2 Petrus 1:16-21
Kadang waktu kita mendengarkan khotbah kita segera merasakan bahwa si pengkhotbah tidak sungguh-sungguh meyakini yang ia khotbahkan. Isi khotbahnya mungkin sangat baik, sistematis dan "alkitabiah". Namun, tidak ada rohnya. Tidak keluar dari hati yang mengasihi Allah dan mengasihi jemaat. Khotbah tersebut mungkin mencerahkan intelektual jemaat, tetapi tidak membangun kerohanian mereka.
Petrus ketika menyampaikan nasihatnya, bukan keluar semata-mata dari kecerdasan berpikirnya. Bagi yang menguasai bahasa Yunani Koine, tahu bahwa bahasa Yunani surat 2 Petrus ini bukan yang terbaik. Yang menjadi pegangan Petrus adalah dia sebagai saksi mata Kristus dalam pemuliaan-Nya (17-18; Mat. 17:1-8). Pemuliaan Tuhan Yesus membuka pemahaman Petrus akan siapa Dia. Pertama, Dia adalah Anak Allah yang kepada-Nya, Allah Bapa berkenan. Berarti ajaran mengenai Tuhan Yesus akan datang kembali sebagai Raja adalah benar (16). Pengharapan orang Kristen tidak sia-sia. Kedua, di pemuliaan Tuhan Yesus, Petrus melihat dua tokoh besar Perjanjian Lama, Musa yang mewakili Hukum Taurat dan Elia yang mewakili nabi-nabi bercakap-cakap dengan Tuhan Yesus. Artinya, Perjanjian Lama memang menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai penggenap nubuat dan janji Mesianik (19). Bagi Petrus, Perjanjian Lama adalah firman Allah yang sejajar dengan Perjanjian Baru. Keduanya menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat manusia. Maka, untuk mengerti dengan benar ajaran kebenaran, umat Tuhan harus membaca Perjanjian Lama. Ingat, pada waktu Petrus menulis surat ini, Perjanjian Baru belum ada atau lengkap seperti sekarang ini.
Hari ini kita bersyukur memiliki Alkitab lengkap. Petunjuk penting mengenai Tuhan Yesus dapat kita temukan melalui membaca dan merenungkannya. Lebih daripada itu, kita harus mengalami Tuhan Yesus dalam hidup kita secara pribadi agar kita dapat menyaksikan-Nya kepada orang lain. Kita adalah saksi-saksi Kristus melalui perkataan, perbuatan, dan sikap kita! ©®
Published with Blogger-droid v2.0.1