Selamat datang di Crent Regeneration.

Terimakasih atas kunjungan anda.
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."(Ef 2:19,8-10)

8/13/2011

"SAMPAI KE UJUNG BUMI."

Kisah Para Rasul 8:26-40

Secara aktif, Allah menggenapi kehendak-Nya bagi dunia ini. Yudea dan Samaria sudah menikmati kasih karunia yang begitu besar itu. Maka tiba saat bagi ujung bumi untuk juga mendapatkan kesempatan.

Seorang pejabat negara Etiopia, salah satu wilayah yang terbilang ujung bumi pada masa itu, sedang dalam perjalanan ke Yerusalem. Kalau kita melihat jabatannya, tak dapat disangkal bahwa dia adalah orang penting di negerinya. Meski demikian, dia datang bukan dalam rangka melakukan perjalanan dinas, melainkan karena ingin beribadah di Yerusalem. Ternyata kesuksesannya dalam karier tidak membuat dia abai akan kebutuhan rohaninya. Sebab itu dia mencari Tuhan.

Tuhan mengambil kesempatan istimewa itu dan mengarahkan Filipus ke Gaza untuk menemui si pejabat Etiopia. Sekali lagi Roh Kudus memimpin Filipus untuk menginjili seseorang, dan orang itu bukan berasal dari ras Yahudi. Maka mau tidak mau, Filipus harus menghancurkan sekat ras dan mendampingi sang pejabat untuk menjelaskan tentang "Hamba yang menderita", seperti yang tertulis dalam nubuat Yesaya. Melalui penjelasan Filipus, sida-sida Etiopia itu memperoleh apa yang dia cari selama ini dengan ketekunannya beragama Yahudi yaitu tersingkapnya rahasia Injil bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang menderita sengsara demi menanggung dosa dunia. Maka sebagai respons, sang pejabat Etiopia memberi diri dibaptis. Lukas mencatat bahwa pembesar Etiopia itu meneruskan perjalanannya dengan sukacita, suatu ungkapan ekspresi dari orang yang bertobat.

Pertobatan pejabat Etiopia itu menunjukkan bahwa Injil bersifat inklusif. Tidak ada halangan baik yang bersifat fisik, ras, atau kondisi geografis yang dapat membuat manusia tidak terjangkau Injil. Karena Allah memang berkehendak agar orang dari berbagai ras datang dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Kiranya kehendak Allah itu menjadi kerinduan kita juga. Doakanlah orang-orang yang peradabannya tidak tersentuh modernitas, agar kasih karunia Tuhan menjangkau mereka juga hingga dapat mendengar Injil.
Published with Blogger-droid v1.7.4

"DENGAN MOTIVASI YG KUDUS."

Kisah Para Rasul 5:1-11

Jemaat mula-mula yang begitu dinamis dan bertumbuh karena karya Allah yang begitu nyata melalui Roh Kudus-Nya, harus ternodai oleh perbuatan Ananias dan Safira.

Mereka berdua tergerak untuk mengikuti apa yang Barnabas lakukan (Kis. 4:36-37), dengan menjual dan mempersembahkan harta benda mereka. Namun mereka melakukannya bukan dengan tulus, melainkan karena ingin mendapat pujian manusia. Mereka jatuh ke dalam jerat Iblis karena menahan sebagian dari janji iman untuk memberikan seluruh hasil penjualan tanahnya. Mereka mengambil bagian yang seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan.

Mereka memakai topeng kemunafikan dengan hanya memperlihatkan bagian luar yang indah untuk menutupi dosa di dalam hati mereka. Kata Ananias berarti Allah itu pemurah, tetapi nyatanya ia tidak menghormati Allah yang suci. Safira berarti cantik, tetapi hatinya tidak cantik. Mereka telah bersekongkol untuk mendustai Roh Kudus dan mencuri kemuliaan Allah. Perbuatan mereka akan merusak keharmonisan jemaat yang baru terbentuk. Itu sebabnya Allah menghukum mereka. Tindakan Allah yang begitu keras ini perlu dilakukan pada permulaan gereja Tuhan, sebagaimana Dia lakukan pada permulaan pendirian kemah Suci dengan menghukum Nadab dan Abihu karena mempersembahkan "apa yang asing" kepada Tuhan (Im. 10). Allah mau menunjukkan kekudusan serta keseriusan-Nya terhadap dosa. Dampaknya luar biasa. Rasa takut akan Tuhan melanda seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar kabar itu (11).

Allah memang tidak bisa dipermainkan. Ia tahu isi hati manusia, yang terdalam sekali pun. Tak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Karena itu jangan pernah main-main. Bila kita ingin melakukan sesuatu untuk Tuhan dan karena Tuhan, lakukanlah dengan benar. Jangan karena paksaan atau didorong motivasi yang tidak kudus. Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah memaksa kita. Lakukanlah segala kebaikan karena ungkapan syukur dan pujian kita kepada Dia yang telah begitu baik kepada kita. (c)
Published with Blogger-droid v1.7.4

"PERTOBATAN SEJATI"

Nats : ... hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan (Matius 3:8)

Bacaan : Ulangan 1:41-46

Apa bedanya bertobat dan menyesal? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penyesalan adalah pengakuan yang menyatakan bahwa kita telah salah langkah. Sementara itu, pertobatan adalah pengakuan ditambah sikap rela memperbaiki kesalahan, dengan cara kembali tunduk pada perintah-perintah Allah. Pertobatan tanpa kesediaan untuk memperbaiki diri bukanlah pertobatan, melainkan baru penyesalan.

Untuk lebih memahami perbedaan keduanya, mari kita menyimak kisah yang ditulis dalam Ulangan 1 ini. Allah memerintahkan bangsa Israel untuk pergi dan menduduki pegunungan Amori (1:7), tetapi mereka menolaknya. Walaupun bangsa Israel memiliki alasan (1:28), jelas bahwa hal ini merupakan pemberontakan terhadap Allah, Sang Pemberi perintah. Dan, pemberontakan tersebut akhirnya mendatangkan penghukuman bagi mereka. Akan tetapi, ternyata berita penghukuman dari Allah tersebut tidak membawa mereka pada pertobatan, tetapi hanya sampai pada titik penyesalan. Mereka mengaku salah dan dengan emosional menyatakan hendak memperbaiki kesalahan dengan menyatakan diri siap untuk berperang. Akan tetapi, kali ini Allah melarang mereka untuk maju berperang. Ironisnya, sekali lagi mereka tidak mau mendengar dan taat pada perintah Allah.

Pertobatan tanpa disertai kesediaan untuk taat kepada Allah adalah pertobatan yang semu. Jadi, pertobatan bukanlah sekadar mengaku perbuatan-perbuatan salah lalu dengan emosional berupaya memperbaiki kesalahan tersebut. Pertobatan yang sejati hanya terjadi apabila kita bersedia merendahkan dan menundukkan diri kita kembali di hadapan Allah.

BERHATI-HATILAH DENGAN PERTOBATAN YANG EMOSIONAL

KARENA JANGAN-JANGAN PERTOBATAN ITU PALSU.(@)
Published with Blogger-droid v1.7.4