Selamat datang di Crent Regeneration.

Terimakasih atas kunjungan anda.
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."(Ef 2:19,8-10)

11/28/2011

"MENGHADIRKAN KASIH DAN DAMAI"

"MENGHADIRKAN KASIH DAN DAMAI"
1 Petrus 3:1-12

Masalah tunduk perlu diperhatikan juga di dalam lingkungan rumah tangga, yaitu antara istri terhadap suami (1), sebagaimana umat tunduk kepada Tuhan dan hamba tunduk kepada tuannya.

Mengapa harus demikian? Petrus menyebut tentang suami yang tidak taat kepada Firman. Kemungkinan besar suami tersebut menolak Injil dan belum diselamatkan, sementara sang istri sudah membuka hatinya terhadap Kristus. Dengan bersikap tunduk kepada suami, istri menunjukkan penghargaannya terhadap suami dan dengan demikian sang suami akan melihat perbedaan tingkah laku istrinya antara sebelum dan sesudah menerima Kristus. Demikianlah mengapa Petrus mengharapkan agar tunduknya sang istri dapat menjadi kesaksian yang benar sehingga suaminya kemudian diselamatkan. Sebab itu Petrus menghimbau para istri untuk hidup dalam suatu standar yang murni dan saleh (2).

Perempuan yang saleh bukanlah perempuan yang mengutamakan penampilan lahiriah (3-5), karena itu berarti ia hanya ingin dilihat orang dan menyenangkan mata orang, bukan menyenangkan Allah.

Suami pun dihimbau untuk menghormati istri mereka. Menghormati bukan karena si istri lebih berkuasa, tetapi karena si istri berharga bagi dia. Ada dua alasan yang Petrus kemukakan: pertama, isteri adalah kaum yang lebih lemah dan kedua, karena istri adalah teman pewaris kasih karunia (7).

Suasana saling menghormati harus ada juga di antara komunitas orang beriman (8-12). Elemen penting yang seharusnya ada dalam komunitas orang percaya, yaitu: harmonis-berusaha mencari tujuan bersama dan bukan hanya tujuan diri sendiri, simpati-belajar untuk memberi respons yang baik, kasih-memperlakukan sesama sebagai saudara, peduli-peka terhadap sesama, rendah hati-tidak merasa diri lebih tinggi.

Ingatlah bahwa Tuhan menginginkan keselarasan dan keharmonisan terjadi dalam hubungan kita dengan orang terdekat dan dengan sesama kita. Karena itu hadirkanlah kasih dan damai di mana pun kita berada. ©®
Published with Blogger-droid v2.0.1

"MINTA BELAS KASIH-NYA"

"MINTA BELAS KASIH-NYA"
Mazmur 38

Tidak semua penyakit adalah akibat langsung dari dosa (Yoh. 9:3). Namun, jelas ada penyakit yang diakibatkan oleh sikap sembarangan terhadap kekudusan Allah (1Kor. 11:27-32). Apa pun itu, penderitaan yang terjadi bisa dipakai Allah membentuk karakter seseorang atau mendisiplin dia.

Mazmur 38 adalah ratapan pemazmur karena ia sakit parah. Gambaran sakit parahnya dipaparkan detail (4, 6-7, 8-9, 11). Ia sadar penyakitnya adalah akibat dosanya. Allah murka terhadap dia (2-5). Ia pun mengakuinya di hadapan Tuhan (19). Maka isi doa pemazmur adalah minta ampun, belas kasih, dan pertolongan. Selain penyakit yang diderita, pemazmur juga tertekan karena sahabat-sahabatnya meninggalkan dia (12). Mungkin penyakitnya terlalu menjijikkan (6) sehingga tidak ada yang mau dekat-dekat dengan dia. Bisa juga mereka menjauh karena tahu bahwa ia sedang dihukum Tuhan. Pemazmur tambah tertekan karena para musuh menggunakan kesempatan ini untuk memojokkan dia (13, 20-21). Bisa saja para musuh itu sebelumnya adalah sahabat dekatnya (21). Pada saat seperti itu, pemazmur hanya bisa memohon belas kasih Tuhan. Ia tidak mau membela diri, di hadapan musuh dan di hadapan Tuhan. Ia sudah mengaku dosa, maka ia hanya mengharapkan kemurahan Tuhan untuk mengampuni dan memulihkan.

Apa yang harus kita lakukan saat penyakit mendera tubuh kita? Tanyakan dengan tulus kepada Tuhan, apakah ada dosa yang menjadi penyebabnya. Kalau tidak ada, mintalah kesembuhan dengan meyakini bahwa Tuhan tidak ingin kita menderita. Namun, kadang Tuhan memiliki rencana yang belum kita mengerti (Yoh. 9:3). Minta hikmat untuk memahami rencana-Nya dan terima kehendak-Nya. Namun kalau memang ada dosa yang menjadi akar penderitaan kita, jangan tunda untuk mengakuinya dan membereskannya. Mintalah pengampunan-Nya serta belas kasih dan pemulihan-Nya. (©®)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"SUPAYA ALLAH DIMULIAKAN"

"SUPAYA ALLAH DIMULIAKAN"
1 Petrus 4:7-11

Sudah beberapa kali terjadi penyesatan mengenai akhir zaman sehingga ada orang yang sampai berhenti dari pekerjaannya dan menjual segala harta miliknya, karena ingin mempersiapkan diri menyambut hari istimewa itu. Namun di sisi lain ada orang yang sangat tidak peduli pada pengharapan ini sehingga hidupnya tidak diarahkan kepada Kristus. Lalu bagaimanakah kita, sebagai orang Kristen, harus menyikapi akhir zaman yang semakin mendekat?

Pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali merupakan hal penting bagi iman kita sebagai pengikut Kristus. Pengharapan bahwa Kristus akan datang untuk kedua kali seharusnya berdampak pada sikap dan perilaku orang beriman. Seharusnya juga memotivasi orang Kristen untuk tetap konsisten dalam kehidupan sebagai pengikut Kristus.

Petrus berbicara tentang bagaimana orang percaya seharusnya hidup, yaitu bukan hanya hidup dalam relasi pribadinya dengan Allah, tetapi juga dalam relasi dengan komunitas orang percaya, sebagai saudara seiman.

Ada tiga hal yang dikemukakan Petrus: doa, kasih, saling melayani (7-9).Untuk dapat berdoa, orang harus menguasai dirinya dan menjadi tenang (7). Lalu dalam relasi dengan saudara seiman harus ada semangat untuk saling mengasihi, artinya bukan hanya untuk menerima kasih dari orang lain, tetapi juga mau mengasihi orang lain. Kasih harus dipancarkan dengan kerinduan agar orang lain pun mengalami damai sejahtera. Kasih hendaknya bukan hanya menjadi wacana atau sebuah idealisme, tetapi harus nyata dalam setiap tindakan yang kita lakukan(9-11). Misalnya, kita dapat memberikan sesuatu yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan. Atau dengan saling melayani di antara saudara seiman.

Kita semua tentu paham bahwa kedatangan Yesus yang kedua kali merupakan realitas. Pengharapan eskatologis ini kiranya terpancar dalam kasih yang mendasari relasi kita dengan saudara seiman, juga dalam kesetiaan kita melayani. Dan semua itu terjadi karena pemahaman dan kerinduan bahwa Allah akan dimuliakan. (R)
Published with Blogger-droid v2.0.1

11/26/2011

"DALAM KEBENARAN DAN KASIH PERSAUDARAAN"

"DALAM KEBENARAN DAN KASIH PERSAUDARAAN"
1 Petrus 1:13-25

Dengan dasar iman, pengharapan, dan kasih, Petrus menasihati para pembaca untuk hidup dalam kebenaran dan kasih persaudaraan. Mereka harus mengendalikan pikiran, waspada terhadap segala sesuatu, dan meletakkan pengharapan pada masa yang akan datang. Pengharapan akan kemuliaan harus mendorong mereka untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dengan tidak lagi membiarkan hawa nafsu yang bejat menguasai mereka seperti saat mereka hidup dalam kegelapan dosa. Mereka mesti hidup kudus sebagaimana Allah adalah kudus, dan itu dapat mereka lakukan dengan menjauhi segala kejahatan, kecemaran, hawa nafsu, dan dosa moral lainnya.

Orang percaya perlu tahu bahwa Allah Bapa adalah Hakim yang adil dan benar, sehingga tidak ada satu orang pun yang terluput dari penghakiman-Nya. Maka kita harus hidup takut akan Tuhan karena Dia telah menebus kita dari dosa dan cara hidup yang lama. Allah menebus kita bukan dengan barang yang fana, tetapi dengan darah Anak-Nya yang mahal dan tanpa cacat dan cela (18-19). Hal ini sesuai dengan rencana Bapa yang telah memilih dan mengutus Anak-Nya datang ke dalam dunia dan mati untuk menebus dosa manusia sehingga setiap kita yang percaya boleh dilahirkan dari benih firman Tuhan yang kekal. Kita juga dapat memiliki pengharapan yang teguh kepada Allah yang telah membangkitkan Anak-Nya. Iman dan pengharapan ini harus terwujud dalam perbuatan kita. Di antara saudara seiman harus saling mengasihi dengan kasih yang tulus ikhlas. Kasih demikian akan menjauhi kita dari kepura-puraan, manipulasi, keegoisan, dan kepentingan diri. Kasih demikian juga membuat kita rela berkurban dan mengasihi tanpa pamrih demi kebaikan orang lain.

Kita yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan yang begitu luar biasa dari Tuhan sudah sewajarnya menghargai dan membalas kasih Tuhan itu. Untuk itu, kita mesti hidup dalam kebenaran dan mewujudkan iman kita dengan hidup saling mengasihi termasuk mengasihi mereka yang belum percaya agar suatu hari mereka juga mengalami kasih Kristus.(@)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"RESPON ATAS PENDERITAAN"

"RESPON ATAS PENDERITAAN"
1 Petrus 3:13-22

Banyak orang yang berpendapat bahwa jika kita hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab, maka kita akan mengalami hidup yang penuh dengan sukacita dan bebas dari segala kesulitan. Pendeknya kita akan memiliki sebuah hidup yang berbahagia.

Petrus berkata bahwa berbuat baik memang berdampak baik bagi kita dan dapat menghindarkan kita dari berbagai dampak yang akan muncul apabila kita berlaku tidak baik (13). Namun tidak semua hal bisa dihindarkan meskipun kita telah berlaku baik. Ada kalanya kita akan mengalami penderitaan justru karena kita memilih untuk tetap berdiri tegak di atas kebenaran (14). Bagi Petrus, penderitaan karena kebenaran jauh lebih baik daripada penderitaan yang harus dialami karena orang berbuat jahat (17).

Menderita karena kebenaran adalah sebuah berkat. Sukacita tidak serta merta terhenti ketika penderitaan karena kebenaran harus dialami. Sukacita yang dimaksud bukanlah semacam perasaan yang menyenangkan, tetapi sukacita karena tahu bahwa kita telah melakukan sesuatu yang diperkenan Tuhan. Memang bisa saja terjadi bahwa penderitaan yang terjadi karena berbuat baik merupakan kehendak Tuhan (17). Maka hal yang perlu kita ingat adalah bahwa dunia ini telah membuat Kristus menderita padahal Dia hidup sesuai kehendak Allah. Oleh karena itu selalu ada kemungkinan bagi para pengikut Kristus untuk menanggung penderitaan karena kebenaran. Dan penderitaan semacam itu mengidentifikasi kedekatan kita dengan Tuhan kita.

Petrus juga mengingatkan pembacanya untuk tidak takut terhadap ancaman manusia, sebaliknya mereka perlu menjadikan penderitaan sebagai sebuah kesempatan untuk menyatakan kebenaran Injil (15-16).

Bila kita harus mengalami penderitaan karena berdiri di atas kebenaran, bagaimana respons awal kita? Mengeluh atau justru bersyukur karena itu berarti kita dianggap layak untuk itu? Kiranya surat Petrus ini mengingatkan kita senantiasa untuk merespons dengan tepat setiap penderitaan yang hadir karena kita berpihak pada kebenaran. (R)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"BUKAN TANPA TUJUAN"

"BUKAN TANPA TUJUAN"
1 Petrus 2:1-10

Kehidupan orang yang telah mengalami kelahiran baru tidak akan pernah tetap sama seperti sebelum ia mengenal Kristus. Sebab itu Petrus mendorong pembacanya untuk melepaskan segala sesuatu yang jahat, yang dapat merusak kasih dan kesatuan dengan saudara seiman (1).

Namun tidak cukup sampai di situ, Petrus juga mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang positif. Karena mereka telah mengalami kelahiran baru maka mereka harus melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh seorang bayi, yaitu menginginkan air susu sebagai makanan satu-satunya. Maka seorang yang sudah dilahirkan baru seharusnya membutuhkan firman Tuhan sebagai makanan satu-satunya bagi hidup dan pertumbuhan rohani mereka (2). Namun bukan berarti bahwa orang Kristen yang sudah dewasa secara rohani tidak membutuhkan firman Tuhan lagi. Yang dimaksud ialah sama seperti bayi menjadikan air susu sebagai makanan satu-satunya, begitulah seharusnya seorang Kristen memandang firman Tuhan sebagai satu-satunya sumber pertumbuhan dan kekuatan bagi imannya. Bagi seorang Kristen, membaca dan mempelajari firman Tuhan seharusnya bukan merupakan sebuah pekerjaan yang berat melainkan sebuah kesukaan karena adanya pemahaman bahwa hanya dengan firman Tuhanlah imannya bisa bertumbuh dan dibangun.

Dengan beriman kepada Kristus, Sang batu penjuru, orang percaya menjadi batu hidup yang dipakai untuk membangun rumah rohani, di mana pelayanan imamat dilakukan. Tugas orang percaya bukan hanya menjadi milik Allah, tetapi juga menjadi tempat kediaman Allah, dengan tujuan untuk memberitakan karya Allah yang besar.

Seorang Kristen memang harus memiliki hubungan pribadi dengan Allah, tetapi di samping itu kita juga harus memiliki hubungan baik dengan sesama saudara seiman. Dan kesatuan sebagai bangsa pilihan itu bukan tanpa tujuan, melainkan agar maksud-maksud Allah digenapi yaitu agar orang lain mendengar tentang Dia dan mengenal nama-Nya sehingga Dia dimuliakan di bumi ini.(C)
Published with Blogger-droid v2.0.1

11/21/2011

"ARIF ATAU BEBAL"

"ARIF ATAU BEBAL"
Efesus 5:15-21

Begitu berharganya waktu sehingga lahirlah ungkapan Time is money (waktu adalah uang). Tiap menit bahkan tiap detik dihargai dengan nilai uang, sehingga waktu yang terbuang percuma dapat dinilai sama dengan pemborosan uang yang seharusnya dapat dihasilkan di dalam waktu yang terbuang itu.

Berdasarkan perkataan Paulus, kita melihat dua jenis orang, yaitu orang bebal dan orang arif. Penggolongan ini dilihat berdasarkan cara hidup, yaitu berdasarkan pemanfaatan waktu. Karena orang percaya telah menerima terang maka orang percaya harus berjalan sesuai terang itu. Hidup sesuai terang berarti seperti orang arif dan bukan seperti orang bebal (15). Bagaimanakah hidup orang arif? Ia memanfaatkan waktu semaksimal mungkin bagi kemuliaan Tuhan (16). Mengapa kearifan dikaitkan dengan pemanfaatan waktu? Setiap hari bersifat jahat, kita bisa saja tergoda memanfaatkannya untuk kesenangan diri, bukan kesenangan Tuhan. Oleh sebab itu orang perlu hikmat sejati agar memahami kehendak Allah (17), terutama dalam pemanfaatan waktu.

Orang arif dipenuhi Roh Kudus. Ini bukan terjadi sekali seumur hidup, tetapi secara berkelanjutan setelah orang mengalami transformasi. Orang yang dipenuhi Roh tidak akan membiarkan dirinya mabuk oleh alkohol (18). Mabuk merupakan kesia-siaan dalam pemanfaatan waktu yang seharusnya dipersembahkan bagi Kristus. Karena alkohol membuat orang kehilangan kesadaran, pengendalian diri, dan juga hikmat, serta dikuasai hawa nafsu. Hal sebaliknya akan terjadi bila orang dikuasai Roh Kudus karena Ia bekerja dalam diri setiap orang yang percaya Kristus, untuk menghasilkan hal-hal terbaik dalam hidupnya bagi kemuliaan Tuhan

Orang arif juga akan saling melayani dalam kasih (19-21). Bila kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan memiliki hasrat untuk menyembah Allah dan mendorong orang lain untuk menyembah Allah juga. Orang yang dipenuhi Roh akan dipenuhi dengan ucapan syukur dan bersikap rendah hati terhadap satu sama lain dan ini terjadi karena rasa takut akan Tuhan bukan pada manusia. Apakah Anda sudah arif? (?)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"TUNDUK DAN MENGASIHI"

"TUNDUK DAN MENGASIHI"
Efesus 5:22-33

Merendahkan diri terhadap orang lain bukan perkara mudah, karena itu berarti mengikis ego dan gengsi. Paulus menganjurkan jemaat Efesus agar hidup merendahkan diri, seorang kepada yang lain (Ef. 5:21). Bukan karena takut kepada orang yang derajat atau pangkatnya lebih tinggi, karena bila demikian kita tidak akan melakukannya terhadap orang yang kita sebut berstatus lebih rendah. Sebab itu kondisi yang Paulus anjurkan adalah kondisi ‘di dalam takut akan Kristus’.

Paulus kemudian mengambil konteks pernikahan untuk memberikan contoh situasi bagaimana orang percaya harus merendahkan diri satu sama lain. Pernikahan Kristen memiliki komitmen, kewajiban, dan tugas bagi dua pihak yang terikat dalam lembaga itu. Lembaga pernikahan sebenarnya merupakan perlambang dari hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. Seorang istri harus tunduk kepada suaminya sebagai kepala dalam pernikahan mereka. Artinya, ia harus menempatkan diri di bawah kepemimpinan suaminya. Gambaran tentang tunduknya istri kepada suami adalah tunduknya gereja kepada Yesus, yang adalah Kepala gereja. Maka sang suami harus menggambarkan kepemimpinan Kristus atas gereja dengan menunjukkan kasih dan pengurbanan diri (25). Kita tahu bahwa Kristus mengurbankan diri-Nya di salib bagi keselamatan dan pengudusan umat, yaitu gereja (26-27).

Maka Paulus menyebutkan bahwa kasih suami kepada istri harus sama seperti kasihnya kepada tubuhnya sendiri (28). Paulus menegaskan bahwa kasih suami terhadap istri seharusnya merefleksikan kesatuan Kristus dan gereja-Nya. Karena itu kepemimpinan suami harus bersifat melayani, bukan otoriter atas nama statusnya sebagai pemimpin.

Maka suami dan istri harus merendahkan diri satu sama lain dalam takut akan Tuhan. Suami dan istri harus melihat keberadaan mereka bukan dari sudut pandang yang individualistis, tetapi sebagai satu kesatuan. Kiranya Tuhan menolong setiap suami dan istri dalam rumah tangga Kristen untuk berperan dengan penuh kasih dan tanggung jawab. (@)
Published with Blogger-droid v2.0.1

"KEHARMONISAN HUBUNGAN DI DALAM TUHAN."

"KEHARMONISAN HUBUNGAN DI DALAM TUHAN."
Efesus 6:1-9

Judul: Keharmonisan hubungan di dalam Tuhan
Hubungan dalam keluarga dan dunia kerja banyak diuji. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi di mana-mana: orang tua mengekploitasi anaknya atau anak membunuh orang tuanya. Begitu pun dalam dunia kerja, majikan memeras keringat karyawan dengan gaji yang sangat minim, dan karyawan menyuarakan ketidakpuasan dengan kekerasan.

Ini terjadi juga pada zaman Paulus, di mana ada istilah patria potestas (kuasa mutlak yang dimiliki ayah atas keluarga dan anak-anaknya), dan kuasa mutlak itu juga dimiliki tuan atas hamba-hambanya. Dalam dunia yang demikian, Paulus menasihati jemaat Efesus untuk memperhatikan keharmonisan dalam hubungan anak-orang tua serta antara hamba dan tuan. Anak-anak harus menaati orang tua meski mendapat perlakuan yang tidak semestinya. Walau tidak menyenangkan, anak harus menaati orang tua sebagai wujud ketaatan pada firman Tuhan. Anak harus menghargai orang tua yang telah melahirkan, membesarkan, serta mendidik mereka. Ketaatan ini akan mendatangkan berkat dan umur panjang (bdk. Kel. 20:12). Sebaliknya, orang tua tidak boleh membangkitkan amarah anak melalui perkataan atau perbuatan yang kasar, menghina, meremehkan, menindas, atau melecehkan mereka. Sebaliknya ayah harus mendidik sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab bagi pendidikan jasmani dan rohani anak-anaknya.

Lalu dalam hubungan antara hamba dan tuan, Paulus menasihati para hamba untuk menaati dan melayani tuan mereka dengan gentar dan tulus hati, sama seperti melayani Kristus. Mereka harus rajin bekerja, meski sang tuan tidak mengawasi. Sang tuan harus memperlakukan hamba-hambanya dengan baik dan adil. Ia tidak boleh menindas para pekerjanya. Niscaya Tuhan akan memberkati mereka.

Bila setiap anggota keluarga, serta majikan dan karyawan memiliki hubungan yang harmonis, maka keluarga akan bahagia dan usaha atau pekerjaan pun akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, bangunlah hubungan yang harmonis dengan sesama kita di dalam rasa takut akan Tuhan. (C)
Published with Blogger-droid v2.0.1

11/04/2011

"DIPERSATUKAN DALAM KRISTUS"

"DIPERSATUKAN DALAM KRISTUS"
Efesus 2:11-22

Mengingat karya Allah memang penting agar kita memahami kebesaran kuasa dan kasih-Nya. Itu akan membuat kita bersyukur dan tahu bagaimana mengisi hidup.

Paulus menekankan agar jemaat Efesus mengingat keadaan mereka sebelum mengenal Kristus. Bagi orang bukan Yahudi, mereka adalah orang kafir, yaitu orang tak bersunat yang tidak terhisab ke dalam bilangan umat Allah serta tidak berhak menerima janji-janji Allah (11-12). Mereka terpisah dari Kristus maka tak ada pengharapan!

Namun kondisi mereka berbalik seratus delapan puluh derajat saat mereka ada di dalam Yesus. Darah Yesus yang dicurahkan di kayu salib telah menghancurkan tembok pemisah antara mereka dengan Allah, begitu pula antara mereka dengan bangsa pilihan Allah (13-14). Orang kemudian dapat datang langsung kepada Allah tanpa membutuhkan seorang perantara, seperti sebelumnya. Orang Yahudi dan orang nonYahudi pun kemudian mempunyai status yang sama di dalam Yesus, yaitu sebagai anggota keluarga Allah (19).

Setiap orang seharusnya berkesempatan untuk menjadi keluarga Allah. Hanya saja ada orang-orang yang suka menempatkan barier, yang menghalangi orang lain masuk ke dalam komunitas orang percaya. Sungguh ironis, orang Kristen lebih ekslusif dibandingkan Allah sendiri. Padahal di dalam Kristus seharusnya tidak ada diskriminasi lagi karena Kristus telah menjadi kunci bagi rekonsiliasi antara manusia dengan Allah dan dengan sesamanya sehingga semua orang percaya mempunyai status sama, yaitu warga Kerajaan Allah. Dan semuanya tersusun menjadi bait kudus, yaitu bait Allah, tempat kediaman Allah (21-22).

Begitulah seharusnya gereja, kesatuannya lahir bukan karena organisasi atau liturgi; melainkan karena iman kepada Yesus, batu penjuru gereja. Gereja ada bukan untuk menonjolkan kelebihan doktrin yang dianut, tetapi untuk menjadi tempat Allah berdiam serta persekutuan bagi semua orang yang beriman kepada Kristus dapat bertemu. Sudahkah gereja, tempat kita menjadi anggota, demikian?
Published with Blogger-droid v2.0

"UNTUK SELURUH BANGSA"

"UNTUK SELURUH BANGSA"
Efesus 3:1-13

Bangsa Yahudi hidup dalam paradigma bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Paradigma ini membatasi penerimaan mereka terhadap orang-orang nonYahudi. Namun surat Paulus kepada jemaat di Efesus membuka mata semua orang tentang kekeliruan itu.

Paulus menyebutnya sebagai rahasia, yaitu keselamatan yang terjadi karena Kristus telah menggenapi karya salib di Golgota. Karya itu ditujukan bukan hanya bagi orang Yahudi melainkan bagi orang nonYahudi juga. Pelayanan mengenai rahasia keselamatan itu dipercayakan kepada Paulus (2-3), yang memahami bahwa panggilan itu merupakan kasih karunia Allah. Ia, yang sebelumnya adalah penganiaya jemaat kemudian dipercaya untuk menjadi seorang pemberita Injil (8). Lalu Allah mengutus Paulus kepada orang-orang nonYahudi supaya mereka yang mau percaya dapat ambil bagian dalam kasih karunia-Nya. Sebab itu Paulus melihat tugasnya sebagai hak istimewa untuk menjadi saluran kasih karunia Allah (7).

Kesatuan orang Yahudi dan nonYahudi di dalam Kristus merupakan rahasia yang tidak dipahami sepenuhnya oleh orang-orang beriman pada zaman Perjanjian Lama. Namun kesatuan ini bukanlah rencana Allah yang muncul belakangan sebagai akibat orang Yahudi yang merespons Injil tidak sebagaimana mestinya. Ketika Yesus memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel sebagai Juruselamat mereka, Ia menjelaskan bahwa Ia datang untuk menyelamatkan orang Yahudi dan nonYahudi. (lihat Luk. 4:16-30). Kalau kita perhatikan Amanat Agung yang diberikan kepada para rasul oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga, jelas kita melihat bahwa para murid diperintahkan untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa (Mat. 28:18-20; Kis. 1:8), artinya kepada orang nonYahudi juga. Dan itulah tugas Paulus, meskipun ia harus menderita karena itu (lihat Kol. 1:24-29).

Marilah kita bersyukur untuk kasih karunia-Nya bagi kita, orang-orang nonYahudi. Biarlah kita mengungkapkan rasa syukur kita dengan memberitakan Kabar Baik kepada setiap orang dari segala bangsa."UNTUK SELURUH BANGSA"
Efesus 3:1-13

Bangsa Yahudi hidup dalam paradigma bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Paradigma ini membatasi penerimaan mereka terhadap orang-orang nonYahudi. Namun surat Paulus kepada jemaat di Efesus membuka mata semua orang tentang kekeliruan itu.

Paulus menyebutnya sebagai rahasia, yaitu keselamatan yang terjadi karena Kristus telah menggenapi karya salib di Golgota. Karya itu ditujukan bukan hanya bagi orang Yahudi melainkan bagi orang nonYahudi juga. Pelayanan mengenai rahasia keselamatan itu dipercayakan kepada Paulus (2-3), yang memahami bahwa panggilan itu merupakan kasih karunia Allah. Ia, yang sebelumnya adalah penganiaya jemaat kemudian dipercaya untuk menjadi seorang pemberita Injil (8). Lalu Allah mengutus Paulus kepada orang-orang nonYahudi supaya mereka yang mau percaya dapat ambil bagian dalam kasih karunia-Nya. Sebab itu Paulus melihat tugasnya sebagai hak istimewa untuk menjadi saluran kasih karunia Allah (7).

Kesatuan orang Yahudi dan nonYahudi di dalam Kristus merupakan rahasia yang tidak dipahami sepenuhnya oleh orang-orang beriman pada zaman Perjanjian Lama. Namun kesatuan ini bukanlah rencana Allah yang muncul belakangan sebagai akibat orang Yahudi yang merespons Injil tidak sebagaimana mestinya. Ketika Yesus memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel sebagai Juruselamat mereka, Ia menjelaskan bahwa Ia datang untuk menyelamatkan orang Yahudi dan nonYahudi. (lihat Luk. 4:16-30). Kalau kita perhatikan Amanat Agung yang diberikan kepada para rasul oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga, jelas kita melihat bahwa para murid diperintahkan untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa (Mat. 28:18-20; Kis. 1:8), artinya kepada orang nonYahudi juga. Dan itulah tugas Paulus, meskipun ia harus menderita karena itu (lihat Kol. 1:24-29).

Marilah kita bersyukur untuk kasih karunia-Nya bagi kita, orang-orang nonYahudi. Biarlah kita mengungkapkan rasa syukur kita dengan memberitakan Kabar Baik kepada setiap orang dari segala bangsa.
Published with Blogger-droid v2.0

"LANDASAN DOA"

"LANDASAN DOA"
Efesus 3:14-21

Pada umumnya orang berdoa untuk mencari kehendak Allah, dan itu dilakukan dalam kaitan dengan rencana masa depannya. Ini tidak salah. Namun mari kita lihat dimensi lain, yaitu menjadikan kehendak Allah sebagai landasan doa.

Kemarin kita melihat pemahaman Paulus mengenai kehendak Allah bagi orang percaya yaitu bahwa seluruh bangsa, baik Yahudi maupun nonYahudi, menjadi satu di dalam Kristus. Rancangan Allah yang mulia inilah yang mendasari doa Paulus dalam bacaan hari ini (14). Paulus berdoa agar jemaat Efesus dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh Allah berdasarkan kekayaan kemuliaan-Nya (16-17). Inilah kebutuhan mendasar orang beriman, yaitu kehadiran kuasa Allah di dalam hidup. Dan itu bisa terjadi bila Kristus berdiam di dalam hati mereka yang beriman kepada Dia (bdk. Yoh. 14:23). Dengan Kristus berdiam di dalam hati dan Roh Kudus menguatkan maka jemaat Efesus akan hidup seturut ajaran Kristus. Hidup yang seperti ini akan mengalami perubahan dari hari ke hari, bertumbuh dan semakin serupa dengan Kristus. Paulus juga berdoa agar orang-orang Kristen nonYahudi memahami dimensi penuh dari kasih Kristus, sebagaimana anggota dalam keluarga Allah (18). Umat yang telah mengalami kasih Kristus niscaya akan memahami kasih itu serta mau hidup dan berakar serta berdasar di dalamnya. Tujuannya, agar jemaat Efesus dipenuhi oleh kepenuhan Allah.

Doksologi di akhir doa Paulus memperlihatkan keyakinan Paulus akan kebesaran Allah. Ia memahami bahwa kuasa Allah yang melampaui segala sesuatu bekerja juga di dalam diri orang yang percaya kepada Dia, baik Yahudi maupun nonYahudi.

Doa Paulus ini dapat dilihat sebagai refleksi kebutuhan utama umat Tuhan. Jemaat akan mengalami hidup yang dinamis bila Kristus berdiam di dalam hati mereka. Hidup mereka akan efektif karena memiliki kualitas yang lahir dari kuasa Roh Kudus, pemahaman akan kasih Kristus, serta dipenuhi oleh kepenuhan Allah.Inilah yang akan menolong jemaat memahami panggilan mereka sebagai umat Tuhan di dunia ini.
Published with Blogger-droid v2.0

"DIPILIH SEBELUM DIJADIKAN"

"DIPILIH SEBELUM DIJADIKAN"
Efesus 1:1-14

Bagaimana Anda memandang sesama orang percaya? Saudara seiman atau teman segereja? Paulus menyebut jemaat Efesus sebagai orang kudus dan orang percaya dalam Kristus Yesus (1).

Ketika orang menerima keselamatan, berkat rohani seperti kasih karunia, damai sejahtera, dan seluruh kepenuhan arti keselamatan menjadi pengalaman riil. Itulah keajaiban keselamatan yang Tuhan kerjakan.

Bapalah sumber keselamatan. Ia memilih dan menetapkan orang percaya sebelum menciptakan alam semesta. Pilihan ini lahir semata-mata dari kasih karunia-Nya dan terwujud karena Anak-Nya melakukan karya penyelamatan bagi manusia. Ajaran tentang rencana keselamatan dan pilihan kekal Allah membuat keselamatan bertumpu pada sesuatu yang pasti dan bukan pada kondisi manusia. Dia memilih dan menganugerahkan keselamatan untuk suatu tujuan yaitu agar umat kudus dan tanpa cacat cela (4), yaitu tidak lagi hidup sia-sia dalam kecemaran dosa karena telah diubah Tuhan menjadi orang-orang kudus. Maka hidup orang pilihan seharusnya mencerminkan kemuliaan Tuhan yang telah memilih dan memilikinya penuh.

Diangkatnya kita menjadi anak-anak Allah (5) merupakan dampak dari keputusan Allah memilih kita. Sebagai anak, ada hak yang harus kita terima dan ada kewajiban yang harus kita jalankan. Pernyataan Paulus ini, merupakan adaptasi hukum Romawi saat itu yang menetapkan bahwa anak yang diadopsi juga harus memiliki dan menikmati hak yang sama dengan anak kandung.

Kita adalah anak-anak pilihan Allah masa kini, yang sudah mengalami penebusan dosa oleh pengurbanan Kristus. Dalam hal ini kita bertanggung jawab untuk meninggalkan perilaku cemar dan memasuki proses penyucian yang dilakukan oleh Roh Kudus.Menerima anugerah Allah yang ajaib ini pasti mendorong kita bersyukur dan menjadikan hidup kita suatu pujian yang serasi dengan kemuliaan dan anugerah-Nya. Maka pancarkan kemuliaan Tuhan yang telah memilih dan memiliki kita hingga dunia dapat melihat bahwa kita adalah sah milik Allah.
Published with Blogger-droid v2.0

11/01/2011

"TELAH DISELAMATKAN"

"TELAH DISELAMATKAN"
Efesus 1:15-23

Sukacita besar akan dirasakan hamba Tuhan bila gereja yang pernah dia layani bertumbuh dalam iman, pengharapan, dan kasih. Inilah yang dirasakan Rasul Paulus saat mendengar berita bahwa jemaat Efesus yang dia layani selama tiga tahun (Kis. 20:31) dengan penuh kesabaran, kesungguhan hati, dan tantangan dari luar (Kis. 20:18-21, 33-35) bertumbuh dalam segala hal. Mereka telah bertumbuh dalam iman, yang mewujud dalam hidup sehari-hari dengan saling mengasihi (15). Untuk itu Paulus tidak henti-hentinya bersyukur dan juga mendoakan mereka.

Apa isi doa Paulus? Pertama, agar jemaat Efesus mendapat hikmat dan iluminasi Roh Kudus hingga makin mengerti kebenaran firman Tuhan dan mengenal Allah dengan benar (17). Kedua, agar jemaat Efesus dapat mengerti pengharapan di balik panggilan sebagai orang percaya dan pengharapan akan kemuliaan kelak bahwa semua orang percaya akan mendapat bagian warisan secara penuh dari apa yang Tuhan telah janjikan (18). Di samping itu, jemaat Efesus juga harus menyadari bahwa mereka memiliki kuasa untuk hidup dan melayani Dia sebagai anak-anak Allah (19). Kuasa ini pertama-tama telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan Allah Bapa di surga (20) sebagai Penguasa mutlak atas semua kuasa di bawah kolong langit ini, sekarang dan yang akan datang. Dia juga Kepala jemaat, yaitu kepala bagi setiap orang yang percaya dan menyembah Dia.

Sebagai orang yang telah diselamatkan, kita memiliki Roh Kudus sebagai tanda dan jaminan bahwa kita adalah milik Kristus (13-14). Kehidupan iman kita harus bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus bahwa Dialah Tuhan satu-satunya. Oleh karena Dia adalah penguasa atas alam semesta dan sekaligus Kepala jemaat, kita yang adalah jemaat-Nya tidak takut akan kuasa apa pun di dunia ini. Justru sebagai tubuh Kristus kita menyaksikan kekayaan rohani kita berupa kasih dan kuasa-Nya yang memancar keluar melalui setiap perbuatan dan perkataan kita setiap hari.
Published with Blogger-droid v2.0

"KARENA ANUGERAH"

"KARENA ANUGERAH"
Efesus 2:1-10

Seorang penjahat kelas berat divonis hukuman mati. Namun sebelum hukuman mati dilaksanakan, sang penjahat mendapat grasi dari presiden yang membuat dia bebas! Status ‘terhukum’ berubah menjadi ‘bebas’! Perubahan ini terjadi bukan karena si penjahat melakukan kebaikan, melainkan karena presiden ingin menganugerahkan kebebasan kepada si penjahat.

Status jemaat Efesus di dalam Tuhan telah berubah: dahulu mati disebabkan pelanggaran dan dosa-dosa (1) sekarang dihidupkan bersama-sama Kristus (5). Kondisi mati yang dimaksud Paulus adalah mengalami keterpisahan dari Allah serta tidak dapat menghargai perkara-perkara rohani karena pikiran mereka gelap. Mereka menaati Iblis dengan mendurhakai Tuhan. Akibatnya, mereka dimurkai Allah dan menuju kebinasaan. Paulus juga mengakui bahwa orang Kristen Yahudi pun dulu sama saja dengan orang Kristen asal kafir, karena mereka hidup di dalam kehendak daging dan pikiran yang jahat (3).

Namun Allah menyatakan kasih karunia dan kemurahan yang besar. Mereka diselamatkan dari perhambaan dosa, maut, dan murka Allah oleh iman kepada Kristus. Di dalam Kristus, Allah membangkitkan mereka yang sudah mati secara rohani dan memberikan tempat tinggal yang mulia dan warisan bersama Kristus di surga. Itulah yang merubah status mereka (4). Perubahan itu terjadi tanpa andil manusia sedikit pun, sebab tidak ada perbuatan baik yang dapat melayakkan manusia menerima keselamatan (8). Oleh karena itu tak seorang pun dapat membanggakan diri karena keselamatan itu merupakan pemberian Allah (9).

Keselamatan manusia memang terjadi bukan karena perbuatan baik, tetapi Allah menyediakan aneka perbuatan baik bagi orang yang telah diselamatkan. Jadi perbuatan baik itu bukan prasyarat sebuah keselamatan, melainkan ucapan syukur atas keselamatan itu. Dengan demikian kita tahu bagaimana kita harus mengisi hidup dengan melakukan perbuatan baik yang Allah telah persiapkan. Hanya dengan demikianlah hidup kita berharga dan menyenangkan hati-Nya.
Published with Blogger-droid v2.0