1 Raja-raja 18:16-19
Mengapa orang takut berkata benar? Bisa jadi karena mengatakan kebenaran itu berisiko. Seperti kisah anak SD yang dimusuhi karena mengungkap kecurangan dalam ujian nasional. Ia dianggap mencelakakan sekolah dan teman-temannya. Ia dikucilkan. Kebenaran yang ia ungkap berdampak tak menyenangkan dan secara langsung merugikan dirinya.
Saat Ahab menyembah berhala dan orang Israel berpaling dari Tuhannya, Elia menyampaikan firman Tuhan bahwa tidak akan ada embun maupun hujan di negeri itu (17:1). Setelah hal itu berlangsung selama tiga tahun, Tuhan meminta Elia kembali menemui Ahab. Sayang, raja Israel bukannya menyesali ketidakbenaran yang ia perbuat dan memperbaiki segala sesuatu, tetapi malah langsung menuduh Elia: "Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?" (18:17)
Ini juga bisa kita alami saat mengungkap kebenaran di keluarga, pelayanan, atau tempat kerja. Apalagi jika kita hanya sendirian, berhadapan dengan orang yang punya kekuasaan lebih, dan di belakang mereka ada banyak pendukung (bdk. ayat 19). Maka, bisa dipahami jika hingga kini berbagai penyimpangan, ketidakadilan, bahkan dosa, terus terjadi. Sangat mungkin karena orang takut pada ketidaknyamanan yang bisa timbul saat kebenaran diungkap.
Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari rencana Tuhan agar keluarga, pelayanan, pekerjaan, bahkan bangsa kita, beroleh damai sejahtera. Ada kebenaran yang Tuhan ingin kita ungkapkan. Bukan untuk mencelakakan orang-orang yang kita kasihi, tetapi untuk mencegah mereka mencelakakan diri sendiri (18:18). Dengan pertolongan Tuhan, beranilah karena benar!
KADANG KEBENARAN SEPERTI OBAT YANG PERIH
BAGI LUKA YANG MAU DISEMBUHKAN.©®
Published with Blogger-droid v2.0.1