Pujian kepada Allah selalu mengangkat hati manusia ke tempat yang lebih tinggi. Pujian yang tulus memberikan ruang kepada si pemuji untuk melihat keperkasaan Allah di takhta-Nya yang maha tinggi. Pada saat yang sama, si pemuji pun akan melihat bahwa persoalan dirinya yang begitu membelenggu dan mengerdilkannya ternyata jauh lebih kecil daripada kebesaran dan kedahsyatan Allah.
Bagian kedua Mazmur 22 ini adalah pernyataan iman si pemazmur bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang peduli kepada orang yang tertindas (25-27) dan yang akan menundukkan mereka yang sombong dan memberontak kepada-Nya (30). Oleh karena itu, pemazmur bangkit dari kegalauan perasaan diabaikan Tuhan dan mulai mengajak umat Tuhan untuk memuji Dia (24).
Perhatikan apa tekad pemazmur (26). Pertama, pemazmur hendak memuji-muji di tengah jemaat. Ia hendak menyaksikan kebesaran Tuhan dalam ibadah raya. Kedua, pemazmur hendak membayar nazar di hadapan orang yang takut akan Tuhan. Membayar nazar adalah menepati janji yang ia ucapkan di hadapan Tuhan. Entah apa nazar si pemazmur saat menghadapi situasi sulit ini. Ayat 24-32 ini tidak berarti diucapkan setelah masalah selesai. Sekali lagi pemazmur tidak mau tunduk pada perasaan galaunya, tetapi memercayakan diri pada keadilan dan kekuasaan Tuhan dan menganggap seolah-olah Tuhan sudah turun tangan.
Tindakan bersyukur, memuji Tuhan, dan mengajak umat menyembah Tuhan adalah sebuah tindakan iman. Iman berarti bukan mendapat jawaban baru percaya Tuhan, tetapi saat menanti pun sudah memercayakan diri pada Dia dan sudah melihat dengan kaca mata iman, penyelesaian yang akan Tuhan lakukan. Seperti yang diungkapkan pemazmur dalam penutup mazmurnya (32), "Mereka akan memberitakan keadilan-Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya." HALELUYA...
Published with Blogger-droid v1.7.4