"Akhir suatu hal lebih baik daripada awalnya. Panjang sabar lebih baik daripada tinggi hati (Pengkhotbah 7:8)
Pengkhotbah 7:1-14
Mana yang lebih mudah? Memulai sesuatu atau melanjutkan dan menyelesaikan sesuatu yang sudah dimulai? Tergantung tipe orangnya. Bagi orang praktis, apalagi kaya ide, memulai sesuatu hanya semudah ia berpikir atau berucap. Namun, bagi orang yang banyak berhitung, membayangkan dulu proses detailnya, memulai sesuatu adalah tantangan besar. Perlu energi besar untuk mengambil langkah pertama. Sementara bagi yang mudah memulai, energi lebih besar diperlukan untuk tetap bertekun dan tak cepat beralih memulai hal lain lagi.
Perkataan Pengkhotbah dalam ayat pilihan hari ini menarik. Ia tidak cuma menunjukkan suatu perbandingan yang dihayatinya benar: "Akhir suatu hal lebih baik daripada awalnya". Ia juga menyertakan kualifikasi pendukungnya: "Panjang sabar lebih baik daripada tinggi hati". Untuk setia sampai akhir jelas dibutuhkan ke"sabaran yang panjang. Dan, kita perlu waspada agar tidak tergoda untuk berhenti dari sesuatu yang belum selesai karena tinggi hati. Karena takut ketahuan gagal, misalnya; atau bosan; atau tidak siap menjalani proses "perendahan" dan pemurnian karakter yang semakin berat dan sulit.
Yesus telah memberi teladan agung saat Dia melapor kepada Bapa: "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku" (Yohanes 17:4). "Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendah"kan diri-Nya dan taat" (Filipi 2:8). Apakah kita juga rindu memuliakan Tuhan dalam pekerjaan dan pelayanan kita? Mari tunaikan tugas yang dipercayakan kepada kita dengan tidak setengah hati dan juga tidak setengah jadi.
KITA DIPANGGIL TIDAK HANYA UNTUK MEMULAI SUATU PEKERJAAN BAIK,
TETAPI JUGA UNTUK MENYELESAIKAN DAN MENGAKHIRINYA DENGAN BAIK.
Published with Blogger-droid v2.0.4