Selamat datang di Crent Regeneration.

Terimakasih atas kunjungan anda.
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."(Ef 2:19,8-10)

7/04/2012

MENDENGAR DAN MELAKUKANNYA

MENDENGAR DAN MELAKUKANNYA Matius 7:24-27 Sebagai seorang pengajar atau pemberita Firman, kita sering merasa puas dan senang ketika menemukan orang-orang yang antusias di dalam belajar Firman Tuhan. Ketika khotbah berakhir atau kelompok kecil yang kita pimpin ditutup dengan doa, rasanya selesailah tugas yang berkenaan dengan Firman. Para jemaat atau anggota kelompokpun tak jarang merasa telah menyelesaikan bagian terpenting hari itu, yaitu menjadi pendengar atau pembelajar Firman yang sangat baik. Namun, pemaknaan perumpamaan Yesus mengejutkan. Ternyata mendengarkan Firman, meski mungkin sangat antusias bukanlah perkara yang paling menentukan. Berkegiatan di seputar Firman tidak otomatis membuat hidup seseorang menjadi teguh. Orang sebaik ini masih pantas disebut bodoh karena pasti hidupnya akan porak poranda menghadapi badai kehidupan. Apa pasalnya? Fondasi yang laksana batu nan kokoh itu dibangun tidak hanya dengan mendengarkan, tetapi juga melakukan firman Tuhan. Perbedaan fondasi ini akhirnya terlihat ketika kedua rumah dalam perumpanaan itu diperhadapkan dengan tantangan berat. Yang satu roboh dan yang lainnya tetap kokoh. Jelaslah, menjadi pendengar dan pelaku Firman adalah dua hal yang sangat berbeda dan akan menimbulkan perbedaan besar. Kita perlu waspada sebab kita mungkin merasa cukup bangga dan aman dengan bangunan hidup kita. Kita merasa punya fondasi kokoh karena mungkin kita masih bisa bersentuhan dengan firman secara rutin. Namun, apa yang kita pelajari perlu kita jadikan perilaku sesehari. Setiap kebenaran seharusnya kita ubah menjadi kelakuan yang tampak. Berapa banyak yang sudah kita lakukan? Jadi, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (Matius 7:24)
Published with Blogger-droid v2.0.6

FOKUS PADA KELUARGA?

FOKUS PADA KELUARGA? Kejadian 3:1-7 Kalau kita mengumpulkan buku-buku tentang keluarga, akan ditemukan cukup banyak topik mengenai pentingnya mendengarkan pasangan kita. Ada banyak pertengkaran atau bahkan kegagalan di dalam keluarga karena masing-masing gagal menjadi pendengar bagi pasangannya. Lalu muncullah banyak tips menjadi pendengar yang baik agar keluarga menjadi harmonis. Namun dari bacaan kita, kejatuhan keluarga Adam dimulai justru saat Adam mendengarkan usulan Hawa, istrinya. Dalam sekejap mereka menjadi "sehati-sepikir" untuk sebuah keputusan besar. Entah Adam sungguh-sungguh sepakat dengan ide istrinya atau ia sekadar tak punya keberanian mengatakan tidak kepada usulan Hawa, keputusan mereka berakibat fatal. Mereka sepakat dan kompak untuk tidak taat kepada Allah. Adam tak mampu menjadi pencegah dosa bagi pasangannya. Ia gagal untuk mewujudkan kerinduan Allah agar dengan hadirnya pasangan, kehidupan mereka menjadi lebih baik (Kejadian 2:18). Betapa sering kita terpesona dengan istilah "keluarga yang harmonis". Namun seringkali itu diartikan bahwa sebagai sebuah keluarga kita harus selalu sehati-sepikir dalam hal apa pun. Ini akan menjadi jerat yang berbahaya kalau justru kekompakan keluarga menjadi lebih penting daripada ketaatan kepada Allah. Sangat baik kalau kita bisa mendengarkan pendapat pasangan. Namun jauh lebih penting untuk mendengarkan suara Tuhan Sang Kepala keluarga yang sesungguhnya. Bahkan terkadang adu argumentasi justru diperlukan agar kepentingan Allah yang menang. "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya." (Kejadian 3:6)
Published with Blogger-droid v2.0.6

ORANG TUA DAN KERETAKAN DALAM KELUARGA

ORANG TUA DAN KERETAKAN DALAM KELUARGA Kejadian 27:41-28:9 Orang tua yang tidak bijaksana dapat menimbulkan banyak masalah dalam keluarga. Ishak dan Ribka secara membabi buta membela anak kesayangan masing-masing. Tindakan yang mereka lakukan berakibat buruk dalam relasi antara Esau dan Yakub dan memecah belah keluarga tersebut. Perpecahan timbul akibat orang tua pilih kasih terhadap anak-anak mereka. Tak heran bila ada rasa dendam di kemudian hari. Namun yang diperbuat Ribka ialah kembali memisahkan kedua anaknya jauh-jauh agar tidak saling bertemu. Dengan alasan supaya Yakub mendapatkan seorang istri dari sanak keluarganya, maka Ribka mengirim Yakub ke rumah Laban disertai berkat Ishak, ayahnya. Karena Ribka merasa gusar dengan istri-istri Esau yaitu perempuan Het (26:35, 27:37, 28:8). Sayang sekali Ribka, sebagai ibu, menjadi inisiator perpecahan di antara anak-anaknya dengan dasar kasih mereka yang egois dan persoalan mereka sendiri tanpa menyelesaikan persoalan yang sebenarnya terjadi. Di kemudian hari perpecahan ini berlanjut di antara keturunan Esau dan Yakub, yaitu Israel dan Kanaan. Sungguh tragis. Inilah akibat dari dosa orang tua yang tidak taat kepada Allah. Ishak bersikeras memberkati Esau walau sudah tahu bahwa hal itu tidak sesuai kehendak Allah, sementara Ribka memakai penipuan untuk memaksakan penggenapan nubuat Tuhan atas Yakub tentang berkat anak sulung. Kepergian Yakub menunjukkan betapa keluarga yang semula tinggal bersama kemudian terpencar karena pertikaian saudara. Ribka sendiri menanggung akibat yang berat dari penipuannya karena setelah Yakub pergi, ia tidak pernah lagi berjumpa dengan Yakub. Ribka meninggal sebelum Yakub kembali pada keluarganya. Peranan orang tua sangat penting dalam perjalanan rumah tangga dan keharmonisan keluarga. Karena itu sebagai orang tua, marilah kita belajar untuk selalu taat pada kehendak Tuhan atas keluarga kita. Kita juga harus senantiasa memohon hikmat dari Tuhan supaya kita mampu membimbing anggota keluarga kita untuk senantiasa taat pada-Nya. "Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: "Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh." (Kej 27:41)

Published with Blogger-droid v2.0.6