Wahyu 3:1-6
Berbeda dengan surat-surat lainnya, surat kepada jemaat Sardis ini tidak merinci satu pun musuh atau bahaya dari dalam atau dari luar. Masalah yang ada di dalam jemaat ini bukan dengan orang-orang Yahudi, maupun kekaisaran Romawi atau dengan guru-guru palsu, tetapi semata-mata dengan dirinya sendiri (1). Demikianlah kondisi rohani jemaat di Sardis. Mereka terlena dengan reputasi yang mereka miliki, yakni dikenal sebagai gereja yang hidup. Akan tetapi Yesus mengetahui keadaan rohani jemaat yang sesungguhnya. Sekalipun dari luar mereka kelihatan hidup, sebenarnya mereka mati atau tertidur (1).
Apa yang menyebabkan jemaat Sardis secara rohani tertidur? Oleh karena mereka cepat puas dengan apa yang mereka capai. Mereka terperangkap dalam dosa kemunafikan, yakni melakukan ibadah dan pekerjaan pelayanan semata-mata untuk menyenangkan diri sendiri atau untuk mendapatkan pujian dari manusia dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Yesus mengecam pekerjaan yang demikian (bdk. Mat. 6:1-2, 5; 23:2-7). Dia menilai bahwa tidak satu pun dari pekerjaan mereka didapati sempurna di hadapan Allah (2b). Mereka hanya menerima dan mendengar firman Tuhan, tetapi tidak menaatinya (3).
Yesus menegur dan masih memberikan kesempatan kepada jemaat Sardis untuk memperbaiki diri dan bertobat (2). Kondisi tertidur secara rohani kalau tidak dibereskan dapat berakibat fatal (3, 5). Yesus menasihati agar motivasi mereka beribadah dan melakukan segala sesuatu bukan lagi karena mau mencari pengakuan manusia yang bersifat sementara. Ibadah harus dilakukan dalam ketulusan karena kasih dan ketaatan terhadap firman Tuhan. Hal itulah yang bernilai kekal (2-6).
Kehidupan rohani jemaat Sardis menjadi pelajaran rohani yang berharga bagi kita yang hidup pada masa kini. Jikalau tidak waspada, kita pun dapat terlena dan tertidur. Mari kita tetap berjaga-jaga dan melakukan ibadah dan pelayanan kita dengan hati yang tulus mengasihi Tuhan dan ingin menyenangkan hati-Nya. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2