Yesaya 7:1-9
Menjadi seorang pemimpin harus memiliki hikmat dan keyakinan supaya orang yang dipimpin merasa aman dan percaya penuh kepadanya. Hikmat diperlukan untuk menilai kemampuan diri sendiri secara tepat dalam memimpin. Keyakinan adalah iman kepada Tuhan yang memercayakan kepemimpinan tersebut.
Kepemimpinan Ahas diuji. Koalisi Israel dan Aram mengancam Yehuda. Karena Ahas adalah keturunan Daud, dan Tuhan telah mengikat janji kepada Daud bahwa takhta Israel selamanya ada pada keturunan Daud, seharusnya Ahas tidak perlu takut. Yesaya diutus kepada Ahas untuk meneguhkan janji tersebut. Yesaya menubuatkan umur pendek dari koalisi tersebut. Sayang, Ahas yang ketakutan menghadapi mereka (2) justru mencari pertolongan dari Asyur, (2Raj. 16:7-9).
Untuk apa Yesaya membawa putranya Syear Yasyub bertemu Ahas. Secara harfiah nama itu berarti "suatu sisa akan kembali". Tema 'sisa Israel' memang dominan di kitab Yesaya. Tema ini berbicara bahwa Yehuda tidak akan bisa menghindar dari hukuman Allah. Mereka kelak akan dihancurkan, namun tidak sama sekali. Selesai penghukuman akan ada sisa Israel yang kembali untuk membangun Yerusalem. Apakah Yesaya membawa anaknya untuk mengingatkan Ahas, bahwa 'penolakan Ahas untuk percaya' menegaskan keadilan penghukuman Allah?; bahwa Tuhan sudah tahu bangsa yang bebal ini akan menolak percaya kepada pemberitaan nabi (lihat 6:9-10)?
Apa pun alasan Yesaya, kita belajar satu hal yang penting. Ketidakpercayaan Ahas tidak membuat janji penyelamatan, maupun ancaman penghukuman Tuhan terganggu. Tuhan tetap berdaulat menyatakan rencana-Nya. Kalau demikian, tidak ada kata lain selain harus percaya kepada Allah! Apalagi kita yang dipercaya untuk memimpin umat-Nya. Jangan sekali-kali kita menaruh percaya pada pihak lain, selain Allah. Dialah yang berdaulat penuh baik untuk mengampuni maupun untuk menghukum! Di dalam Kristus kita yang percaya kepada-Nya hanya akan mengalami anugerah-Nya! ©®
Published with Blogger-droid v2.0.2