Selamat datang di Crent Regeneration.

Terimakasih atas kunjungan anda.
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."(Ef 2:19,8-10)

8/15/2012

SIBUK SENDIRI

SIBUK SENDIRI Nats : Mereka makan dan minum, ... kawin dan dikawinkan ... berjual-beli, ... menanam dan membangun. (Lukas 17:27-28) Lukas 17:20-37 . Menurut Anda, dosa apakah yang bisa menyebabkan banyak orang binasa? Mencuri? Membunuh? Berzina? Yesus memberi pernyataan menarik tentang situasi manusia pada zaman Nuh, ketika Tuhan membinasakan bumi dengan air bah: mereka makan dan minum, ... kawin dan dikawinkan ... (ayat 27). Lalu, tentang penduduk Sodom dan Gomora yang juga binasa: mereka makan dan minum, ... berjual-beli, ... menanam dan membangun (ayat 28). Apa salahnya memberi prioritas pada keluarga, kehidupan sosial, dan bisnis? Yesus mengingatkan bahwa manusia bisa begitu sibuk dengan urusan keluarga, kehidupan sosial, dan bisnis tanpa melibatkan Tuhan. Semua hal itu bisa jadi berhala, Tuhan digeser dari tempat utama. Orang-orang yang sibuk dengan urusan "rohani" juga bisa terjebak pada hal serupa. Tanda-tanda lahiriah mereka cari dan pentingkan, menggantikan kehadiran Tuhan yang sejati. Yesus mengingatkan Tuhan tak bisa diprediksi dengan tanda-tanda lahirian (ayat 20). Siapa yang bisa menebak kapan Tuhan akan datang kembali dan menghakimi seisi dunia? Berkaca pada orang-orang pada zaman Nuh, juga penduduk Sodom dan Gomora, tiap orang perlu menjadikan tiap saat sebagai momen untuk menyambut kehadiran Tuhan, tidak sibuk dengan urusannya sendiri. Tuhan Mahahadir. Ini seharusnya membuat perbedaan dalam cara kita hidup. Kita akan bertutur pada pasangan, menasihati anak, melakukan bisnis, mengisi waktu luang bahkan menyantap makanan dan minuman dengan cara yang menghormati Tuhan, bukan mengabaikan-Nya. Seberapa banyak kita menyadari dan mengalami kehadiran Tuhan dalam aktivitas sehari-hari?
Published with Blogger-droid v2.0.6

MEMBERI = PERCAYA

MEMBERI = PERCAYA Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu. (Amsal 19:17) Amsal 19:11-20 Tuhan kiranya membalas kebaikan Anda berlipat ganda, " kira-kira begitu kalimat yang mengikuti ungkapan terima kasih orang yang pernah saya bantu. Saya tidak ingat kapan Tuhan "membalas" kebaikan itu secara spesifik, namun salah satu ayat yang kita baca hari ini membuat saya terdorong merenungkan hal ini. Apakah ketika saya berbuat baik, Tuhan jadi "berutang" pada saya, dan harus membalas kebaikan saya? Seorang pendeta mengingatkan saya bahwa salah satu pengajaran dasar kitab Amsal adalah: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5). Bersukacita memberikan milik kita, entah uang, waktu, atau tenaga, kepada orang yang membutuhkan ialah tindakan yang menunjukkan bahwa kita memercayai Tuhan yang mencukupi kebutuhan kita, sekalipun yang kita miliki berkurang karenanya. Kita tidak khawatir; yakin bahwa Tuhan senang memelihara anak-anak-Nya. Di sisi lain, menaruh belas kasihan menunjukkan sikap tak bermegah atas kelemahan orang lain; tahu bahwa kita sama-sama harus memercayakan hidup kepada Sang Pencipta; kita tidak lebih baik dari mereka. Jelas tidak ada bagian Alkitab lain yang mendukung jika motivasi kita berbuat baik hanyalah untuk menagih berkat lebih dari Tuhan. Itu artinya kita hendak mengatur Tuhan bagi kepentingan kita sendiri. Namun, saat berbuat baik kepada yang lemah kita lakukan sebagai tindakan iman, Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia memang Tuhan yang layak dipercaya. Dia "membalas" tindakan iman itu karena Dia senang ketika kita, anak-anak-Nya, memercayakan hidup pada pemeliharaan-Nya yang sempurna.

Published with Blogger-droid v2.0.6

MENGARAHKAN HATI

MENGARAHKAN HATI "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (Filipi 3:12) Filipi 3:10-14 Kita sering mendengar pepatah yang mengatakan "Tak kenal maka tak sayang". Pepatah ini tak pernah lekang oleh zaman dan masih tetap relevan. Pengenalan antara dua pribadi akan bertumbuh hanya jika keduanya berkomitmen untuk menjalin relasi lebih dalam lagi. Komitmen Paulus yang besar untuk mengenal Allah terlihat jelas dalam Filipi 3:10-14. Bukan sekadar pengenalan yang dangkal, tetapi persekutuan yang sedemikian erat hingga memungkinkan Paulus untuk dapat hidup makin serupa Kristus. Paulus telah berjumpa dengan Kristus secara pribadi, bahkan merintis banyak jemaat. Walau demikian, Paulus sadar bahwa ia masih perlu terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah. Dan, dengan intensional ia mengarahkan diri untuk itu. Komitmennya digambarkan dengan kata-kata seperti: mengejar (ayat 12) dan berlari-lari (ayat 14). Sesuatu yang aktif dan bersemangat, yang terus maju secara bertahap, yang mengarah pada satu tujuan yang jelas. Paulus menyadari ia belum sempurna dalam pemahamannya, namun ia terus mengarahkan hidupnya untuk mengenal dan menyelaraskan diri dengan Allah (ayat 13) hingga memperoleh upah yang telah disediakan Allah untuknya (ayat 14). Seberapa besarkah komitmen kita untuk mengenal Allah? Apakah kita mengejar, berlari-lari ke arah-Nya, atau kita tengah kehilangan gairah untuk mendekat pada-Nya? Mari mengarahkan hati untuk makin mengenal Allah. Ketika kita memelihara komitmen ini, maka hati kita akan terus diselaraskan dengan hati Kristus. Keinginan dan kebiasaan lama yang berpusat pada diri sendiri digantikan oleh respons yang baru untuk memuliakan Allah.

Published with Blogger-droid v2.0.6