Selamat datang di Crent Regeneration.

Terimakasih atas kunjungan anda.
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."(Ef 2:19,8-10)

8/30/2012

TERANG BAGI DUNIA

TERANG BAGI DUNIA Matius 5:13-16 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Yesus mengingatkan murid-murid-Nya bahwa untuk memenuhi fungsinya, terang harus berada di tempat yang tepat, yaitu di tempat yang bisa dilihat orang (ayat 16). Bukankah "dilihat orang" itu terkesan sombong? Dalam konteks ini tidak, karena tujuannya adalah orang dibawa memuji Tuhan, bukan kebaikan manusia. Berada di tempat yang tepat dimaksudkan agar fungsi terang itu maksimal (ayat 15). Di manakah terang paling berfungsi jika bukan di tempat yang gelap? Kapan orang membutuhkan cahaya untuk melihat kota di atas gunung atau beraktivitas di dalam rumah? Bukankah pada saat gelap meliputi? Kerap kali pelita orang kristiani "tersembunyi" selama hari kerja, karena yang dianggap pelayanan hanyalah aktivitas hari Minggu di gereja. Padahal, dunia yang butuh diterangi itu mencakup semua bidang kehidupan -hukum dan pemerintahan, bisnis dan ekonomi, kesehatan dan pendidikan, media, bahkan seni, dan hiburan. Ketika menjumpai "kegelapan" di negeri ini, biarlah kita tidak putus harapan, tetapi justru bersemangat, karena di sanalah kesempatan yang sesungguhnya menjadi terang dunia. DI MANAKAH ANDA DAN SAYA SEHARUSNYA BERADA AGAR BANYAK ORANG MELIHAT KEBENARAN DAN MEMULIAKAN TUHAN?
Published with Blogger-droid v2.0.6

MENYANGKAL DIRI

MENYANGKAL DIRI Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (Lukas 9:23) Lukas 9:22-27 Menyangkal diri biasanya sering diartikan dengan meninggalkan sesuatu yang baik dan diinginkan seperti keberhasilan karir dan kenyamanan materi, demi mengikut Kristus. Namun, banyak yang enggan meninggalkan karakter yang buruk demi mengikut Kristus. Mungkin kita pernah mendengar orang yang berkata: "Aku memang pemarah. Itu sudah turunan, tidak bisa diubah." Atau, "Aku begini ya karena keluargaku berantakan." Keluarga, masa lalu, dan situasi bisa jadi kambing hitam ketidakmauan orang untuk berubah. Yesus sangat jelas dengan tanggung jawab personal dalam mengikut Dia. "Setiap orang" punya tanggung jawab untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus. Apa pun latar belakang dan situasi orang itu. Ketika kita menyangkal tanggung jawab atas kebiasaan buruk kita, bukankah itu sama saja dengan berkata: "Tuhan, kalau aku disuruh berubah, aku tidak bisa ikut Engkau. Tuhan kan tahu situasiku." Kita sama saja dengan orang yang berusaha "menyelamatkan diri sendiri" dan menyalahkan semua yang lain, termasuk Tuhan. Kita mau ikut Dia dengan catatan kita bebas menentukan bagaimana caranya. Bukankah itu menunjukkan bahwa kita sebenarnya sedang menolak mengikut Dia? Yesus menghendaki kita mengikuti Dia, meneladani hidup- Nya yang memuliakan Allah. Adakah kebiasaan buruk yang harus kita tinggalkan demi hal itu? Mari mengakui kebiasaan buruk itu sebagai kesalahan kita pribadi, bukan orang lain, masa lalu, atau situasi di sekitar kita. Meninggalkannya mungkin butuh perjuangan. Namun, itulah kehendak Yesus bagi kita. Dia yang memanggil akan memampukan kita untuk melakukannya! MENYANGKAL DIRI TERMASUK MENINGGALKAN SIFAT BURUK YANG SELAMA INI NYAMAN KITA LAKUKAN.
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/23/2012

BERSIKAP DI DALAM MASA SULIT

BERSIKAP DI DALAM MASA SULIT Filipi 4:2-9 Sebagai manusia yang masih hidup di dunia, orang Kristen tidak bebas dari masalah. Demikian juga dengan jemaat di Filipi yang mencemaskan Paulus dan juga memikirkan keselamatan diri mereka sendiri. Dalam hidup yang demikian, Paulus memberikan beberapa nasihat untuk hidup di dalam situasi seperti itu. Pertama, di tengah masalah dan ancaman kita diajak untuk memelihara kesatuan dan kesehatian di antara umat Tuhan (2-3). Pandangan duniawi adalah berusaha untuk mencari kepentingan pribadi tanpa menghiraukan orang lain. Namun, Paulus mengajarkan yang sebaliknya, para pemimpin jemaat harus senantiasa mempererat kesatuan di antara jemaat dan saling memperhatikan kepentingan sesamanya. Kedua, tetap bersukacita dan berbuat baik (4-5). Di tengah-tengah kesulitan, hanya sedikit orang yang mau berbuat baik bagi sesamanya, karena orang lebih cenderung memikirkan dirinya sendiri. Namun, umat Tuhan dipanggil justru untuk menyatakan kebaikan kepada sesama, dalam keadaan apapun. Tentu saja ini bukan pamer perbuatan baik untuk mendapat pujian orang, tetapi untuk menyatakan berkat Tuhan buat sesama. Ketiga, tidak khawatir, melainkan menyatakan segala keinginan hati kita kepada Tuhan di dalam doa. Jika kita hidup di dalam kekhawatiran maka kita akan tunduk dan dikuasai oleh kekhawatiran itu. Jika kita berdoa dan bergantung kepada Tuhan, maka damai sejahtera Tuhanlah yang akan mengendalikan dan memimpin hati dan pikiran kita. Keempat, memikirkan dan melakukan segala sesuatu yang baik, seperti yang telah diajarkan Paulus (8-9). Berpikir mengenai hal-hal yang baik dan mulia adalah langkah pertama untuk tidak dikuasai masalah. Namun, agar dapat lolos dan menjadi pemenang, kita perlu mempraktikkan semua pikiran baik tersebut. Karena itu pilihlah untuk mengambil sikap yang positif di tengah-tengah arus dunia ini. Ingat, sikap positif itu bukan berdasarkan akal budi kita semata melainkan berdasarkan pada janji firman-Nya! "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:8)
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/18/2012

CAKAP BEKERJA

"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." (Ams 22:29)
Published with Blogger-droid v2.0.6

ETOS KERJA KRISTEN

ETOS KERJA KRISTEN Filipi 2:12-18 Salah satu alat ukur penting untuk menilai pekerjaan seseorang adalah etos kerjanya. Sebagai orang Kristen kita melakukan yang terbaik karena Kristus telah memberikan yang terbaik, yaitu anugerah keselamatan. Itulah etos kerja Kristen dan itulah makna "mengerjakan keselamatan" (12). Etos kerja yang baik mengandung nilai-nilai sebagai berikut. Pertama, kerja bukan karena dilihat orang. Paulus menasihati jemaat untuk mengerjakan pelayanan mereka dengan baik sekalipun Paulus tidak hadir di tengah-tengah mereka karena pelayanan itu ditujukan kepada Allah (12-13). Bukankah kita sering menemukan orang-orang yang bekerja keras di depan bos, tetapi bersikap santai ketika bos pergi? Kedua, kerja baik dengan sungguh-sungguh, tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, pekerjaan atau pelayanan adalah ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan (14-15). Banyak orang terlihat bekerja keras, tetapi di balik itu mereka sering mengeluh dengan alasan seperti 'gaji kecil', 'bos galak', 'lingkungan kerja buruk' dan lain-lain. Ketiga, kerja dengan berdedikasi dan kerelaan untuk berkurban. Semangat materialistis mengajarkan supaya kita bekerja sesuai dengan bayaran yang disediakan. Sedangkan etos kerja Kristen mengajarkan untuk rela berkurban dan membayar harga (17). Tiga nilai di atas menggambarkan etos kerja dan pelayanan Kristen. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, kita akan menjadi seperti bintang-bintang di dunia (15). Bintang di langit itu biasa, tetapi bintang di dunia itu langka dan luar biasa! Namun, kita harus ingat senantiasa bahwa keberhasilan kita untuk mengerjakan itu semua berasal dari Allah. Dialah yang "mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." (13). Tanpa menyadari hal tersebut, kita akan menjadi sombong dan menganggap keberhasilan oleh etos kerja itu adalah semata-mata kerja keras dan kehebatan kita. "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:14,15)
Published with Blogger-droid v2.0.6

BUAH PEMBERIAN

BUAH PEMBERIAN Filipi 4:10-20 Di dalam pelayanannya, Paulus bukanlah seorang yang selalu berkecukupan secara keuangan. Kelimpahan dan kekurangan ia alami silih berganti (12). Namun surat Paulus kepada jemaat di Filipi ini seolah mengindikasikan bahwa Paulus sering berada di dalam kekurangan. Meski demikian Paulus tidak berkecil hati karena ia yakin bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan yang cukup untuk bertahan di dalam segala situasi (13). Tuhan juga akan memenuhi kebutuhan hidupnya menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya (19). Sebagai orang percaya kita tentu memiliki keyakinan yang sama mengenai kehidupan hamba-hamba Tuhan yang melayani di daerah-daerah dengan situasi yang tidak mudah, khususnya yang mengalami keterbatasan keuangan. Biasanya kita akan menghibur mereka dengan mengutip kata-kata Paulus di dalam ayat 13 dan 19. Namun sayang, kita sering lupa memperhatikan ayat-ayat lainnya di dalam perikop ini. Ayat 14 misalnya, sangat mendorong kita untuk terlibat secara langsung di dalam mendanai hamba-hamba Tuhan yang hidup kekurangan dan kesusahan. Kita percaya Tuhan akan memberikan kekuatan di dalam segala situasi, bahkan yang buruk sekalipun. Tuhan juga akan mencukupkan kebutuhan mereka menurut kekayaan-Nya. Namun sesungguhnya kita juga memiliki kesempatan untuk dipakai Tuhan menjadi alat-Nya dalam menolong hamba-hamba Tuhan yang kesusahan atau mencukupkan kebutuhan hamba-hamba Tuhan yang berkekurangan. Tidak semua orang dapat melayani dengan menjadi misionaris, pendeta, atau guru. Namun, banyak di antara kita yang dapat melayani dengan memberikan uang kita. Menurut Paulus, uang jemaat di Filipi yang dikirimkan kepadanya telah menolong pelayanannya sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian jemaat Filipi telah menghasilkan buah (17). Maka marilah kita memuliakan Tuhan melalui rejeki atau harta yang Tuhan percayakan kepada kita dengan mendukung hamba-hamba Tuhan yang membutuhkan agar mereka dapat melayani dengan baik. "Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, SUATU PERSEMBAHAN YANG HARUM, SUATU KORBAN YANG DISUKAI DAN YANG BERKENAN KEPADA ALLAH." (Filipi 4:18)
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/15/2012

SIBUK SENDIRI

SIBUK SENDIRI Nats : Mereka makan dan minum, ... kawin dan dikawinkan ... berjual-beli, ... menanam dan membangun. (Lukas 17:27-28) Lukas 17:20-37 . Menurut Anda, dosa apakah yang bisa menyebabkan banyak orang binasa? Mencuri? Membunuh? Berzina? Yesus memberi pernyataan menarik tentang situasi manusia pada zaman Nuh, ketika Tuhan membinasakan bumi dengan air bah: mereka makan dan minum, ... kawin dan dikawinkan ... (ayat 27). Lalu, tentang penduduk Sodom dan Gomora yang juga binasa: mereka makan dan minum, ... berjual-beli, ... menanam dan membangun (ayat 28). Apa salahnya memberi prioritas pada keluarga, kehidupan sosial, dan bisnis? Yesus mengingatkan bahwa manusia bisa begitu sibuk dengan urusan keluarga, kehidupan sosial, dan bisnis tanpa melibatkan Tuhan. Semua hal itu bisa jadi berhala, Tuhan digeser dari tempat utama. Orang-orang yang sibuk dengan urusan "rohani" juga bisa terjebak pada hal serupa. Tanda-tanda lahiriah mereka cari dan pentingkan, menggantikan kehadiran Tuhan yang sejati. Yesus mengingatkan Tuhan tak bisa diprediksi dengan tanda-tanda lahirian (ayat 20). Siapa yang bisa menebak kapan Tuhan akan datang kembali dan menghakimi seisi dunia? Berkaca pada orang-orang pada zaman Nuh, juga penduduk Sodom dan Gomora, tiap orang perlu menjadikan tiap saat sebagai momen untuk menyambut kehadiran Tuhan, tidak sibuk dengan urusannya sendiri. Tuhan Mahahadir. Ini seharusnya membuat perbedaan dalam cara kita hidup. Kita akan bertutur pada pasangan, menasihati anak, melakukan bisnis, mengisi waktu luang bahkan menyantap makanan dan minuman dengan cara yang menghormati Tuhan, bukan mengabaikan-Nya. Seberapa banyak kita menyadari dan mengalami kehadiran Tuhan dalam aktivitas sehari-hari?
Published with Blogger-droid v2.0.6

MEMBERI = PERCAYA

MEMBERI = PERCAYA Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu. (Amsal 19:17) Amsal 19:11-20 Tuhan kiranya membalas kebaikan Anda berlipat ganda, " kira-kira begitu kalimat yang mengikuti ungkapan terima kasih orang yang pernah saya bantu. Saya tidak ingat kapan Tuhan "membalas" kebaikan itu secara spesifik, namun salah satu ayat yang kita baca hari ini membuat saya terdorong merenungkan hal ini. Apakah ketika saya berbuat baik, Tuhan jadi "berutang" pada saya, dan harus membalas kebaikan saya? Seorang pendeta mengingatkan saya bahwa salah satu pengajaran dasar kitab Amsal adalah: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5). Bersukacita memberikan milik kita, entah uang, waktu, atau tenaga, kepada orang yang membutuhkan ialah tindakan yang menunjukkan bahwa kita memercayai Tuhan yang mencukupi kebutuhan kita, sekalipun yang kita miliki berkurang karenanya. Kita tidak khawatir; yakin bahwa Tuhan senang memelihara anak-anak-Nya. Di sisi lain, menaruh belas kasihan menunjukkan sikap tak bermegah atas kelemahan orang lain; tahu bahwa kita sama-sama harus memercayakan hidup kepada Sang Pencipta; kita tidak lebih baik dari mereka. Jelas tidak ada bagian Alkitab lain yang mendukung jika motivasi kita berbuat baik hanyalah untuk menagih berkat lebih dari Tuhan. Itu artinya kita hendak mengatur Tuhan bagi kepentingan kita sendiri. Namun, saat berbuat baik kepada yang lemah kita lakukan sebagai tindakan iman, Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia memang Tuhan yang layak dipercaya. Dia "membalas" tindakan iman itu karena Dia senang ketika kita, anak-anak-Nya, memercayakan hidup pada pemeliharaan-Nya yang sempurna.

Published with Blogger-droid v2.0.6

MENGARAHKAN HATI

MENGARAHKAN HATI "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (Filipi 3:12) Filipi 3:10-14 Kita sering mendengar pepatah yang mengatakan "Tak kenal maka tak sayang". Pepatah ini tak pernah lekang oleh zaman dan masih tetap relevan. Pengenalan antara dua pribadi akan bertumbuh hanya jika keduanya berkomitmen untuk menjalin relasi lebih dalam lagi. Komitmen Paulus yang besar untuk mengenal Allah terlihat jelas dalam Filipi 3:10-14. Bukan sekadar pengenalan yang dangkal, tetapi persekutuan yang sedemikian erat hingga memungkinkan Paulus untuk dapat hidup makin serupa Kristus. Paulus telah berjumpa dengan Kristus secara pribadi, bahkan merintis banyak jemaat. Walau demikian, Paulus sadar bahwa ia masih perlu terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah. Dan, dengan intensional ia mengarahkan diri untuk itu. Komitmennya digambarkan dengan kata-kata seperti: mengejar (ayat 12) dan berlari-lari (ayat 14). Sesuatu yang aktif dan bersemangat, yang terus maju secara bertahap, yang mengarah pada satu tujuan yang jelas. Paulus menyadari ia belum sempurna dalam pemahamannya, namun ia terus mengarahkan hidupnya untuk mengenal dan menyelaraskan diri dengan Allah (ayat 13) hingga memperoleh upah yang telah disediakan Allah untuknya (ayat 14). Seberapa besarkah komitmen kita untuk mengenal Allah? Apakah kita mengejar, berlari-lari ke arah-Nya, atau kita tengah kehilangan gairah untuk mendekat pada-Nya? Mari mengarahkan hati untuk makin mengenal Allah. Ketika kita memelihara komitmen ini, maka hati kita akan terus diselaraskan dengan hati Kristus. Keinginan dan kebiasaan lama yang berpusat pada diri sendiri digantikan oleh respons yang baru untuk memuliakan Allah.

Published with Blogger-droid v2.0.6

8/14/2012

BERSEDIA DIMURIDKAN?

BERSEDIA DIMURIDKAN? Filipi 2:19-24 Adalah menarik untuk melihat proses pemuridan yang dilakukan oleh Paulus kepada Timotius. Hasil proses pemuridan yang dilakukan oleh Paulus adalah tiga karakter emas yang dimiliki oleh Timotius. Pertama, Timotius memiliki kesatuan pikiran dan kesatuan hati dengan gurunya, Paulus. Timotius adalah seorang murid yang bukan saja menyerap pengetahuan yang dimiliki Paulus, tetapi juga menyelami isi hati Paulus. Pemuridan seperti ini bukan saja merupakan proses transfer dari otak ke otak, tetapi juga transformasi dari hati ke hati. Timotius memiliki komitmen untuk sepikiran dan sehati dengan bapak rohaninya. Kualitas seperti ini menurut Paulus tidak dimiliki oleh yang lain (20a). Kedua, Timotius tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan kepentingan Kristus dan kepentingan orang lain (20b-21). Kesehatian Timotius dengan Paulus adalah di dalam mengutamakan Kristus dan jemaat yang mereka layani, termasuk dalam situasi yang sulit sekalipun. Di dalam hal ini, proses pemuridan sudah melampaui transfer pengetahuan semata. Yang terjadi di dalam proses ini adalah Timotius mengikuti teladan yang dilakukan oleh Paulus, sementara Paulus meneladani Kristus. Ketiga, Timotius adalah seorang yang penuh dengan kesetiaan (22). Kualitas seperti ini juga sangat langka, khususnya di tengah situasi sulit. Di dalam tekanan, banyak orang memikirkan keselamatan diri sendiri bahkan tidak jarang dengan mengurbankan orang lain. Namun, Timotius menunjukkan sikap berbeda dengan menunjukkan kesetiaan kepada Paulus, gurunya, sekalipun Paulus berada dalam penjara. Risiko yang besar pasti akan ditanggung Timotius. Tampak di sini bahwa pemuridan yang dilakukan Paulus telah berhasil menjadikan Timotius sebagai murid yang setia. Itu dilakukan bukan dengan indoktrinasi, tetapi melalui teladan hidup Paulus. Itulah pemuridan yang sesungguhnya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda seperti Timotius dan Paulus yang bersedia memberi diri dimuridkan oleh Kristus?
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/11/2012

YAKIN AKAN KEADILAN ALLAH

YAKIN AKAN KEADILAN ALLAH Mazmur 71 Saya punya seorang kerabat yang sudah berusia lanjut. Ia sudah mulai lupa akan beberapa hal. Namun satu hal ia tidak lupa, bahwa Tuhan mengasihinya dan ia siap untuk dipanggil oleh-Nya. Pemazmur sudah lanjut usia. Sejak muda ia sudah percaya Tuhan (5) dan hidup bersama dengan-Nya. Banyak orang menyebutnya sebagai tanda ajaib dari Tuhan. Mungkin, pengalaman hidupnya bersama Tuhan sungguh membuktikan penyertaan dan pemeliharaan-Nya. Ia berani mengatakan kelahirannya adalah karya Tuhan dalam dirinya. Sejalan dengan pemeliharaan dan penyertaan Tuhan atas hidupnya, pemazmur pun mengklaim telah melayani Tuhan sejak ia muda (17). Namun di masa tuanya, sepertinya pemazmur mengalami masalah. Selain kekuatan fisik menurun dan juga berbagai aspek penuaan sedang dialaminya, ada orang-orang yang menggunakan kesempatan kelemahannya ini untuk merencanakan hal jahat terhadapnya. Mereka mengira ia telah ditinggalkan Tuhan (10-11). Oleh karena itulah, pemazmur berdoa doa minta tolong. Pemazmur meyakini Tuhan tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Dia adalah Allah yang adil, yang akan membela dirinya sebagai anak-Nya. Pemazmur menyebut keadilan Tuhan berulang kali (2, 15, 16, 19, 24) sebagai tanda kepercayaannya yang besar akan Allah. Oleh karena keadilan Allah pemazmur pun bisa menaikkan pujian dan syukur (6, 8, 14) kepada-Nya serta bertekad untuk terus menaikkan syukur tiada henti (22-23). Buat Anda yang sudah lanjut usia, yakinlah pada kesetiaan Tuhan. Mata rabun, pendengaran berkurang, rematik atau osteoporosis, dan berbagai penyakit mungkin mendera hidup Anda. Anak-cucu yang tidak peduli membuat Anda kesepian. Tetaplah percaya bahwa Dia adil dan setia dan akan menopang hidup Anda sampai tiba waktu Anda dipanggil pulang ke surga.
Published with Blogger-droid v2.0.6

KETIKA KEHILANGAN

KETIKA KEHILANGAN "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21) Ayub 1:13-2:10 Pernah berduka karena kehilangan sesuatu yang kita cintai? Makin dalam cinta, makin dalam juga dukanya. Cepat atau lambat, kita akan mengalami kehilangan, entah itu karir, harta-benda, stamina, anak, orangtua, pasangan hidup, atau sahabat baik kita. Apapun penyebabnya, kehilangan selalu terasa menakutkan, menyakitkan, dan menghancurkan. Meskipun dalam banyak hal kita berbeda dengan Ayub (kita bukan orang paling kaya, tidak punya anak sebanyak dia, dan mungkin tidak hidup sesaleh dia), ada satu benang merah yang menyatukan kita dengan kisah Ayub, yaitu kita sama-sama pernah mengalami kehilangan. Sesuai izin Tuhan, dalam waktu singkat Ayub kehilangan anak-anaknya, kesehatannya, kekayaannya, dan rasa hormat sang istri. Respons Ayub? Ia sujud menyembah dan berkata: "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" Secara manusia ia tentu berduka, sebab itu ia mengoyakkan jubah dan mencukur rambutnya (ayat 20). Namun, ia menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dimilikinya sekarang adalah kepunyaan Tuhan dan datangnya dari Tuhan, Dialah yang berhak atas segalanya. Sebab itu, Ayub mampu memuji Tuhan di tengah kehilangannya. Sadar atau tidak, kita kerap merasa pantas menerima hanya hal-hal baik dalam hidup. Ketika kehilangan kekayaan, kesehatan, dan orang-orang terkasih, kita menganggap Tuhan tidak adil sehingga kita merasa berhak untuk menggugat dan marah kepada- Nya. Ketika Tuhan mengizinkan kehilangan terjadi, biarlah kasih kita kepada-Nya tidak ikut hilang. Mari bertanya apa yang menjadi rencana Sang Pemilik. Dia Tuhan Yang Mahabijak dan tak pernah salah dalam bertindak.

Published with Blogger-droid v2.0.6

8/07/2012

POLIGAMI DAN MASALAHNYA

POLIGAMI dan MASALAHNYA Kejadian 30:14-24 Dari semula Allah menetapkan pernikahan sebagai suatu ikatan monogami (Kej. 2:24). Tidak mengherankan jika keluarga poligami dalam Alkitab pasti mengalami banyak masalah. Ini dialami keluarga Yakub. Persaingan antara kedua istri Yakub, Lea dan Rahel, merupakan bukti bahwa keluarga ini bukanlah keluarga yang harmonis. Sepertinya Yakub tidak lagi tidur dengan Lea, karena agar Yakub dapat menghampirinya, Lea perlu memberikan buah dudaim dari anaknya kepada Rahel. Bahkan untuk mengajak Yakub tidur bersamanya pun Lea harus menggunakan cara paksa (16). Keengganan Yakub untuk tidur dengan Lea, mungkin sekali disebabkan karena pada dasarnya Yakub memang tidak mengasihi Lea. Namun apa pun alasannya, ini jelas merupakan tanda ketidakharmonisan yang terjadi dalam keluarga besar Yakub. Ada yang menganggap bahwa karena poligami adalah kenyataan dalam kehidupan umat Israel Perjanjian Lama dan Allah sepertinya tidak mengecam mereka yang melakukannya, maka poligami boleh dilakukan. Memang Allah tidak secara langsung mengecam praktek poligami, termasuk Yakub yang memiliki empat istri. Namun dari persaingan dan ketidak bahagiaan dalam keluarga ini, kita bisa melihat bahwa Alkitab mau menggambarkan konsekuensi logis dari sebuah perkawinan poligami, dan mereka yang tidak taat kepada Tuhan dan melakukan poligami harus menanggung akibatnya. Karenanya kita melihat bahwa keluarga poligami dalam Alkitab mendapatkan masalah-masalah yang sangat besar, seperti keluarga Abraham yang harus mengusir Hagar dan Ismael, atau keluarga Daud yang anak-anaknya saling membunuh. Kita tahu bahwa kemudian Yakub akan kehilangan Yusuf anak kesayangannya karena ulah kakak kakak Yusuf yang cemburu akan kasih ayah mereka yang hanya ditujukan pada Yusuf. Tuhan dalam anugerah-Nya telah memberikan pada kita suatu konsep pernikahan monogami yang sesuai dengan kehendak-Nya. Berarti, memang inilah yang terbaik bagi kita.
Published with Blogger-droid v2.0.6

Citra Word Center Surabaya

Published with Blogger-droid v2.0.6

Mari berdoa

Published with Blogger-droid v2.0.6

8/06/2012

SIAPA MAU TOLONG BETA?

SIAPA MAU TOLONG BETA? Yesaya 30:18-26 Sebuah lirik lagu Ambon bertutur, "Siapa mau tolong beta, beta ini susah'e." Lirik ini bercerita tentang kesedihan dan kesusahan orang yang hidup di perantauan, jauh dari sumber-sumber pertolongan yang bisa didapat dan diandalkannya. Pertolongan. Semua orang yang pernah berada dalam kondisi terdesak dan tanpa daya tahu persis betapa berartinya hal itu. Kitab Yesaya diawali dengan keluhan terhadap bangsa yang tidak setia, hukuman demi hukuman ditimpakan, penindasan diizinkan. Akan tetapi, Tuhan masih mau mendengar seruan mereka dan memperhatikan air mata mereka. Tuhan menanti-nantikan saat untuk menyatakan kasih-Nya bagi orang-orang yang menanti-nantikan-Nya (ayat 18). Tuhan bahkan bersegera untuk menjawab seruan umat-Nya. Ia menunjukkan jalan- Nya (ayat 21) dan memberkati mereka (ayat 23-26). Ada saatnya nanti Dia membalut luka umat-Nya dan menyembuhkan bekas pukulan. Dialah sumber pertolongan itu. Pertolongan Tuhan kian nyata bagi kita saat Dia hadir dalam tubuh insani, turut merasakan kelemahan-kelemahan kita (lihat Ibrani 4:15), dan menanggung dosa kita. Betapa bersyukur kita memiliki Tuhan yang demikian! Sebagai orang-orang yang dipanggil untuk mencerminkan Tuhan di dunia ini, setiap kita yang telah merasakan pertolongan, anugerah, dan kasih-Nya, seharusnya juga menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menolong sesama. Tiap hari di sekitar kita ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Kiranya kita tidak hanya puas menjadi penonton-penonton yang duduk manis, tetapi menyediakan diri dipakai menjadi saluran berkat, membawa mereka mengenal Tuhan, satu-satunya Penolong yang sejati. " ... Tentulah Tuhan akan mengasihani engkau, apabila engkau berseru-seru; pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab." (Yesaya 30:19)
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/04/2012

JANGAN KECEWA

JANGAN KECEWA Kejadian 41:1-16 Adakalanya Tuhan ingin mengajar kita untuk bersabar dalam menantikan waktu yang ditetapkan-Nya untuk memberikan berkat kepada kita. Yang kita butuhkan adalah kepercayaan penuh kepada Dia, ketika segala sesuatu dalam hidup kita berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Fakta bahwa Yusuf pernah menafsirkan mimpi kepala juru minuman dan kepala juru roti menunjukkan bahwa Allah telah berbicara kepada Yusuf. Dapatkah Anda bayangkan perasaan Yusuf ketika itu? Tentu ia senang ketika Allah berbicara dan memberi arti mimpi masing-masing pegawai Firaun. Sangatlah normal jika Yusuf berharap bahwa hal itu akan membuka jalan keluar bagi dirinya yang sedang di penjara. Namun yang terjadi, Yusuf dilupakan oleh orang yang telah ia tolong. Dua tahun lamanya Yusuf dilupakan. Dua tahun lamanya Yusuf memiliki waktu untuk merenungkan mengapa Tuhan seakan-akan meninggalkan dia. Namun Yusuf tetap sabar, ia tidak menjadi marah dan kecewa pada Tuhan. Dalam penentuan Tuhan, masa dua tahun yang seolah tanpa hasil, ternyata membawa dia untuk menghadap Firaun. Kepercayaan Yusuf pada Tuhan teruji melalui cara ia menjawab pertanyaan Firaun mengenai kehebatan yang ia miliki. Tanpa ragu, Yusuf mengedepankan pertolongan Tuhan dan bukan menyombongkan dirinya. Ini menunjukkan bahwa Yusuf tidak marah dan tidak kecewa kepada Tuhan. Yusuf tetap setia, tetap percaya dan tetap bersandar pada Tuhannya. Bagaimana dengan kita sendiri? Ketika Tuhan seolah diam dan tidak menjawab doa kita, apakah kita juga mampu bersikap seperti Yusuf yang tidak menjadi kecewa pada Tuhan? Adakah kita mampu merendahkan diri dan mengakui kekuasaan serta berkat Tuhan di dalam hidup kita sebagai ganti dari keinginan hati untuk dikenal sebagai pribadi yang hebat? Tetaplah percaya kepada Tuhan sebab Ia tahu apa yang harus diperbuat dan kapan harus melaksanakan rencana-Nya tersebut. Yang kita butuhkan adalah belajar untuk tetap percaya dan tidak menjadi kecewa, bahkan di dalam saat-saat ketika Tuhan seolah diam.
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/02/2012

KONSEKUENSI PERBUATAN DI MASA LALU

KONSEKUENSI PERBUATAN DI MASA LALU Kejadian 42:1-17 Sering kali manusia tidak menyadari bahwa perbuatannya membawa serta konsekuensi di kemudian hari. Bencana kelaparan, telah memaksa Yakub untuk menyuruh anak-anaknya pergi ke Mesir. Alkitab menggambarkan secara kontras bagaimana anak-anak Yakub adalah sekumpulan orang yang sedang dilanda kelaparan, sementara Yusuf yang pernah mereka buang justru menjadi orang yang berkuasa di Mesir untuk memberikan makanan kepada mereka dan kepada orang-orang lain yang kelaparan. Kedegilan hati saudara Yusuf yang tidak mampu mengenali adik mereka juga digambarkan secara kontras dengan kejernihan mata hati Yusuf yang dengan mudah mengenali saudara-saudaranya di tengah orang-orang lain yang datang ke Mesir. Yusuf bahkan ingat tentang mimpi yang ia ceritakan di waktu lalu dan melihat bagaimana mimpi itu menjadi nyata ketika saudara-saudaranya datang dan sujud di hadapan dia. Yusuf menguji saudara-saudaranya itu karena ia ingin melihat adakah perubahan sikap hati mereka yang jahat dan licik kepada dirinya dan kepada orang tua mereka. Yusuf juga bersikeras untuk mengetahui keberadaan Benyamin karena ia ingin memastikan bahwa adik kandungnya itu dalam keadaan baik. Mungkin sekali Yusuf khawatir bahwa adiknya itu telah mengalami perlakuan jahat dari saudara-saudaranya ini. Ujian yang Yusuf berikan pada saudara-saudaranya adalah hal yang wajar karena Yusuf pernah mengalami penderitaan akibat kejahatan mereka di masa lalu. Oleh karena itu, apa yang dialami oleh saudara-saudara Yusuf adalah konsekuensi dari perbuatan mereka sendiri di masa yang lalu. Jika pada bagian sebelumnya Allah telah memberikan balasan yang setimpal atas kesabaran dan kepercayaan Yusuf, maka pada bagian ini, Allah juga membalas perbuatan saudara-saudara Yusuf itu. Sebagai anak Tuhan, kita pun harus waspada dengan apa yang telah kita perbuat, sebab cepat atau lambat, perbuatan itu akan mendatangkan konsekuensi wajar bagi kita. Berbuat baiklah senantiasa dan jauhilah kejahatan. BAGAIMANA KELUAR DARI PERASAAN BERSALAH? Kejadian 42:18-28 Sering kali kesalahan di masa lampau masih membayangi kita hingga ke masa kini. Penyesalan, pertobatan, dan pengampunanlah yang mampu menolong kita keluar dari perasaan bersalah yang menekan itu. Sebenarnya saudara-saudara Yusuf telah mengalami kasih karunia dari Yusuf yang tidak mau membalas perbuatan mereka kepada dirinya. Namun saudara-saudara Yusuf itu tidak mampu melihat tangan penyertaan Allah dalam hidup mereka karena hati mereka masih dikejar-kejar oleh rasa bersalah. Saudara-saudara Yusuf telah menerima kasih karunia sekaligus keadilan dari Yusuf. Ujian yang mereka alami adalah suatu keadilan, yaitu hal yang pantas mereka terima sebagai buah kejahatan mereka di masa lalu. Ujian itu adalah tindakan berjaga-jaga yang wajar. Pengalaman Yusuf terakhir kali dengan saudara-saudaranya adalah ketika mereka semua berbuat jahat kepadanya. Darimana Yusuf tahu bahwa mereka sudah berubah, jika ia tidak menguji mereka terlebih dahulu? Adapun jalan keluar serta makanan yang diberikan kepada saudara-saudara Yusuf adalah suatu bentuk kasih karunia, yaitu kebaikan yang mereka peroleh sebagai ganti dari kejahatan mereka di masa lalu. Namun saudara-saudara Yusuf hanya memusatkan perhatian pada kejahatan mereka sendiri, sehingga mereka begitu takut akan jatuhnya keadilan Allah atas mereka. Mereka sulit melihat apa yang mereka alami di Mesir itu sebagai jalan Tuhan dalam memelihara kehidupan mereka. Dosa-dosa mereka telah membuat mereka sulit melihat kasih karunia Tuhan melalui Yusuf. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga termasuk orang yang sedang dikejar-kejar oleh perasaan bersalah? Janganlah menjauhi Tuhan, melainkan datanglah pada Yesus, sebab Dialah Juruselamat manusia yang mampu menghapuskan dosa-dosa kita dan menerima kita dengan kasih karunia. Yang harus kita lakukan adalah menyesali dosa-dosa, bertobat dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. "Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita." (Kejadian 42:21) ALLAH, PERANCANG KARYA KESELAMATAN Kejadian 42:29-38 Bayang-bayang masa lalu yang diliputi dosa dapat menghalangi kita dalam melihat karya agung Allah bagi dunia ini. Pengalaman hidup Yakub dapat mengingatkan kita bahwa di balik segala kesulitan dan kegagalan kita, ada Allah yang merancang keselamatan yang agung. Jika dahulu saudara-saudara Yusuf berhasil menipu Yakub mengenai kematian Yusuf, kini mereka harus menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak dapat dipercayai oleh Yusuf dan juga Yakub. Yusuf menguji mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak akan berbuat jahat di Mesir, sedangkan Yakub sama sekali tidak dapat memercayakan Benyamin kepada mereka. Sekalipun mereka tidak menceritakan tentang bagian terberat dalam pengalaman mereka di Mesir, yaitu dipenjarakan oleh Yusuf, Yakub tetap tidak percaya. Di sisi lain, kebohongan yang dilakukan oleh Yakub di masa lalu, kini juga telah menjadi duri dalam daging bagi dirinya. Yakub menjadi orang yang sulit percaya bahkan kepada anak-anaknya sendiri. Pengalamannya dalam menipu banyak orang di masa lalu, mungkin sekali telah membuat dirinya dikecam perasaan takut bahwa ia sedang dibohongi. Apalagi ketika Yakub melihat bahwa uang yang seharusnya dipakai untuk membeli gandum, ternyata masih ada. Mungkin Yakub mencurigai anak-anaknya ini telah menjual Simeon di Mesir. Yakub tidak dapat diyakinkan, bahkan ketika Ruben berniat menukarkan nyawa kedua anaknya dengan anak Yakub. Betapa hebat penderitaan batin dan rasa takut kehilangan anak yang ada di dalam diri Yakub, sehingga ia tidak dapat melihat bahwa di balik semua itu, ada Allah yang sedang merancang keselamatan bagi keturunan Yakub. Adakah kita saat ini tertindih oleh beban kesedihan dan penyesalan seperti yang dialami oleh Yakub? Ataukah kita seperti saudara-saudara Yusuf yang harus menerima konsekuensi dari kesalahan di masa lalu? Ingatlah bahwa Allah telah merancang karya keselamatan yang indah melalui kasih karunia-Nya bagi kita dalam Kristus. Percayalah kepada-Nya dan terimalah keselamatan kita.
Published with Blogger-droid v2.0.6

TIDAK TERHINGGA

TIDAK TERHINGGA Mazmur 147:1-11 Hang (baca: heng). Itu istilah yang sering terlontar ketika komputer macet, tidak bisa lagi memberi respons apa-apa. Mungkin program yang dijalankan terlalu banyak atau berat. Atau, ada virus yang menghambat kerjanya. Istilah ini juga dipakai sebagian orang untuk menggambarkan bahwa mereka sedang tidak bisa berpikir lebih jauh. Mungkin karena terlalu penat atau kurang istirahat. Kondisi hang mengingatkan kita bahwa teknologi dan manusia, secanggih apa pun, sepintar apa pun, ada batasnya. Sebaliknya, Tuhan tidak terbatas. Perenungan pemazmur melambungkan imajinasi kita untuk memahami Dia yang "tidak terhingga". Mengumpulkan kembali umat Israel yang tercerai berai di seluruh penjuru dunia bukan hal sulit bagi-Nya (ayat 2). Memulihkan orang yang sudah tidak punya harapan hidup adalah keahlian- Nya (ayat 3). Menghitung bintang di galaksi terjauh pun mudah saja bagi-Nya (ayat 4). Menyelimuti langit dengan awan, menurunkan hujan di tempat tertentu dan menahannya di belahan bumi lainnya, membuat gunung, menumbuhkan rerumputan, memberi makan hewan-hewan di padang, semua bisa dilakukan-Nya sekaligus! (ayat 8-9). Kehebatan manusia maupun sarana-sarana yang digunakan manusia dalam berkarya tidak mengesankan-Nya (ayat 11). Kita kerap frustrasi dengan waktu yang sempit dan tanggung jawab yang banyak. Kita tidak tahu bagaimana menyikapi relasi yang rusak sementara kasih dan kesabaran kita terbatas. Kita tidak mahahadir, otak kita tidak mahatahu. Namun, mana yang lebih sering kita andalkan? Diri kita, sesama manusia, teknologi, atau ... Tuhan yang tak terhingga? Sungguh, kita perlu senantiasa diingatkan betapa hebat dan tidak terbatasnya Tuhan kita! "Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga." (Mazmur 147:5)

Published with Blogger-droid v2.0.6