Tahun 70an ada film Indonesia yang mengisahkan seorang guru yang karena kemiskinannya menggelapkan inventaris kantor di sekolahnya. Ia terpaksa melakukan hal tersebut agar dapat membiayai istrinya yang akan melahirkan. Sang guru tersebut menanggung rasa bersalah yang begitu besar, sampai hujan-hujanan ia berupaya menemui pimpinannya untuk mengaku kesalahannya dan meminta pengampunan. Akhir cerita ini tragis. Pak guru ini meninggal karena sakit akibat kehujanan dan menanggung perasaan bersalah.
Menyimpan dosa dan tidak segera membereskannya akan membuat penderitaan batin yang berlarut-larut. Itu yang dialami pemazmur. Hanya ketika ia mengakuinya dan membereskannya di hadapan Tuhan barulah kelegaan dialami. Barulah ia kembali merasakan sukacita dan damai sejahtera.
Mengaku dosa kepada Tuhan adalah mengakui bahwa Tuhan yang berotoritas mengampuni dosa. Pengampunan itu tidak dapat dibeli, hanya diperoleh semata-mata oleh anugerah dan kasih setia Tuhan. Mazmur ini dimulai dengan pernyataan bahagia pemazmur karena telah mengalami pengampunan dari Tuhan (1-2) dan ditutup dengan ajakan kepada anak-anak Tuhan agar bersukacita dan bersorak sorai.
Oleh karena itu, pemazmur pun menasihati anak-anak Tuhan lainnya agar jangan keras kepala. Jangan berupaya menyelesaikan sendiri masalah dosa atau bahkan mencoba menutup-nutupinya. Tidak ada gunanya. Segera bereskan dosa, minta ampun kepada Tuhan dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
Mari semua orang yang sedang kehilangan damai sejahtera karena menyimpan dosa tertentu dari hadapan Tuhan! Bereskan dosamu segera dan jangan tunda. Biarkan kasih pengampunan Tuhan menyucikan kembali hatimu serta memurnikan nuranimu dari segala kepahitan dan rasa bersalah yang berkepanjangan.(@)
Published with Blogger-droid v1.7.4