan supaya orang yang dipimpin merasa aman dan percaya penuh kepadanya. Hikmat diperlukan untuk menilai kemampuan diri sendiri secara tepat dalam memimpin. Keyakinan adalah iman kepada Tuhan yang memercayakan kepemimpinan tersebut.

Kepemimpinan Ahas diuji. Koalisi Israel dan Aram mengancam Yehuda. Karena Ahas adalah keturunan Daud, dan Tuhan telah mengikat janji kepada Daud bahwa takhta Israel selamanya ada pada keturunan Daud, seharusnya Ahas tidak perlu takut. Yesaya diutus kepada Ahas untuk meneguhkan janji tersebut. Yesaya menubuatkan umur pendek dari koalisi tersebut. Sayang, Ahas yang ketakutan menghadapi mereka (2) justru mencari pertolongan dari Asyur, (2Raj. 16:7-9).

Untuk apa Yesaya membawa putranya Syear Yasyub bertemu Ahas. Secara harfiah nama itu berarti "suatu sisa akan kembali". Tema 'sisa Israel' memang dominan di kitab Yesaya. Tema ini berbicara bahwa Yehuda tidak akan bisa menghindar dari hukuman Allah. Mereka kelak akan dihancurkan, namun tidak sama sekali. Selesai penghukuman akan ada sisa Israel yang kembali untuk membangun Yerusalem. Apakah Yesaya membawa anaknya untuk mengingatkan Ahas, bahwa 'penolakan Ahas untuk percaya' menegaskan keadilan penghukuman Allah?; bahwa Tuhan sudah tahu bangsa yang bebal ini akan menolak percaya kepada pemberitaan nabi (lihat 6:9-10)?

Apa pun alasan Yesaya, kita belajar satu hal yang penting. Ketidakpercayaan Ahas tidak membuat janji penyelamatan, maupun ancaman penghukuman Tuhan terganggu. Tuhan tetap berdaulat menyatakan rencana-Nya. Kalau demikian, tidak ada kata lain selain harus percaya kepada Allah! Apalagi kita yang dipercaya untuk memimpin umat-Nya. Jangan sekali-kali kita menaruh percaya pada pihak lain, selain Allah. Dialah yang berdaulat penuh baik untuk mengampuni maupun untuk menghukum! Di dalam Kristus kita yang percaya kepada-Nya hanya akan mengalami anugerah-Nya! ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

TUHAN MENYERTAI UMAT-NYA.

TUHAN MENYERTAI UMAT-NYA.
Wahyu 1:9-20

Kita tidak asing dengan kata 'Imanuel' yang berarti 'Allah menyertai kita, ' karena berkaitan dengan pribadi Yesus sendiri (bdk. Mat. 1:23). Penyertaan Yesus di dalam hidup kita bukan hanya pada waktu senang tetapi juga dalam keadaan sulit. Firman-Nya, "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20). Namun beratnya tantangan dan pergumulan bisa membuat kita bertanya, "Di manakah Tuhan?"

Itulah yang sedang dihadapi gereja perdana. Pemerintahan kekaisaran Romawi yang keji dan semena-mena telah merampas hak azasi mereka. Karena penderitaan yang berlarut-larut banyak yang mulai meragukan kehadiran dan penyertaan Tuhan. Di tengah situasi seperti itu, Yesus menguatkan gereja-gereja-Nya: Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia (9-11), yang mewakili gereja Tuhan dari segala abad dan tempat. Yesus memberikan penglihatan kepada Yohanes di pulau Patmos. Sebagai pernyataan bahwa Dia selalu hadir dan menyertai umat-Nya.

Kehadiran Yesus menyertai gereja-Nya dilukiskan sebagai Anak Manusia dengan segala kuasa dan kemuliaan-Nya di tengah-tengah tujuh kaki dian emas (12-16). Sebutan Anak Manusia menunjuk kepada pribadi Mesias, penguasa alam semesta, yang memiliki kemuliaan dan kekuasaan kekal sebagai Raja dan kerajaan-Nya tidak akan musnah (bdk. Dan. 7:13-14). Kepada Yohanes yang juga mengalami penderitaan karena kesaksiannya (9), Yesus berfirman, "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut." (17b-18). Sekali lagi Yesus menegaskan kemuliaan, kekuasaan dan kedaulatan-Nya.

Secara kasat mata kita tidak dapat melihat kehadiran Tuhan. Namun sesuai firman-Nya kita mengimani bahwa Dia selalu hadir dan tidak pernah meninggalkan kita. Jangan pernah sekalipun meragukan penyertaan-Nya, betapa pun berat pergumulan dan tantangan hidup. Kita harus percaya kepada-Nya selalu dan berpegang pada firman-Nya. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

12/15/2011

BELAJAR HIDUP DALAM KEBENARAN.

BELAJAR HIDUP DALAM KEBENARAN.
Mazmur 41

Mazmur 41 adalah penutup dari buku I (1-41) kitab Mazmur. Mazmur 1 membuka dan Mazmur 41 menutup dengan "Berbahagialah orang..." (1:1; 41:2). Mazmur 41 menyimpulkan buku yang berisikan aneka ragam doa dengan pelajaran hikmat. Doa orang benar didengar dan dijawab, kejahatan orang fasik mendapatkan balasan setimpal (11).

Pemamur mulai mengajar dengan pernyataan 'yang berbahagia adalah orang yang peduli terhadap mereka yang lemah' (2a). Orang sedemikian akan mengalami dipedulikan Tuhan saat ia sendiri lemah (1b-3). Pemazmur memakai contoh dirinya (5-10). Ia pernah sakit karena berdosa kepada Tuhan. Sakitnya sangat parah sehingga banyak orang percaya ia tidak akan sembuh. Orang-orang yang membenci dia akan memanfaatkan situasi sakitnya untuk menekan dia. Mereka menggosipkan dirinya bahwa Tuhan telah meninggalkannya, maka ia pasti akan mati. Teman dekatnya ikut-ikutan menghujat. Tak ada yang percaya dia akan sembuh dari sakitnya.

Ternyata, Tuhan mendengar seruan pemazmur dan menyembuhkan dirinya (11-13). Tindakan Tuhan itu membuat pemazmur bisa membalas kejahatan para musuhnya. Pembalasan yang dia maksud bukanlah pembalasan dendam, melainkan keadilan Allah ditegakkan. Orang benar mendapat berkat kehidupan, sedangkan orang fasik menerima ganjaran setimpal. Suatu pembelajaran hidup yang sangat berharga. Mazmur ini ditutup dengan doksologi atau puji-pujian bagi Tuhan (14), sekaligus sebagai penutup buku I kitab Mazmur.

Bentuk penderitaan yang dialami orang percaya bisa beraneka ragam. Mulai dari sakit penyakit, usaha bangkrut, putus cinta, kemelut rumah tangga, dsb. Namun, janji Tuhan tetap sama dan bisa diandalkan. Orang benar tetap ada dalam pemeliharaan-Nya. Maka, saat Anda menderita, carilah Tuhan, nantikan pertolongan-Nya dan naikkan syukur kepada-Nya. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

BERSANDAR PADA ANUGERAH.

BERSANDAR PADA ANUGERAH.
Mazmur 40

Pernahkah Anda menyombongkan anugerah yang Anda terima? Seperti kacang lupa kulit, kadang kita lupa bahwa keselamatan itu anugerah Tuhan sehingga kita membanggakannya sebagai hasil kebaikan sendiri. Sikap seperti itu adalah awal kejatuhan kita, kesempatan yang akan dimanfaatkan musuh kita untuk menjebak kita ke dalam dosa!

Pemazmur pernah mengalami pertolongan Tuhan dari lumpur masalah yang hampir menenggelamkan dan membinasakannya (3). Ia bisa menaikkan syukur untuk semua kebaikan yang ia terima dari Tuhan (4). Ia bertekad untuk memberitakan perbuatan ajaib Tuhan kepada semua orang. Ia menyadari bahwa Tuhan tidak menuntut ritual-ritual rohani, seperti persembahan kurban, melainkan ia melakukan kehendak Tuhan yang nyata dalam firman-Nya (8-9). Ia mau menjadi pelaku firman untuk membalas kebaikan Tuhan. Ia bertekad mengabarkan keadilan Tuhan kepada semua umat-Nya.

Pada saat yang sama, pemazmur menyadari bahwa dirinya manusia berdosa. Dia sadar bahwa anugerah yang ia telah alami tidak serta merta membuat ia kebal dari kesalahan (13). Ia sadar ia tidak boleh sombong melainkan harus terus rendah hati. Kesombongan akan membuat ia lupa bahwa ia bisa berdiri teguh karena pertolongan Tuhan semata. Ia sadar musuh mengintai untuk menjatuhkan dirinya. Begitu ia lupa anugerah, berarti ia keluar dari lingkup pemeliharaan Tuhan, musuh akan segera menyerbu. Maka dengan terus bergantung kepada anugerah, musuh tidak akan mendapat kesempatan menjatuhkannya (15-16).

Hidup anak Tuhan adalah hidup bersandar pada anugerah demi anugerah. Jangan biarkan Iblis menipu kita dengan memberikan rasa percaya diri berlebihan bahwa saya mampu hidup suci, tahan godaan karena saya kuat. Seperti nasihat Tuhan kepada Paulus, "cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2Kor. 12:9). ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN.

YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN.
Wahyu 1:4-8

Pernahkah Anda diperhadapkan dengan pilihan sulit yang berkaitan dengan iman Anda kepada Tuhan Yesus? Apakah Anda bersedia untuk membayar harga atau menanggung resiko seberat apa pun demi mempertahankan iman kepada Tuhan?

Ketika kitab ini ditulis, gereja perdana berada dalam situasi yang sulit. Domitian, Kaisar Romawi waktu itu, memerintahkan seluruh penduduk dalam wilayah pemerintahannya untuk menyembah dan mengakui Kaisar sebagai Tuhan. Orang-orang Kristen tidak mau menaatinya, karena hanya Kristuslah Tuhan dan hanya Dia yang layak disembah. Akibatnya, mereka mengalami tekanan dan penganiayaan bahkan tidak sedikit yang mati martir karena iman mereka. Melihat kenyataan yang demikian banyak yang mulai meragukan pribadi dan kuasa Tuhan Yesus.

Apakah Allah membiarkan mereka? Apakah Yesus tidak peduli dengan penderitaan mereka? Lewat wahyu kepada Yohanes, Yesus mau mendorong orang percaya agar dalam penderitaan seberat apa pun, mereka tetap mengalami anugerah dan damai sejahtera-Nya yang memberi kekuatan dan penghiburan (4). Firman-Nya mengingatkan mereka agar tetap setia kepada Yesus, karena Dia adalah Tuhan yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas kaisar dan penguasa di bumi (5). Dia adalah Allah yang Mahakuasa (8), seluruh alam semesta dan bangsa-bangsa ada di dalam kuasa-Nya. Dia akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya (7) dan membawa orang percaya bersama-sama dengan Dia selama-lamanya (bdk. 1Tes. 4:17).

Bisa terjadi bahwa karena iman kepada Tuhan Yesus, Anda harus kehilangan pekerjaan, atau ditinggalkan teman-teman. Anda dibenci, diejek, dihina, dianiaya, bahkan diancam untuk dibunuh. Di tengah pergumulan dan penderitaan seberat apa pun, Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan Anda. Mari layani Dia dengan setia karena kita tahu bahwa tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus Yesus Tuhan kita (bdk. Rm. 8:39). ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2

12/12/2011

"TUHAN TIDAK LALAI"

"TUHAN TIDAK LALAI"
2 Petrus 3:1-16

Kadang kita bertanya-tanya, kapan kejahatan akan berakhir di muka bumi ini. Kita merindukan Tuhan segera menyatakan Diri-Nya agar semua ciptaan Tuhan dipulihkan. Malahan kita melihat orang jahat dan fasik semakin meraja lela. Amoralitas dan berbagai jenis perbuatan dosa seakan marak tanpa ada yang mengekang. Di satu sisi, ini adalah tanda-tanda akhir zaman segera tiba. Di sisi lain, kita bertanya-tanya bagaimana masa depan orang percaya.

Petrus mengingatkan jemaatnya bahwa para penyesat justru mengolok-olok pengharapan orang percaya mengenai Tuhan akan datang menghakimi dunia ini dengan segala kejahatannya. Bagi para penyesat ini janji Allah adalah omong kosong. Waktu berlalu, banyak orang jahat tidak mengalami kutuk Allah. Jadi, untuk apa percaya kepada akhir zaman. Dengan sikap yang arogan seperti itu, mereka meneruskan hidup dalam kesesatan dan terus menyesatkan orang lain. Padahal mereka lupa bahwa dulu sekali Tuhan pernah menghukum dunia ini dengan air bah. Tidak ada orang berdosa yang luput dari kuasa dan keadilan-Nya. Apa yang pernah Ia lakukan, satu hari kelak akan Ia lakukan lagi dengan jauh lebih dahsyat (10). Petrus mengingatkan jemaatnya bahwa kalau Tuhan belum datang kembali, itu karena Dia panjang sabar memberi kesempatan manusia bertobat. Hal itu juga berarti kesempatan bagi anak-anak Tuhan melayani-Nya dengan memberitakan Injil masih terbuka. Kelak apabila Dia sudah datang, penghakiman dahsyat tidak terelakkan. Siapa pun yang kedapatan hidup di dalam dosa, tidak akan dapat melarikan diri dari murka Allah.

Hari Tuhan pasti dahsyat dan mengerikan bagi orang yang tidak bertobat dan yang berkanjang di dalam dosa. Petrus mengingatkan bahwa penghakiman Allah akan menghanguskan semua kenajisan dan dosa. Hal itu berarti, orang percaya tidak boleh hidup sembarangan, bermain-main dengan dosa. Kita harus senantiasa menjaga hidup kita kudus dan tak bercacat. Bila Tuhan Yesus telah kembali, kita akan menikmati persekutuan kekal dengan Dia!
©®
Published with Blogger-droid v2.0.1

HARUS BERTUMBUH.!

HARUS BERTUMBUH.!
2 Petrus 3:17-18

Penutup surat 2 Petrus ini mengulang nasihat Petrus pada khotbah mininya di pembukaan. Umat Tuhan harus bertumbuh dalam iman mereka supaya mereka tidak terseret dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum.

Seberapa sih bahayanya penyesatan yang sedang terjadi di jemaat yang dilayani Petrus ini? Bukankah Petrus sudah dengan gamblang membongkar kejahatan mereka? Bukankah Petrus sudah menunjukkan motivasi busuk mereka? Apalagi bahayanya?

Bahayanya ada pada kedagingan mereka sendiri. Bagaimana pun jemaat adalah manusia biasa yang masih memiliki tubuh lama yang bisa berdosa. Godaan dari pengajar sesat pada hakikatnya mengumbar kedagingan walau berkedok pengajaran yang canggih. Kalau jemaat tidak bertumbuh dalam iman mereka, betapa mudah untuk terjebak dengan keinginan memuaskan hawa nafsu kedagingan. Ibarat orang yang sudah pernah mencicipi sesuatu yang enak, walaupun tahu bahwa sesuatu itu racun yang perlahan namun pasti merusak, rasa enak itulah yang sulit dilawan. Mungkin dengan mengatakan, sesekali saja tidak akan apa-apa. Akan tetapi, sekali mencoba, pasti akan ada dua kali, tiga kali dan seterusnya. Jadi sangat berbahaya!

Jadi, bertumbuh dalam iman itu mutlak untuk menghindarkan diri dari kejatuhan ke dalam dosa hawa nafsu. Bagaimana caranya bertumbuh? Di khotbah mininya, Petrus mendaftarkan berbagai kebajikan yang perlu ditumbuhkembangkan dalam kehidupan orang percaya. Kebajikan atau karakter Kristus ini pada hakikatnya anugerah Tuhan kepada orang percaya. Jadi, untuk dapat bertumbuh dalam kerohanian, kita tidak dapat tidak harus bersandar penuh pada Tuhan. Jangan sekali-kali berupaya dengan kekuatan diri sendiri. Jalankan disiplin rohani membaca-gali Alkitab dengan setia. Seimbangkan kehidupan membaca firman Tuhan dengan berdoa mohon Roh Kudus memberi kekuatan dan kuasa untuk melakukan kehendak Allah dalam hidup ini. Perangi keinginan daging dengan mempraktikkan buah Roh setiap hari.! ©®
Published with Blogger-droid v2.0.1

12/09/2011

DASAR UNTUK PERCAYA.

DASAR UNTUK PERCAYA.
2 Petrus 1:16-21

Kadang waktu kita mendengarkan khotbah kita segera merasakan bahwa si pengkhotbah tidak sungguh-sungguh meyakini yang ia khotbahkan. Isi khotbahnya mungkin sangat baik, sistematis dan "alkitabiah". Namun, tidak ada rohnya. Tidak keluar dari hati yang mengasihi Allah dan mengasihi jemaat. Khotbah tersebut mungkin mencerahkan intelektual jemaat, tetapi tidak membangun kerohanian mereka.

Petrus ketika menyampaikan nasihatnya, bukan keluar semata-mata dari kecerdasan berpikirnya. Bagi yang menguasai bahasa Yunani Koine, tahu bahwa bahasa Yunani surat 2 Petrus ini bukan yang terbaik. Yang menjadi pegangan Petrus adalah dia sebagai saksi mata Kristus dalam pemuliaan-Nya (17-18; Mat. 17:1-8). Pemuliaan Tuhan Yesus membuka pemahaman Petrus akan siapa Dia. Pertama, Dia adalah Anak Allah yang kepada-Nya, Allah Bapa berkenan. Berarti ajaran mengenai Tuhan Yesus akan datang kembali sebagai Raja adalah benar (16). Pengharapan orang Kristen tidak sia-sia. Kedua, di pemuliaan Tuhan Yesus, Petrus melihat dua tokoh besar Perjanjian Lama, Musa yang mewakili Hukum Taurat dan Elia yang mewakili nabi-nabi bercakap-cakap dengan Tuhan Yesus. Artinya, Perjanjian Lama memang menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai penggenap nubuat dan janji Mesianik (19). Bagi Petrus, Perjanjian Lama adalah firman Allah yang sejajar dengan Perjanjian Baru. Keduanya menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat manusia. Maka, untuk mengerti dengan benar ajaran kebenaran, umat Tuhan harus membaca Perjanjian Lama. Ingat, pada waktu Petrus menulis surat ini, Perjanjian Baru belum ada atau lengkap seperti sekarang ini.

Hari ini kita bersyukur memiliki Alkitab lengkap. Petunjuk penting mengenai Tuhan Yesus dapat kita temukan melalui membaca dan merenungkannya. Lebih daripada itu, kita harus mengalami Tuhan Yesus dalam hidup kita secara pribadi agar kita dapat menyaksikan-Nya kepada orang lain. Kita adalah saksi-saksi Kristus melalui perkataan, perbuatan, dan sikap kita! ©®
Published with Blogger-droid v2.0.1

BERGUMUL DENGAN KEFANAAN.

BERGUMUL DENGAN KEFANAAN.
Mazmur 39

Pernah frustasi terhadap diri sendiri? Mungkin karena karakter tertentu yang kita ingin buang, tetapi sepertinya sulit untuk kita singkirkan. Mungkin dosa tertentu yang menjerat kita. Kita sadar hidup kita tidak kudus, namun kita tak berdaya, bahkan doa-doa kita sepertinya tidak memberi dampak perubahan dalam kerohanian kita.

Pemazmur sadar akan hidupnya yang fana. Di satu sisi, ia hidup di tengah-tengah orang fasik. Ia sadar ia tidak sama dengan mereka dan tidak boleh menjadi sama dengan mereka. Akan tetapi ia sadar kedagingannya bergejolak. Maka ia memilih berdiam diri (2-3), tidak mau membalas ajakan orang fasik untuk ikut-ikutan berdosa. Atau juga terhadap ejekan dari orang fasik yang menertawakan upayanya untuk hidup kudus. Di pihak lain, ia berhadapan dengan Allah yang maha kudus yang tidak dapat membiarkan umat-Nya hidup dalam dosa. Ia sadar kalau Allah bertindak menguduskan umat-Nya berarti akan ada hajaran, disiplin yang keras! Sungguh ia merasa tidak sanggup untuk menghadapi-Nya (11-12).

Pergumulan pemazmur di sini senada dengan yang digumuli Paulus di Roma 7:13-24. Tubuh sudah menjadi milik Kristus, tetapi masih dipengaruhi oleh kedagingan. Suatu paradoks yang menyakitkan! Rasanya munafik. Di hadapan manusia bisa menyembunyikan diri dengan topeng-topeng. Di hadapan Allah, semua telanjang, terbuka apa adanya. Seruan puncak Paulus adalah "Aku manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" (Rm. 7:24).

Iman pemazmur ditujukan kepada Tuhan. Ia belajar berserah kepada Tuhan. Pemazmur bagaikan pendatang atau penumpang yang hanya berharap keramahtamahan dan belas kasih dari tuan rumah, demikian pemazmur di hadapan Allah (13). Bersama Paulus kita bisa berseru, "Syukur kepada Allah, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (Rm. 7:25). Dialah yang akan membebaskan kita dari tubuh maut ini.
©®
Published with Blogger-droid v2.0.1

"BERTUMBUH ATAU MUNDUR!"

BERTUMBUH ATAU MUNDUR!
2 Petrus 1:3-15

Orang Kristen yang tidak bertumbuh pasti akan mundur imannya. Ibarat berenang melawan arus di kolam arus. Saat berhenti berenang,

kecuali keluar dari kolam tersebut, pasti kita akan terbawa arus. Dunia ini berjalan melawan Allah. Anak Tuhan tidak bisa netral atau statis. Ia harus bergerak maju melayani Allah atau hanyut oleh arus dunia yang melandanya.

Itulah nasihat Petrus di penghujung khotbah mininya (3-11). Kalau orang Kristen tidak bertumbuh dalam kebajikan, ia menjadi seperti orang buta dan picik, tidak sadar sudah menerima anugerah (8-10). Kita sudah memiliki segala anugerah yang Allah berikan untuk hidup saleh dan pengenalan yang benar akan Allah (3). Hidup saleh itu adalah mengambil bagian dari kodrat Ilahi dan luput dari hawa nafsu dunia yang membinasakan (4). Maka, tanggung jawab kita adalah bertumbuh menjadi dewasa dalam iman. Hal itu dipaparkan oleh Petrus di ayat 5-7. Yang Petrus bicarakan di sini bukan tingkatan iman. Daftar serupa ini ada di Galatia 5:22-23, Roma 5:3-5, Yakobus 1:3-4, juga 1 Petrus 1:6-7. Semua itu adalah "buah Roh" atau kebajikan yang seharusnya nyata dalam kehidupan anak Tuhan. Setiap kali kita mengembangkan satu karakter Kristus dalam hidup kita, hal itu akan memperkuat kebajikan atau karakter lain yang sudah kita miliki. Itulah yang Petrus hendak sampaikan.

Petrus menyampaikan khotbah mininya di permulaan suratnya karena ia sadar waktunya tidak lama lagi (12-15). Surat Petrus yang kedua ini bisa dianggap sebagai surat wasiatnya kepada jemaat yang selama ini ia gembalakan. Ia mendorong mereka untuk bertumbuh terus menjadi serupa Kristus. Petrus juga memberi pengharapan bahwa kalau mereka bertekun dalam panggilan dan bertumbuh, mereka berhak masuk ke Kerajaan Kekal (11).

Apakah Anda sedang bertumbuh dalam iman? Atau jangan-jangan Anda sedang hanyut ikut arus dunia yang berdosa ini. Kiranya nasihat Petrus ini mendorong Anda maju terus dalam iman, semakin hari semakin serupa Kristus. Ingat satu karakter Kristus terbentuk dalam diri Anda, berarti karakter lain pun akan diperkuat.
©®
Published with Blogger-droid v2.0.1

12/04/2011

"BERANI KARENA BENAR"

"BERANI KARENA BENAR"

1 Raja-raja 18:16-19

Mengapa orang takut berkata benar? Bisa jadi karena mengatakan kebenaran itu berisiko. Seperti kisah anak SD yang dimusuhi karena mengungkap kecurangan dalam ujian nasional. Ia dianggap mencelakakan sekolah dan teman-temannya. Ia dikucilkan. Kebenaran yang ia ungkap berdampak tak menyenangkan dan secara langsung merugikan dirinya.

Saat Ahab menyembah berhala dan orang Israel berpaling dari Tuhannya, Elia menyampaikan firman Tuhan bahwa tidak akan ada embun maupun hujan di negeri itu (17:1). Setelah hal itu berlangsung selama tiga tahun, Tuhan meminta Elia kembali menemui Ahab. Sayang, raja Israel bukannya menyesali ketidakbenaran yang ia perbuat dan memperbaiki segala sesuatu, tetapi malah langsung menuduh Elia: "Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?" (18:17)

Ini juga bisa kita alami saat mengungkap kebenaran di keluarga, pelayanan, atau tempat kerja. Apalagi jika kita hanya sendirian, berhadapan dengan orang yang punya kekuasaan lebih, dan di belakang mereka ada banyak pendukung (bdk. ayat 19). Maka, bisa dipahami jika hingga kini berbagai penyimpangan, ketidakadilan, bahkan dosa, terus terjadi. Sangat mungkin karena orang takut pada ketidaknyamanan yang bisa timbul saat kebenaran diungkap.

Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari rencana Tuhan agar keluarga, pelayanan, pekerjaan, bahkan bangsa kita, beroleh damai sejahtera. Ada kebenaran yang Tuhan ingin kita ungkapkan. Bukan untuk mencelakakan orang-orang yang kita kasihi, tetapi untuk mencegah mereka mencelakakan diri sendiri (18:18). Dengan pertolongan Tuhan, beranilah karena benar!



KADANG KEBENARAN SEPERTI OBAT YANG PERIH

BAGI LUKA YANG MAU DISEMBUHKAN.©®
Published with Blogger-droid v2.0.1

PL vs PB

PL vs PB

Nats : Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran
(2 Korintus 3:9)

Bacaan : 2 Korintus 3:7-11

Yahudi begitu bangga memiliki Hukum Taurat yang tertulis dalam Perjanjian Lama. Mereka juga bangga pada tokoh-tokohnya; seperti Musa dan Abraham. Peristiwa Musa turun dari Gunung Sinai, setelah menerima dua loh batu bertuliskan sepuluh hukum Taurat, sangat berkesan dan tidak akan mereka lupakan. Setelah menemui Tuhan, wajah Musa memancarkan kemuliaan-Nya. Bahkan, sampai ia turun dari Sinai, wajahnya tampak bersinar cemerlang. Akibatnya, orang Israel tak tahan melihatnya. Namun lambat laun, cahaya itu memudar.

Kisah ini dipakai Paulus untuk membandingkan kemuliaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Paulus menyatakan bahwa Perjanjian Lama akan berakhir dengan penghukuman. Karena, Hukum Taurat berisi standar kebenaran yang tidak dapat dipenuhi oleh siapa pun maka pasti semua orang tidak akan luput dari dosa. Akan tetapi, Perjanjian Baru adalah pembenaran Allah bagi orang yang berdosa. Karena tuntutan Hukum Taurat itu telah dipenuhi secara sempurna oleh Tuhan Yesus. Betapa besar perbedaan antara penghukuman dan pembenaran!

Sampai sekarang, banyak orang masih berpikir bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan melakukan perbuatan baik. Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa keselamatan adalah kasih karunia Allah semata. Segala upaya manusia hanya akan menemui jalan buntu; hanya akan berakhir pada kegagalan dan hukuman Allah. Itulah sebabnya, kita yang sudah menerima anugerah penebusan Allah, perlu memiliki hati yang terbeban untuk mendoakan dan memberitakan jalan keselamatan yang merupakan anugerah Allah ini kepada orang lain.

KESELAMATAN MANUSIA SEMATA KARENA ANUGERAH ALLAH

BERITAKAN AGAR SETIAP MANUSIA SEGERA MENGETAHUI HAL INI . ©®.
Published with Blogger-droid v2.0.1

"BUKAN TANDA JASA"

"BUKAN TANDA JASA"
Nats : Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan (Keluaran 20:2)

Bacaan : Keluaran 20:1-17

Perikop kali ini adalah tentang Sepuluh Perintah Allah yang menjadi kunci hukum Taurat. Ada banyak peringatan (delapan perintah diawali kata "Jangan"), satu pengingat (hukum tentang hari Sabat), dan satu lagi perintah (untuk menghormati ayah ibu). Dalam perkembangannya, kelompok Farisi membuatnya amat detail hingga mencapai 631 hukum. Sebaliknya, Yesus meringkaskannya menjadi padat dalam dua perintah saja: mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Tentu para penerima hukum tersebut (orang Israel dulu dan kita pada masa sekarang) diharapkan untuk memperhatikan dan melakukan perintah-perintah ini. Hasil yang diharapkan adalah kehidupan moral yang terjaga, serta kehidupan rohani yang murni dalam ketaatan kepada Allah. Ini tentu sangat positif. Namun, kita perlu menjaga diri agar tidak terjatuh pada kecenderungan hati yang merasa telah hidup dengan baik sehingga merasa layak mendapat "tanda jasa" dari-Nya.

Sejak awal, ketika hukum Taurat diberikan, Musa telah memberi peringatan kepada umat supaya waspada terhadap mentalitas batin yang merasa telah "berjasa" karena mematuhi perintah Tuhan. Sebaliknya, motivasi benar yang seharusnya kita miliki adalah bahwa kita mematuhi perintah-Nya karena menanggapi karya Allah: "Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan" (ayat 2). Karena itu, marilah kita membuka hati agar dapat melihat bahwa Allah lebih dulu berkarya luar biasa bagi diri kita. Serta, teruslah meyakini bahwa apa yang kita berikan kepada Allah adalah wujud ungkapan syukur atas kasih-Nya yang tiada terukur --

BIARLAH SEGALA KETAATAN YANG KITA TUNJUKKAN

MERUPAKAN TANGGAPAN ATAS KASIH TUHAN YANG MENGAGUMKAN . ©®
Published with Blogger-droid v2.0.1

11/28/2011

"MENGHADIRKAN KASIH DAN DAMAI"

"MENGHADIRKAN KASIH DAN DAMAI"
1 Petrus 3:1-12

Masalah tunduk perlu diperhatikan juga di dalam lingkungan rumah tangga, yaitu antara istri terhadap suami (1), sebagaimana umat tunduk kepada Tuhan dan hamba tunduk kepada tuannya.

Mengapa harus demikian? Petrus menyebut tentang suami yang tidak taat kepada Firman. Kemungkinan besar suami tersebut menolak Injil dan belum diselamatkan, sementara sang istri sudah membuka hatinya terhadap Kristus. Dengan bersikap tunduk kepada suami, istri menunjukkan penghargaannya terhadap suami dan dengan demikian sang suami akan melihat perbedaan tingkah laku istrinya antara sebelum dan sesudah menerima Kristus. Demikianlah mengapa Petrus mengharapkan agar tunduknya sang istri dapat menjadi kesaksian yang benar sehingga suaminya kemudian diselamatkan. Sebab itu Petrus menghimbau para istri untuk hidup dalam suatu standar yang murni dan saleh (2).

Perempuan yang saleh bukanlah perempuan yang mengutamakan penampilan lahiriah (3-5), karena itu berarti ia hanya ingin dilihat orang dan menyenangkan mata orang, bukan menyenangkan Allah.

Suami pun dihimbau untuk menghormati istri mereka. Menghormati bukan karena si istri lebih berkuasa, tetapi karena si istri berharga bagi dia. Ada dua alasan yang Petrus kemukakan: pertama, isteri adalah kaum yang lebih lemah dan kedua, karena istri adalah teman pewaris kasih karunia (7).

Suasana saling menghormati harus ada juga di antara komunitas orang beriman (8-12). Elemen penting yang seharusnya ada dalam komunitas orang percaya, yaitu: harmonis-berusaha mencari tujuan bersama dan bukan hanya tujuan diri sendiri, simpati-belajar untuk memberi respons yang baik, kasih-memperlakukan sesama sebagai saudara, peduli-peka terhadap sesama, rendah hati-tidak merasa diri lebih tinggi.

Ingatlah bahwa Tuhan menginginkan keselarasan dan keharmonisan terjadi dalam hubungan kita dengan orang terdekat dan dengan sesama kita. Karena itu hadirkanlah kasih dan damai di mana pun kita berada. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.1

"MINTA BELAS KASIH-NYA"

"MINTA BELAS KASIH-NYA"
Mazmur 38

Tidak semua penyakit adalah akibat langsung dari dosa (Yoh. 9:3). Namun, jelas ada penyakit yang diakibatkan oleh sikap sembarangan terhadap kekudusan Allah (1Kor. 11:27-32). Apa pun itu, penderitaan yang terjadi bisa dipakai Allah membentuk karakter seseorang atau mendisiplin dia.

Mazmur 38 adalah ratapan pemazmur karena ia sakit parah. Gambaran sakit parahnya dipaparkan detail (4, 6-7, 8-9, 11). Ia sadar penyakitnya adalah akibat dosanya. Allah murka terhadap dia (2-5). Ia pun mengakuinya di hadapan Tuhan (19). Maka isi doa pemazmur adalah minta ampun, belas kasih, dan pertolongan. Selain penyakit yang diderita, pemazmur juga tertekan karena sahabat-sahabatnya meninggalkan dia (12). Mungkin penyakitnya terlalu menjijikkan (6) sehingga tidak ada yang mau dekat-dekat dengan dia. Bisa juga mereka menjauh karena tahu bahwa ia sedang dihukum Tuhan. Pemazmur tambah tertekan karena para musuh menggunakan kesempatan ini untuk memojokkan dia (13, 20-21). Bisa saja para musuh itu sebelumnya adalah sahabat dekatnya (21). Pada saat seperti itu, pemazmur hanya bisa memohon belas kasih Tuhan. Ia tidak mau membela diri, di hadapan musuh dan di hadapan Tuhan. Ia sudah mengaku dosa, maka ia hanya mengharapkan kemurahan Tuhan untuk mengampuni dan memulihkan.

Apa yang harus kita lakukan saat penyakit mendera tubuh kita? Tanyakan dengan tulus kepada Tuhan, apakah ada dosa yang menjadi penyebabnya. Kalau tidak ada, mintalah kesembuhan dengan meyakini bahwa Tuhan tidak ingin kita menderita. Namun, kadang Tuhan memiliki rencana yang belum kita mengerti (Yoh. 9:3). Minta hikmat untuk memahami rencana-Nya dan terima kehendak-Nya. Namun kalau memang ada dosa yang menjadi akar penderitaan kita, jangan tunda untuk mengakuinya dan membereskannya. Mintalah pengampunan-Nya serta belas kasih dan pemulihan-Nya. (©®)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"SUPAYA ALLAH DIMULIAKAN"

"SUPAYA ALLAH DIMULIAKAN"
1 Petrus 4:7-11

Sudah beberapa kali terjadi penyesatan mengenai akhir zaman sehingga ada orang yang sampai berhenti dari pekerjaannya dan menjual segala harta miliknya, karena ingin mempersiapkan diri menyambut hari istimewa itu. Namun di sisi lain ada orang yang sangat tidak peduli pada pengharapan ini sehingga hidupnya tidak diarahkan kepada Kristus. Lalu bagaimanakah kita, sebagai orang Kristen, harus menyikapi akhir zaman yang semakin mendekat?

Pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali merupakan hal penting bagi iman kita sebagai pengikut Kristus. Pengharapan bahwa Kristus akan datang untuk kedua kali seharusnya berdampak pada sikap dan perilaku orang beriman. Seharusnya juga memotivasi orang Kristen untuk tetap konsisten dalam kehidupan sebagai pengikut Kristus.

Petrus berbicara tentang bagaimana orang percaya seharusnya hidup, yaitu bukan hanya hidup dalam relasi pribadinya dengan Allah, tetapi juga dalam relasi dengan komunitas orang percaya, sebagai saudara seiman.

Ada tiga hal yang dikemukakan Petrus: doa, kasih, saling melayani (7-9).Untuk dapat berdoa, orang harus menguasai dirinya dan menjadi tenang (7). Lalu dalam relasi dengan saudara seiman harus ada semangat untuk saling mengasihi, artinya bukan hanya untuk menerima kasih dari orang lain, tetapi juga mau mengasihi orang lain. Kasih harus dipancarkan dengan kerinduan agar orang lain pun mengalami damai sejahtera. Kasih hendaknya bukan hanya menjadi wacana atau sebuah idealisme, tetapi harus nyata dalam setiap tindakan yang kita lakukan(9-11). Misalnya, kita dapat memberikan sesuatu yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan. Atau dengan saling melayani di antara saudara seiman.

Kita semua tentu paham bahwa kedatangan Yesus yang kedua kali merupakan realitas. Pengharapan eskatologis ini kiranya terpancar dalam kasih yang mendasari relasi kita dengan saudara seiman, juga dalam kesetiaan kita melayani. Dan semua itu terjadi karena pemahaman dan kerinduan bahwa Allah akan dimuliakan. (R)
Published with Blogger-droid v2.0.1

11/26/2011

"DALAM KEBENARAN DAN KASIH PERSAUDARAAN"

"DALAM KEBENARAN DAN KASIH PERSAUDARAAN"
1 Petrus 1:13-25

Dengan dasar iman, pengharapan, dan kasih, Petrus menasihati para pembaca untuk hidup dalam kebenaran dan kasih persaudaraan. Mereka harus mengendalikan pikiran, waspada terhadap segala sesuatu, dan meletakkan pengharapan pada masa yang akan datang. Pengharapan akan kemuliaan harus mendorong mereka untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dengan tidak lagi membiarkan hawa nafsu yang bejat menguasai mereka seperti saat mereka hidup dalam kegelapan dosa. Mereka mesti hidup kudus sebagaimana Allah adalah kudus, dan itu dapat mereka lakukan dengan menjauhi segala kejahatan, kecemaran, hawa nafsu, dan dosa moral lainnya.

Orang percaya perlu tahu bahwa Allah Bapa adalah Hakim yang adil dan benar, sehingga tidak ada satu orang pun yang terluput dari penghakiman-Nya. Maka kita harus hidup takut akan Tuhan karena Dia telah menebus kita dari dosa dan cara hidup yang lama. Allah menebus kita bukan dengan barang yang fana, tetapi dengan darah Anak-Nya yang mahal dan tanpa cacat dan cela (18-19). Hal ini sesuai dengan rencana Bapa yang telah memilih dan mengutus Anak-Nya datang ke dalam dunia dan mati untuk menebus dosa manusia sehingga setiap kita yang percaya boleh dilahirkan dari benih firman Tuhan yang kekal. Kita juga dapat memiliki pengharapan yang teguh kepada Allah yang telah membangkitkan Anak-Nya. Iman dan pengharapan ini harus terwujud dalam perbuatan kita. Di antara saudara seiman harus saling mengasihi dengan kasih yang tulus ikhlas. Kasih demikian akan menjauhi kita dari kepura-puraan, manipulasi, keegoisan, dan kepentingan diri. Kasih demikian juga membuat kita rela berkurban dan mengasihi tanpa pamrih demi kebaikan orang lain.

Kita yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan yang begitu luar biasa dari Tuhan sudah sewajarnya menghargai dan membalas kasih Tuhan itu. Untuk itu, kita mesti hidup dalam kebenaran dan mewujudkan iman kita dengan hidup saling mengasihi termasuk mengasihi mereka yang belum percaya agar suatu hari mereka juga mengalami kasih Kristus.(@)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"RESPON ATAS PENDERITAAN"

"RESPON ATAS PENDERITAAN"
1 Petrus 3:13-22

Banyak orang yang berpendapat bahwa jika kita hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab, maka kita akan mengalami hidup yang penuh dengan sukacita dan bebas dari segala kesulitan. Pendeknya kita akan memiliki sebuah hidup yang berbahagia.

Petrus berkata bahwa berbuat baik memang berdampak baik bagi kita dan dapat menghindarkan kita dari berbagai dampak yang akan muncul apabila kita berlaku tidak baik (13). Namun tidak semua hal bisa dihindarkan meskipun kita telah berlaku baik. Ada kalanya kita akan mengalami penderitaan justru karena kita memilih untuk tetap berdiri tegak di atas kebenaran (14). Bagi Petrus, penderitaan karena kebenaran jauh lebih baik daripada penderitaan yang harus dialami karena orang berbuat jahat (17).

Menderita karena kebenaran adalah sebuah berkat. Sukacita tidak serta merta terhenti ketika penderitaan karena kebenaran harus dialami. Sukacita yang dimaksud bukanlah semacam perasaan yang menyenangkan, tetapi sukacita karena tahu bahwa kita telah melakukan sesuatu yang diperkenan Tuhan. Memang bisa saja terjadi bahwa penderitaan yang terjadi karena berbuat baik merupakan kehendak Tuhan (17). Maka hal yang perlu kita ingat adalah bahwa dunia ini telah membuat Kristus menderita padahal Dia hidup sesuai kehendak Allah. Oleh karena itu selalu ada kemungkinan bagi para pengikut Kristus untuk menanggung penderitaan karena kebenaran. Dan penderitaan semacam itu mengidentifikasi kedekatan kita dengan Tuhan kita.

Petrus juga mengingatkan pembacanya untuk tidak takut terhadap ancaman manusia, sebaliknya mereka perlu menjadikan penderitaan sebagai sebuah kesempatan untuk menyatakan kebenaran Injil (15-16).

Bila kita harus mengalami penderitaan karena berdiri di atas kebenaran, bagaimana respons awal kita? Mengeluh atau justru bersyukur karena itu berarti kita dianggap layak untuk itu? Kiranya surat Petrus ini mengingatkan kita senantiasa untuk merespons dengan tepat setiap penderitaan yang hadir karena kita berpihak pada kebenaran. (R)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"BUKAN TANPA TUJUAN"

"BUKAN TANPA TUJUAN"
1 Petrus 2:1-10

Kehidupan orang yang telah mengalami kelahiran baru tidak akan pernah tetap sama seperti sebelum ia mengenal Kristus. Sebab itu Petrus mendorong pembacanya untuk melepaskan segala sesuatu yang jahat, yang dapat merusak kasih dan kesatuan dengan saudara seiman (1).

Namun tidak cukup sampai di situ, Petrus juga mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang positif. Karena mereka telah mengalami kelahiran baru maka mereka harus melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh seorang bayi, yaitu menginginkan air susu sebagai makanan satu-satunya. Maka seorang yang sudah dilahirkan baru seharusnya membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan satu-satunya bagi hidup dan pertumbuhan rohani mereka (2). Namun bukan berarti bahwa orang Kristen yang sudah dewasa secara rohani tidak membutuhkan firman Tuhan lagi. Yang dimaksud ialah sama seperti bayi menjadikan air susu sebagai makanan satu-satunya, begitulah seharusnya seorang Kristen memandang firman Tuhan sebagai satu-satunya sumber pertumbuhan dan kekuatan bagi imannya. Bagi seorang Kristen, membaca dan mempelajari firman Tuhan seharusnya bukan merupakan sebuah pekerjaan yang berat melainkan sebuah kesukaan karena adanya pemahaman bahwa hanya dengan firman Tuhanlah imannya bisa bertumbuh dan dibangun.

Dengan beriman kepada Kristus, Sang batu penjuru, orang percaya menjadi batu hidup yang dipakai untuk membangun rumah rohani, di mana pelayanan imamat dilakukan. Tugas orang percaya bukan hanya menjadi milik Allah, tetapi juga menjadi tempat kediaman Allah, dengan tujuan untuk memberitakan karya Allah yang besar.

Seorang Kristen memang harus memiliki hubungan pribadi dengan Allah, tetapi di samping itu kita juga harus memiliki hubungan baik dengan sesama saudara seiman. Dan kesatuan sebagai bangsa pilihan itu bukan tanpa tujuan, melainkan agar maksud-maksud Allah digenapi yaitu agar orang lain mendengar tentang Dia dan mengenal nama-Nya sehingga Dia dimuliakan di bumi ini.(C)
Published with Blogger-droid v2.0.1

11/21/2011

"ARIF ATAU BEBAL"

"ARIF ATAU BEBAL"
Efesus 5:15-21

Begitu berharganya waktu sehingga lahirlah ungkapan Time is money (waktu adalah uang). Tiap menit bahkan tiap detik dihargai dengan nilai uang, sehingga waktu yang terbuang percuma dapat dinilai sama dengan pemborosan uang yang seharusnya dapat dihasilkan di dalam waktu yang terbuang itu.

Berdasarkan perkataan Paulus, kita melihat dua jenis orang, yaitu orang bebal dan orang arif. Penggolongan ini dilihat berdasarkan cara hidup, yaitu berdasarkan pemanfaatan waktu. Karena orang percaya telah menerima terang maka orang percaya harus berjalan sesuai terang itu. Hidup sesuai terang berarti seperti orang arif dan bukan seperti orang bebal (15). Bagaimanakah hidup orang arif? Ia memanfaatkan waktu semaksimal mungkin bagi kemuliaan Tuhan (16). Mengapa kearifan dikaitkan dengan pemanfaatan waktu? Setiap hari bersifat jahat, kita bisa saja tergoda memanfaatkannya untuk kesenangan diri, bukan kesenangan Tuhan. Oleh sebab itu orang perlu hikmat sejati agar memahami kehendak Allah (17), terutama dalam pemanfaatan waktu.

Orang arif dipenuhi Roh Kudus. Ini bukan terjadi sekali seumur hidup, tetapi secara berkelanjutan setelah orang mengalami transformasi. Orang yang dipenuhi Roh tidak akan membiarkan dirinya mabuk oleh alkohol (18). Mabuk merupakan kesia-siaan dalam pemanfaatan waktu yang seharusnya dipersembahkan bagi Kristus. Karena alkohol membuat orang kehilangan kesadaran, pengendalian diri, dan juga hikmat, serta dikuasai hawa nafsu. Hal sebaliknya akan terjadi bila orang dikuasai Roh Kudus karena Ia bekerja dalam diri setiap orang yang percaya Kristus, untuk menghasilkan hal-hal terbaik dalam hidupnya bagi kemuliaan Tuhan

Orang arif juga akan saling melayani dalam kasih (19-21). Bila kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan memiliki hasrat untuk menyembah Allah dan mendorong orang lain untuk menyembah Allah juga. Orang yang dipenuhi Roh akan dipenuhi dengan ucapan syukur dan bersikap rendah hati terhadap satu sama lain dan ini terjadi karena rasa takut akan Tuhan bukan pada manusia. Apakah Anda sudah arif? (?)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"TUNDUK DAN MENGASIHI"

"TUNDUK DAN MENGASIHI"
Efesus 5:22-33

Merendahkan diri terhadap orang lain bukan perkara mudah, karena itu berarti mengikis ego dan gengsi. Paulus menganjurkan jemaat Efesus agar hidup merendahkan diri, seorang kepada yang lain (Ef. 5:21). Bukan karena takut kepada orang yang derajat atau pangkatnya lebih tinggi, karena bila demikian kita tidak akan melakukannya terhadap orang yang kita sebut berstatus lebih rendah. Sebab itu kondisi yang Paulus anjurkan adalah kondisi ‘di dalam takut akan Kristus’.

Paulus kemudian mengambil konteks pernikahan untuk memberikan contoh situasi bagaimana orang percaya harus merendahkan diri satu sama lain. Pernikahan Kristen memiliki komitmen, kewajiban, dan tugas bagi dua pihak yang terikat dalam lembaga itu. Lembaga pernikahan sebenarnya merupakan perlambang dari hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. Seorang istri harus tunduk kepada suaminya sebagai kepala dalam pernikahan mereka. Artinya, ia harus menempatkan diri di bawah kepemimpinan suaminya. Gambaran tentang tunduknya istri kepada suami adalah tunduknya gereja kepada Yesus, yang adalah Kepala gereja. Maka sang suami harus menggambarkan kepemimpinan Kristus atas gereja dengan menunjukkan kasih dan pengurbanan diri (25). Kita tahu bahwa Kristus mengurbankan diri-Nya di salib bagi keselamatan dan pengudusan umat, yaitu gereja (26-27).

Maka Paulus menyebutkan bahwa kasih suami kepada istri harus sama seperti kasihnya kepada tubuhnya sendiri (28). Paulus menegaskan bahwa kasih suami terhadap istri seharusnya merefleksikan kesatuan Kristus dan gereja-Nya. Karena itu kepemimpinan suami harus bersifat melayani, bukan otoriter atas nama statusnya sebagai pemimpin.

Maka suami dan istri harus merendahkan diri satu sama lain dalam takut akan Tuhan. Suami dan istri harus melihat keberadaan mereka bukan dari sudut pandang yang individualistis, tetapi sebagai satu kesatuan. Kiranya Tuhan menolong setiap suami dan istri dalam rumah tangga Kristen untuk berperan dengan penuh kasih dan tanggung jawab. (@)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"KEHARMONISAN HUBUNGAN DI DALAM TUHAN."

"KEHARMONISAN HUBUNGAN DI DALAM TUHAN."
Efesus 6:1-9

Judul: Keharmonisan hubungan di dalam Tuhan
Hubungan dalam keluarga dan dunia kerja banyak diuji. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi di mana-mana: orang tua mengekploitasi anaknya atau anak membunuh orang tuanya. Begitu pun dalam dunia kerja, majikan memeras keringat karyawan dengan gaji yang sangat minim, dan karyawan menyuarakan ketidakpuasan dengan kekerasan.

Ini terjadi juga pada zaman Paulus, di mana ada istilah patria potestas (kuasa mutlak yang dimiliki ayah atas keluarga dan anak-anaknya), dan kuasa mutlak itu juga dimiliki tuan atas hamba-hambanya. Dalam dunia yang demikian, Paulus menasihati jemaat Efesus untuk memperhatikan keharmonisan dalam hubungan anak-orang tua serta antara hamba dan tuan. Anak-anak harus menaati orang tua meski mendapat perlakuan yang tidak semestinya. Walau tidak menyenangkan, anak harus menaati orang tua sebagai wujud ketaatan pada firman Tuhan. Anak harus menghargai orang tua yang telah melahirkan, membesarkan, serta mendidik mereka. Ketaatan ini akan mendatangkan berkat dan umur panjang (bdk. Kel. 20:12). Sebaliknya, orang tua tidak boleh membangkitkan amarah anak melalui perkataan atau perbuatan yang kasar, menghina, meremehkan, menindas, atau melecehkan mereka. Sebaliknya ayah harus mendidik sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab bagi pendidikan jasmani dan rohani anak-anaknya.

Lalu dalam hubungan antara hamba dan tuan, Paulus menasihati para hamba untuk menaati dan melayani tuan mereka dengan gentar dan tulus hati, sama seperti melayani Kristus. Mereka harus rajin bekerja, meski sang tuan tidak mengawasi. Sang tuan harus memperlakukan hamba-hambanya dengan baik dan adil. Ia tidak boleh menindas para pekerjanya. Niscaya Tuhan akan memberkati mereka.

Bila setiap anggota keluarga, serta majikan dan karyawan memiliki hubungan yang harmonis, maka keluarga akan bahagia dan usaha atau pekerjaan pun akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, bangunlah hubungan yang harmonis dengan sesama kita di dalam rasa takut akan Tuhan. (C)
Published with Blogger-droid v2.0.1

11/04/2011

"DIPERSATUKAN DALAM KRISTUS"

"DIPERSATUKAN DALAM KRISTUS"
Efesus 2:11-22

Mengingat karya Allah memang penting agar kita memahami kebesaran kuasa dan kasih-Nya. Itu akan membuat kita bersyukur dan tahu bagaimana mengisi hidup.

Paulus menekankan agar jemaat Efesus mengingat keadaan mereka sebelum mengenal Kristus. Bagi orang bukan Yahudi, mereka adalah orang kafir, yaitu orang tak bersunat yang tidak terhisab ke dalam bilangan umat Allah serta tidak berhak menerima janji-janji Allah (11-12). Mereka terpisah dari Kristus maka tak ada pengharapan!

Namun kondisi mereka berbalik seratus delapan puluh derajat saat mereka ada di dalam Yesus. Darah Yesus yang dicurahkan di kayu salib telah menghancurkan tembok pemisah antara mereka dengan Allah, begitu pula antara mereka dengan bangsa pilihan Allah (13-14). Orang kemudian dapat datang langsung kepada Allah tanpa membutuhkan seorang perantara, seperti sebelumnya. Orang Yahudi dan orang nonYahudi pun kemudian mempunyai status yang sama di dalam Yesus, yaitu sebagai anggota keluarga Allah (19).

Setiap orang seharusnya berkesempatan untuk menjadi keluarga Allah. Hanya saja ada orang-orang yang suka menempatkan barier, yang menghalangi orang lain masuk ke dalam komunitas orang percaya. Sungguh ironis, orang Kristen lebih ekslusif dibandingkan Allah sendiri. Padahal di dalam Kristus seharusnya tidak ada diskriminasi lagi karena Kristus telah menjadi kunci bagi rekonsiliasi antara manusia dengan Allah dan dengan sesamanya sehingga semua orang percaya mempunyai status sama, yaitu warga Kerajaan Allah. Dan semuanya tersusun menjadi bait kudus, yaitu bait Allah, tempat kediaman Allah (21-22).

Begitulah seharusnya gereja, kesatuannya lahir bukan karena organisasi atau liturgi; melainkan karena iman kepada Yesus, batu penjuru gereja. Gereja ada bukan untuk menonjolkan kelebihan doktrin yang dianut, tetapi untuk menjadi tempat Allah berdiam serta persekutuan bagi semua orang yang beriman kepada Kristus dapat bertemu. Sudahkah gereja, tempat kita menjadi anggota, demikian?
Published with Blogger-droid v2.0

"UNTUK SELURUH BANGSA"

"UNTUK SELURUH BANGSA"
Efesus 3:1-13

Bangsa Yahudi hidup dalam paradigma bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Paradigma ini membatasi penerimaan mereka terhadap orang-orang nonYahudi. Namun surat Paulus kepada jemaat di Efesus membuka mata semua orang tentang kekeliruan itu.

Paulus menyebutnya sebagai rahasia, yaitu keselamatan yang terjadi karena Kristus telah menggenapi karya salib di Golgota. Karya itu ditujukan bukan hanya bagi orang Yahudi melainkan bagi orang nonYahudi juga. Pelayanan mengenai rahasia keselamatan itu dipercayakan kepada Paulus (2-3), yang memahami bahwa panggilan itu merupakan kasih karunia Allah. Ia, yang sebelumnya adalah penganiaya jemaat kemudian dipercaya untuk menjadi seorang pemberita Injil (8). Lalu Allah mengutus Paulus kepada orang-orang nonYahudi supaya mereka yang mau percaya dapat ambil bagian dalam kasih karunia-Nya. Sebab itu Paulus melihat tugasnya sebagai hak istimewa untuk menjadi saluran kasih karunia Allah (7).

Kesatuan orang Yahudi dan nonYahudi di dalam Kristus merupakan rahasia yang tidak dipahami sepenuhnya oleh orang-orang beriman pada zaman Perjanjian Lama. Namun kesatuan ini bukanlah rencana Allah yang muncul belakangan sebagai akibat orang Yahudi yang merespons Injil tidak sebagaimana mestinya. Ketika Yesus memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel sebagai Juruselamat mereka, Ia menjelaskan bahwa Ia datang untuk menyelamatkan orang Yahudi dan nonYahudi. (lihat Luk. 4:16-30). Kalau kita perhatikan Amanat Agung yang diberikan kepada para rasul oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga, jelas kita melihat bahwa para murid diperintahkan untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa (Mat. 28:18-20; Kis. 1:8), artinya kepada orang nonYahudi juga. Dan itulah tugas Paulus, meskipun ia harus menderita karena itu (lihat Kol. 1:24-29).

Marilah kita bersyukur untuk kasih karunia-Nya bagi kita, orang-orang nonYahudi. Biarlah kita mengungkapkan rasa syukur kita dengan memberitakan Kabar Baik kepada setiap orang dari segala bangsa."UNTUK SELURUH BANGSA"
Efesus 3:1-13

Bangsa Yahudi hidup dalam paradigma bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Paradigma ini membatasi penerimaan mereka terhadap orang-orang nonYahudi. Namun surat Paulus kepada jemaat di Efesus membuka mata semua orang tentang kekeliruan itu.

Paulus menyebutnya sebagai rahasia, yaitu keselamatan yang terjadi karena Kristus telah menggenapi karya salib di Golgota. Karya itu ditujukan bukan hanya bagi orang Yahudi melainkan bagi orang nonYahudi juga. Pelayanan mengenai rahasia keselamatan itu dipercayakan kepada Paulus (2-3), yang memahami bahwa panggilan itu merupakan kasih karunia Allah. Ia, yang sebelumnya adalah penganiaya jemaat kemudian dipercaya untuk menjadi seorang pemberita Injil (8). Lalu Allah mengutus Paulus kepada orang-orang nonYahudi supaya mereka yang mau percaya dapat ambil bagian dalam kasih karunia-Nya. Sebab itu Paulus melihat tugasnya sebagai hak istimewa untuk menjadi saluran kasih karunia Allah (7).

Kesatuan orang Yahudi dan nonYahudi di dalam Kristus merupakan rahasia yang tidak dipahami sepenuhnya oleh orang-orang beriman pada zaman Perjanjian Lama. Namun kesatuan ini bukanlah rencana Allah yang muncul belakangan sebagai akibat orang Yahudi yang merespons Injil tidak sebagaimana mestinya. Ketika Yesus memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel sebagai Juruselamat mereka, Ia menjelaskan bahwa Ia datang untuk menyelamatkan orang Yahudi dan nonYahudi. (lihat Luk. 4:16-30). Kalau kita perhatikan Amanat Agung yang diberikan kepada para rasul oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga, jelas kita melihat bahwa para murid diperintahkan untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa (Mat. 28:18-20; Kis. 1:8), artinya kepada orang nonYahudi juga. Dan itulah tugas Paulus, meskipun ia harus menderita karena itu (lihat Kol. 1:24-29).

Marilah kita bersyukur untuk kasih karunia-Nya bagi kita, orang-orang nonYahudi. Biarlah kita mengungkapkan rasa syukur kita dengan memberitakan Kabar Baik kepada setiap orang dari segala bangsa.
Published with Blogger-droid v2.0

"LANDASAN DOA"

"LANDASAN DOA"
Efesus 3:14-21

Pada umumnya orang berdoa untuk mencari kehendak Allah, dan itu dilakukan dalam kaitan dengan rencana masa depannya. Ini tidak salah. Namun mari kita lihat dimensi lain, yaitu menjadikan kehendak Allah sebagai landasan doa.

Kemarin kita melihat pemahaman Paulus mengenai kehendak Allah bagi orang percaya yaitu bahwa seluruh bangsa, baik Yahudi maupun nonYahudi, menjadi satu di dalam Kristus. Rancangan Allah yang mulia inilah yang mendasari doa Paulus dalam bacaan hari ini (14). Paulus berdoa agar jemaat Efesus dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh Allah berdasarkan kekayaan kemuliaan-Nya (16-17). Inilah kebutuhan mendasar orang beriman, yaitu kehadiran kuasa Allah di dalam hidup. Dan itu bisa terjadi bila Kristus berdiam di dalam hati mereka yang beriman kepada Dia (bdk. Yoh. 14:23). Dengan Kristus berdiam di dalam hati dan Roh Kudus menguatkan maka jemaat Efesus akan hidup seturut ajaran Kristus. Hidup yang seperti ini akan mengalami perubahan dari hari ke hari, bertumbuh dan semakin serupa dengan Kristus. Paulus juga berdoa agar orang-orang Kristen nonYahudi memahami dimensi penuh dari kasih Kristus, sebagaimana anggota dalam keluarga Allah (18). Umat yang telah mengalami kasih Kristus niscaya akan memahami kasih itu serta mau hidup dan berakar serta berdasar di dalamnya. Tujuannya, agar jemaat Efesus dipenuhi oleh kepenuhan Allah.

Doksologi di akhir doa Paulus memperlihatkan keyakinan Paulus akan kebesaran Allah. Ia memahami bahwa kuasa Allah yang melampaui segala sesuatu bekerja juga di dalam diri orang yang percaya kepada Dia, baik Yahudi maupun nonYahudi.

Doa Paulus ini dapat dilihat sebagai refleksi kebutuhan utama umat Tuhan. Jemaat akan mengalami hidup yang dinamis bila Kristus berdiam di dalam hati mereka. Hidup mereka akan efektif karena memiliki kualitas yang lahir dari kuasa Roh Kudus, pemahaman akan kasih Kristus, serta dipenuhi oleh kepenuhan Allah.Inilah yang akan menolong jemaat memahami panggilan mereka sebagai umat Tuhan di dunia ini.
Published with Blogger-droid v2.0

"DIPILIH SEBELUM DIJADIKAN"

"DIPILIH SEBELUM DIJADIKAN"
Efesus 1:1-14

Bagaimana Anda memandang sesama orang percaya? Saudara seiman atau teman segereja? Paulus menyebut jemaat Efesus sebagai orang kudus dan orang percaya dalam Kristus Yesus (1).

Ketika orang menerima keselamatan, berkat rohani seperti kasih karunia, damai sejahtera, dan seluruh kepenuhan arti keselamatan menjadi pengalaman riil. Itulah keajaiban keselamatan yang Tuhan kerjakan.

Bapalah sumber keselamatan. Ia memilih dan menetapkan orang percaya sebelum menciptakan alam semesta. Pilihan ini lahir semata-mata dari kasih karunia-Nya dan terwujud karena Anak-Nya melakukan karya penyelamatan bagi manusia. Ajaran tentang rencana keselamatan dan pilihan kekal Allah membuat keselamatan bertumpu pada sesuatu yang pasti dan bukan pada kondisi manusia. Dia memilih dan menganugerahkan keselamatan untuk suatu tujuan yaitu agar umat kudus dan tanpa cacat cela (4), yaitu tidak lagi hidup sia-sia dalam kecemaran dosa karena telah diubah Tuhan menjadi orang-orang kudus. Maka hidup orang pilihan seharusnya mencerminkan kemuliaan Tuhan yang telah memilih dan memilikinya penuh.

Diangkatnya kita menjadi anak-anak Allah (5) merupakan dampak dari keputusan Allah memilih kita. Sebagai anak, ada hak yang harus kita terima dan ada kewajiban yang harus kita jalankan. Pernyataan Paulus ini, merupakan adaptasi hukum Romawi saat itu yang menetapkan bahwa anak yang diadopsi juga harus memiliki dan menikmati hak yang sama dengan anak kandung.

Kita adalah anak-anak pilihan Allah masa kini, yang sudah mengalami penebusan dosa oleh pengurbanan Kristus. Dalam hal ini kita bertanggung jawab untuk meninggalkan perilaku cemar dan memasuki proses penyucian yang dilakukan oleh Roh Kudus.Menerima anugerah Allah yang ajaib ini pasti mendorong kita bersyukur dan menjadikan hidup kita suatu pujian yang serasi dengan kemuliaan dan anugerah-Nya. Maka pancarkan kemuliaan Tuhan yang telah memilih dan memiliki kita hingga dunia dapat melihat bahwa kita adalah sah milik Allah.
Published with Blogger-droid v2.0

11/01/2011

"TELAH DISELAMATKAN"

"TELAH DISELAMATKAN"
Efesus 1:15-23

Sukacita besar akan dirasakan hamba Tuhan bila gereja yang pernah dia layani bertumbuh dalam iman, pengharapan, dan kasih. Inilah yang dirasakan Rasul Paulus saat mendengar berita bahwa jemaat Efesus yang dia layani selama tiga tahun (Kis. 20:31) dengan penuh kesabaran, kesungguhan hati, dan tantangan dari luar (Kis. 20:18-21, 33-35) bertumbuh dalam segala hal. Mereka telah bertumbuh dalam iman, yang mewujud dalam hidup sehari-hari dengan saling mengasihi (15). Untuk itu Paulus tidak henti-hentinya bersyukur dan juga mendoakan mereka.

Apa isi doa Paulus? Pertama, agar jemaat Efesus mendapat hikmat dan iluminasi Roh Kudus hingga makin mengerti kebenaran firman Tuhan dan mengenal Allah dengan benar (17). Kedua, agar jemaat Efesus dapat mengerti pengharapan di balik panggilan sebagai orang percaya dan pengharapan akan kemuliaan kelak bahwa semua orang percaya akan mendapat bagian warisan secara penuh dari apa yang Tuhan telah janjikan (18). Di samping itu, jemaat Efesus juga harus menyadari bahwa mereka memiliki kuasa untuk hidup dan melayani Dia sebagai anak-anak Allah (19). Kuasa ini pertama-tama telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan Allah Bapa di surga (20) sebagai Penguasa mutlak atas semua kuasa di bawah kolong langit ini, sekarang dan yang akan datang. Dia juga Kepala jemaat, yaitu kepala bagi setiap orang yang percaya dan menyembah Dia.

Sebagai orang yang telah diselamatkan, kita memiliki Roh Kudus sebagai tanda dan jaminan bahwa kita adalah milik Kristus (13-14). Kehidupan iman kita harus bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus bahwa Dialah Tuhan satu-satunya. Oleh karena Dia adalah penguasa atas alam semesta dan sekaligus Kepala jemaat, kita yang adalah jemaat-Nya tidak takut akan kuasa apa pun di dunia ini. Justru sebagai tubuh Kristus kita menyaksikan kekayaan rohani kita berupa kasih dan kuasa-Nya yang memancar keluar melalui setiap perbuatan dan perkataan kita setiap hari.
Published with Blogger-droid v2.0

"KARENA ANUGERAH"

"KARENA ANUGERAH"
Efesus 2:1-10

Seorang penjahat kelas berat divonis hukuman mati. Namun sebelum hukuman mati dilaksanakan, sang penjahat mendapat grasi dari presiden yang membuat dia bebas! Status ‘terhukum’ berubah menjadi ‘bebas’! Perubahan ini terjadi bukan karena si penjahat melakukan kebaikan, melainkan karena presiden ingin menganugerahkan kebebasan kepada si penjahat.

Status jemaat Efesus di dalam Tuhan telah berubah: dahulu mati disebabkan pelanggaran dan dosa-dosa (1) sekarang dihidupkan bersama-sama Kristus (5). Kondisi mati yang dimaksud Paulus adalah mengalami keterpisahan dari Allah serta tidak dapat menghargai perkara-perkara rohani karena pikiran mereka gelap. Mereka menaati Iblis dengan mendurhakai Tuhan. Akibatnya, mereka dimurkai Allah dan menuju kebinasaan. Paulus juga mengakui bahwa orang Kristen Yahudi pun dulu sama saja dengan orang Kristen asal kafir, karena mereka hidup di dalam kehendak daging dan pikiran yang jahat (3).

Namun Allah menyatakan kasih karunia dan kemurahan yang besar. Mereka diselamatkan dari perhambaan dosa, maut, dan murka Allah oleh iman kepada Kristus. Di dalam Kristus, Allah membangkitkan mereka yang sudah mati secara rohani dan memberikan tempat tinggal yang mulia dan warisan bersama Kristus di surga. Itulah yang merubah status mereka (4). Perubahan itu terjadi tanpa andil manusia sedikit pun, sebab tidak ada perbuatan baik yang dapat melayakkan manusia menerima keselamatan (8). Oleh karena itu tak seorang pun dapat membanggakan diri karena keselamatan itu merupakan pemberian Allah (9).

Keselamatan manusia memang terjadi bukan karena perbuatan baik, tetapi Allah menyediakan aneka perbuatan baik bagi orang yang telah diselamatkan. Jadi perbuatan baik itu bukan prasyarat sebuah keselamatan, melainkan ucapan syukur atas keselamatan itu. Dengan demikian kita tahu bagaimana kita harus mengisi hidup dengan melakukan perbuatan baik yang Allah telah persiapkan. Hanya dengan demikianlah hidup kita berharga dan menyenangkan hati-Nya.
Published with Blogger-droid v2.0

10/28/2011

"ALLAH TETAP MENGASIHI"

"ALLAH TETAP MENGASIHI"
Hosea 11:1-11

Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan. Peribahasa ini mau menyatakan bahwa seorang ibu, memiliki kasih yang tidak terbatas. Toh kita menemukan kasus-kasus di mana orang tua memutuskan tali keluarga dengan anak-anak mereka yang dianggap kedurhakaannya tak terampunkan. Bagaimana pun, kasih manusia ada batasnya. Syukur kasih Allah sangat berbeda.

Allah telah menebus Israel dari perbudakan Mesir (1). Ia telah membimbing mereka di padang gurun menuju tanah perjanjian (3), dan Ia telah menjadikan mereka sebagai bangsa yang berdaulat. Ia telah memelihara hidup mereka dengan kasih setia-Nya (4). Namun, mereka terus menerus memberontak terhadap-Nya dengan memilih menyembah dewa-dewi dan berhala-berhala (2, 7). Mereka melupakan siapa penolong sebenarnya (3b). Oleh keadilan Allah mereka pun harus mengalami penghukuman. Mereka harus kembali ke Mesir, artinya mengalami lagi perbudakan karena dosa-dosa mereka. Mereka harus tunduk kepada Asyur, sebagai bangsa yang Tuhan pakai untuk menghukum Israel.

Namun, semua di atas bukan akhir dari segala-galanya. Hukuman Tuhan tidak untuk menghancurkan mereka. Mereka tidak akan sama seperti kota-kota Adma dan Zeboim. Kedua kota ini berada di daerah yang sama dengan Sodom dan Gomora yang ikut hancur dalam penghukuman Tuhan (Kej. 19:29; Ul. 29:23). Hukuman Tuhan adalah untuk membawa Israel balik kepada-Nya. Kalau mereka harus kembali ke Mesir, itu agar Tuhan dalam belas kasih-Nya dapat membawa mereka keluar dari Mesir. Itulah peristiwa Keluaran yang kedua! Kalau mereka harus dibuang ke Asyur, itu agar mereka kapok dan bertobat.

Kasih Allah jauh melampaui kasih manusia. Ia menghukum agar bisa kembali mengampuni dan memulihkan. Ia bahkan menghukum Anak-Nya sendiri, agar orang berdosa seperti Anda dan saya, luput dari penghukuman bahkan beroleh keselamatan kekal. Bagaimana Anda merespons kasih-Nya yang begitu besar? Sudahkah ucapan syukur Anda ungkapkan dengan perubahan hidup?.
Published with Blogger-droid v1.7.4

10/17/2011

"PERTOBATAN YANG SEJATI"

"PERTOBATAN YANG SEJATI"
Hosea 5:15-6:10

Bagaimana perasaan kita ketika seseorang yang pernah kita tolong atau bantu, tiba-tiba melupakan kita? Padahal ketika datang meminta pertolongan, dia menunjukkan sikap yang baik, memohon dengan sangat dan penuh dengan kerendahan hati. Atau bagaimana perasaan kita ketika orang yang kita kasihi dan sayangi tiba-tiba mengkhianati kepercayaan yang telah kita berikan kepadanya? Pasti hati kita sedih, kecewa, marah atau mengambil keputusan tidak akan membantu lagi ketika dia akan minta tolong kembali. Lalu bagaimana jika kita sebagai manusia yang telah diselamatkan tiba-tiba berbalik dan mengkhianati kasih Tuhan?

Sekali lagi, perikop hari ini berbicara mengenai umat Israel yang telah melukai hati Tuhan. Padahal Tuhan sangat sayang kepada mereka (1:7). Mereka berkhianat dengan mencari allah lain, mereka hidup di dalam perzinaan rohani (7, 10). Hidup mereka penuh dengan kekerasan dan kebencian bahkan sampai menumpahkan darah (8-9). Bagaimana Tuhan menyikapi hal tersebut? Tuhan menjauh dari mereka agar mereka menyadari kebutuhan mereka akan Dia (5:15). Juga Tuhan menghukum mereka melalui nubuat para nabi yang salah satunya adalah Hosea (5). Tuhan menolak ritual mereka yang sekadar rutinitas persembahan kurban (6). Lalu apa yang diharapkan Tuhan dari mereka? Pertobatan yang sejati melalui sikap yang mau berbalik dan pengenalan akan Allah dengan sungguh-sungguh (1, 3).

Kita sebagai orang yang telah menerima anugerah Tuhan perlu terus menerus menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Jangan kita mengganggap bahwa dengan sering beribadah, memberi persembahan yang banyak sudah menjadi jaminan hidup kita berkenan kepada Tuhan. Hal ini hanya salah satu bagian dari merespons keselamatan yang dari Tuhan. Yang lebih penting adalah bagaimana kita beribadah dengan memberikan hidup kita berkenan kepada-Nya (bnd. Roma 12:1). Selain itu kasih kepada Tuhan dan kepada sesama perlu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentunya tidak mau ditinggalkan oleh Tuhan, bukan? Maka kita perlu bertobat.
Published with Blogger-droid v1.7.4

"BERHARAP KEADILAN PADA ALLAH"

"BERHARAP KEADILAN PADA ALLAH"
Mazmur 35:1-16

Boleh tidak orang Kristen membela haknya di pengadilan? Institusi kehakiman memang diadakan untuk menegakkan keadilan. Selama kita hidup dalam kebenaran, kita boleh saja meminta keadilan saat dicurangi dan ditipu. Namun, tentu bukan dalam semangat kemarahan dan dendam, bahkan ingin menghancurkan pihak yang sedang menghancurkan dirinya.

Mazmur 35 adalah permintaan kepada Tuhan agar membela pemazmur dari gugatan para musuhnya. Kata rib (Ibr.) secara teknis adalah gugatan resmi di pengadilan. Kata itu diterjemahkan "berbantahlah" (1) dan "membela" (23). Pemazmur minta Tuhan menyatakan keadilan melawan para musuh yang menuduhnya berbuat curang. Mazmur ini dibagi tiga bagian, 1-10 gugatan awal, 11-16 pembelaan diri, dan 17-28 permohonan keadilan.

Dalam gugatan awalnya pemazmur meminta Tuhan menyatakan bahwa gugatan para musuh salah dan pemazmur dinyatakan benar. Alasan diberikan: gugatan mereka tidak memiliki dasar yang cukup untuk mempersalahkan dirinya (7). Sebenarnya, tujuan mereka adalah hendak menghancurkan dirinya (4). Pemazmur minta agar gugatan mereka yang bersifat fitnah itu berbalik menimpa diri mereka sendiri (8) sehingga merekalah yang menjadi tersipu-sipu dan malu. Pemazmur berani melakukan ini karena ia percaya kepada Tuhan yang berpihak pada orang yang lemah dan tertindas. Pemazmur menunjukkan bukti bahwa dirinya tidak bersalah terhadap para musuhnya. Ia justru peduli dan menolong mereka tatkala mereka sedang bermasalah (13-14). Yang terjadi justru mereka membalas kebaikannya dengan kejahatan (12).

Daripada berharap pada pengadilan manusia yang bisa dibeli untuk memutarbalikkan keadilan, paling penting kita berharap hanya kepada Tuhan! Dia pasti pada waktu-Nya akan menyatakan siapa benar, siapa salah!
Published with Blogger-droid v1.7.4

10/15/2011

"WASPADA TERHADAP GEREJA SETAN"

Permata Kehidupan: WASPADA TERHADAP "GEREJA SETAN" !!!
Published with Blogger-droid v1.7.4

"PERINGATAN BUAT PARA PEMIMPIN"

"PERINGATAN BUAT PARA PEMIMPIN"
Hosea 4:1-19

Siapa yang paling berdosa dalam sebuah masyarakat yang amburadul moralitasnya, tahayul kepercayaannya, dan jungkirbalik nilai-nilai kemanusiaannya? Setiap pelaku dosa harus bertanggungjawab atas perbuatan dosanya. Akan tetapi, dosa paling berat harus ditanggung para pemimpinnya. Karena pemimpin yang menjadi penggerak masyarakat ke arah mana yang ia bawa. Bukankah pemimpin jadi panutan rakyat untuk perilakunya?

Pasal 4 ini sarat dengan tudingan penyebab dosa umat yang di pasal pertama disebut "bukan-umat-Ku" (Lo-Ami) ini. Tiga kali, "umat-Ku" dinyatakan bermasalah: binasa tanpa pengenalan (6), berdosa (8), dan berzina rohani (12). Siapa saja yang dituding berdosa? Rakyat biasa (1-3, 12), para imam (4-10), dan kaum wanita (13b-14b).

Secara khusus kaum imam dituding sebagai penyebab seluruh umat berdosa (4)! Imam adalah pemimpin rohani umat. Fungsi mereka adalah pengantara umat kepada Tuhan. Imam seharusnya memiliki relasi paling dekat dengan Tuhan, ternyata kejatuhan mereka membawa kejatuhan juga pada rekan kerja mereka, nabi, dan terutama kepada umat. Kalau imam tidak menjalankan fungsi pengantara mereka dengan benar, pastilah umat kehilangan pengenalan yang benar akan Tuhan (6, 16). Bukan hanya imam dituding tidak mengajarkan yang benar kepada umat, bahkan mereka memanipulasi umat untuk kepentingan mereka sendiri (8). Kalau sampai umat menyembah berhala (12-13, 17) dan para kaum wanitanya bebas bersundal (13b-14b, juga kaum prianya 18), apa saja yang diajarkan imam kepada mereka? Sungguh ngeri melihat kepemimpinan seperti ini. Peringatan untuk tidak ikut-ikutan Israel berdosa diarahkan juga kepada saudara mereka, Yehuda (15).

Setiap orang Kristen adalah pemimpin rohani bagi lingkungannya! Maka peringatan dan tudingan dosa ini seharusnya menjadi tanda awas buat kita. Jangan sampai perilaku dan sikap kita yang tidak peduli kepada masyarakat sekeliling membuat mereka semakin berdosa. Ingat, Tuhan akan menuntut tanggung jawab setiap kita! GB.
Published with Blogger-droid v1.7.4

10/14/2011

"JUDI? "

JUDI ?
Nats : Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2 Tes 3:10)

2 Tes 3:6-12

Apa yang terkenal dari Las Vegas sebuah kota di Amerika? Banyak orang akan menjawab, "Tempat perjudiannya". Itu benar. Judi model apa pun dapat ditemukan di sana. Tak heran, kota ini dikunjungi para penjudi dari seluruh dunia. Walaupun demikian, judi tidak hanya dilakukan orang di kota sekelas Las Vegas saja. Di kota kecil atau perkampungan pun, judi banyak dilakukan. Jahatnya, judi tidak hanya dilakukan oleh orang kaya, melainkan juga oleh orang-orang miskin. Bahkan, judi tidak hanya dilakukan orang dewasa, tetapi ada juga anak-anak sekolah yang ikut berjudi.

Judi adalah kebiasaan yang sangat buruk, sebab merusak mentalitas seseorang. Etos kerja orang dihancurkan, sebab judi dianggap jalan pintas untuk menjadi kaya, hidup enak, tanpa kerja keras. Namun benarkah dengan berjudi, orang bisa bahagia? Ternyata tidak. Sebaliknya, kita akan lebih banyak menjumpai orang yang bangkrut karena judi. Dan, jika salah satu anggota keluarga punya kebiasaan berjudi, bisa dipastikan keluarga itu akan mengalami masalah serius.

Alkitab mengecam perjudian. Bahkan dengan keras Paulus berkata, jika seseorang tidak mau bekerja, mau cari enak, janganlah ia makan. Judi adalah bentuk kemalasan, dan Alkitab jelas mencela kemalasan dalam bentuk apa pun. Selain itu, efek judi sangat tidak baik. Toh, kalau seseorang menang dalam jumlah banyak, ia membuat orang lain menderita. Sebab yang kalah bukan si penjudi saja, tetapi juga seluruh keluarganya. Maka, jauhilah judi dalam bentuk sekecil apa pun, agar ia tak menyeret kita ke perangkap yang lebih dalam.

BANGKITKAN DIRI KITA UNTUK MENJADI ORANG YANG RAJIN

SEBAB KEMALASAN TAKKAN MEMBAWA KITA KE MANA-MANA.
Published with Blogger-droid v1.7.4

10/12/2011

"DIUTUS KEPADA BANGSA YANG BEBAL"

"DIUTUS KEPADA BANGSA YANG BEBAL"
Yesaya 6:1-13

Kita telah mengikuti perjalanan Yesaya memaparkan kebobrokan bangsa Israel, pengharapan yang menanti mereka jika mereka bertobat dan juga ancaman-ancaman hukuman yang akan datang. Dalam nas ini Yesaya dipanggil "TUHAN semesta alam." Nas ini sangat terkenal, terutama ayat 8. Marilah kita perhatikan dialog antara Tuhan dan Yesaya setelah Yesaya mengatakan, "Ini aku, utuslah aku!"

Ayat 8 ternyata sama sekali bukan akhir dari adegan pemanggilan Yesaya di hadapan Tuhan. Setelah Yesaya menyerahkan dirinya, Tuhan mengatakan dengan gamblang kepada Yesaya bahwa dia akan "gagal" dalam menjalankan tugasnya. Bangsanya tidak akan mendengarkan kata-katanya. Walaupun mereka mendengar, mereka tidak akan mengerti (9); walaupun mereka melihat, mereka tidak akan tanggap (10). Mereka akan tetap bersikukuh dengan pandangan mereka, pemahaman mereka, cara hidup mereka. Lebih parah daripada Firaun di Mesir, nampaknya tidak ada yang bisa mengubah pemahaman dan sikap hidup mereka yang sudah begitu rusak.

Yesaya masih menduga bahwa sikap ini hanyalah permulaan dari tugasnya dan suatu saat bangsa itu akan berbalik (11), tetapi Tuhan mengatakan bahwa itu akan terus terjadi sampai bangsa itu benar-benar habis (13), tak lebih dari tunggul-tunggul belaka. Setelah pembersihan total itu terjadi, baru ia bisa mengharapkan awal yang baru. Timbul pertanyaan: Akankah Yesaya hidup cukup lama untuk menyaksikan tumbuhnya tunas baru dari tunggul itu? Apa tolok ukur keberhasilan Yesaya dalam menjalankan tugas ini? Akankah dia hanya menyuarakan lolongan sepi di tengah gurun?

Dari perikop ini nampak jelas bahwa Tuhan tidak menggunakan jumlah pertobatan sebagai tolok ukur. Yang Tuhan cari adalah hamba yang setia, yang mau pergi "untuk Dia" (ay. 8). Apa pun yang dihadapi. Apa pun yang terjadi. Apa pun hasilnya. B. Chapell mengatakan, "Kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan bukan cuma ketika kita harus mengorbankan segalanya, tapi juga ketika [karya kita] tidak nampak menghasilkan apa pun." (R)

Published with Blogger-droid v1.7.4

"KASIH YANG MENERIMA"

"KASIH YANG MENERIMA"
Hosea 2:15-22

Saya pernah membaca kisah pasutri yang penuh pertengkaran, namun berakhir dengan saling memaafkan dan saling mencumbu setelahnya. Mereka mengaku kepada konselor perbedaan karakterlah yang menyebabkan sering terjadi perselisihan. Namun, karena komitmen masing-masing untuk menjaga pernikahan kuat, mereka belajar menerima perbedaan itu seraya mengubah diri sendiri bagi pasangannya. Alhasil, pertengkaran menipis, kalaupun terjadi, lebih cepat diselesaikan.

Jika membaca ayat 13 terlepas dari konteksnya kita akan mengira ini adalah kisah asmara romantis sejoli, Hosea dan Gomer. Pemahaman ini keliru. Yang terjadi adalah penyangkalan diri Hosea demi keutuhan pernikahannya dengan Gomer. Walau Gomer telah berkhianat, Hosea tetap menerimanya apa adanya. Bahkan Hosea mau kembali berbagi hidup demi kelimpahan pernikahan tersebut (14). Hosea mengambil inisiatif membangun relasi suami istri yang telah dirusak oleh perzinaan bahkan melampaui dari sekadar mempertahankan apa yang sudah ada di atas kertas (surat nikah), melainkan kembali menyatukan dirinya dengan Gomer menjadi satu daging (bnd. Kej. 2:24).

Kita belajar bahwa Tuhan rindu agar hubungan yang fungsional itu, di mana Hosea dan Gomer memang masih pasutri yang sah secara hukum, menjadi personal, Hosea dan Gomer saling mengasihi (15). Tuhan demi kasih-Nya kepada Israel bersedia mengulang seluruh proses pernikahan yang ideal dengan membayar mahar yang sangat mahal (18-19) agar seluruh hidup kembali kepada tatanan yang sepatutnya, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan dipulihkan.

Kita dulu adalah Gomer, atau sekarang masih seperti dia? Tuhan dengan api cinta-Nya yang membara-bara terus mengejar kita, rindu agar kita menjadi kekasih-Nya. Apakah kita tetap memilih melacurkan diri? Sampai kapan kita mau terus lari? Ada hubungan yang begitu intim dan mesra yang Tuhan telah siapkan bagi kita. Mari kita dengarkan Dia dan terima cinta-Nya dalam hidup kita. Tak ada yang lain yang mencintai kita seperti Dia. (@)
Published with Blogger-droid v1.7.4

"KASIH YANG TAK PUTUS"

Hosea 2:1-14

Pasal 2 bisa dibaca dengan sudut pandang Tuhan kepada Israel dan Hosea kepada Gomer. Ayat 1, "adukanlah ibumu", dan ayat 3, "tentang anak-anaknya" nampak puisi ini dituliskan seorang suami yang membicarakan istrinya kepada anak dari istrinya, tapi anak itu bukan anaknya sendiri (1:6, 8).

Kesan yang muncul di pasal 2 adalah seorang suami yang kasmaran kepada istrinya sehingga walaupun istrinya telah berkhianat, ia tetap mengasihinya. Kegeraman memang ada. Kemarahan pun nampak dengan kuat. Namun, hal itu tidak menenggelamkan cinta yang dimiliki sang suami kepada belahan hatinya. Itulah cinta Tuhan yang tak bersyarat.

Melalui pasang-surut hubungan Hosea dan Gomer, kita melihat bahwa selama ada pelanggan yang bisa dipuaskan, Gomer memilih melacurkan dirinya (4). Hanya saat kehabisan rezeki ia tanpa malu dan tanpa tahu diri kembali mencari suaminya (6) tanpa menyadari bahwa segala hal baik yang ia alami dan kekayaan yang gunakan dalam hidupnya, bahkan saat melacurkan dirinya, datangnya dari suaminya, bukan dari para pelanggannya.

Cinta Tuhan yang dahsyat dan mencengangkan itu nampak di ayat 13-22. Namun, sebelum cinta itu bisa kembali dialami Israel, ia perlu menyadari kebutuhannya yang terdalam. Ayat 8-12 menggambarkan upaya Tuhan membawa balik kesadaran Israel membutuhkan diri-Nya, yaitu dengan menghentikan semua berkat-Nya sehingga Israel merana. Tuhan pernah berlaku demikian kepada Israel di zaman para hakim (Hak. 10:6-16). Mereka disuruh mencari pertolongan pada para allah yang selama ini mereka sembah! Hanya saat mereka sadar betapa sia-sianya hidup mereka selama ini mengandalkan allah lain, dan bahwa di dalam Allahlah kasih dan sumber kepuasan hidup sejati ditemukan, mereka siap bertobat dan Allah siap menerima mereka kembali.

Kitalah Gomer, yang berkhianat pada Hosea. Allah akan melakukan cara apa pun untuk membawa kita balik kepada-Nya.Kalau perlu kita dibuat babak belur agar kapok! Kalau itu belum terjadi pada kita marilah kita segera bertobat! (RM)
Published with Blogger-droid v1.7.4