Selamat datang di Crent Regeneration.

Terimakasih atas kunjungan anda.
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."(Ef 2:19,8-10)

8/02/2012

KONSEKUENSI PERBUATAN DI MASA LALU

KONSEKUENSI PERBUATAN DI MASA LALU Kejadian 42:1-17 Sering kali manusia tidak menyadari bahwa perbuatannya membawa serta konsekuensi di kemudian hari. Bencana kelaparan, telah memaksa Yakub untuk menyuruh anak-anaknya pergi ke Mesir. Alkitab menggambarkan secara kontras bagaimana anak-anak Yakub adalah sekumpulan orang yang sedang dilanda kelaparan, sementara Yusuf yang pernah mereka buang justru menjadi orang yang berkuasa di Mesir untuk memberikan makanan kepada mereka dan kepada orang-orang lain yang kelaparan. Kedegilan hati saudara Yusuf yang tidak mampu mengenali adik mereka juga digambarkan secara kontras dengan kejernihan mata hati Yusuf yang dengan mudah mengenali saudara-saudaranya di tengah orang-orang lain yang datang ke Mesir. Yusuf bahkan ingat tentang mimpi yang ia ceritakan di waktu lalu dan melihat bagaimana mimpi itu menjadi nyata ketika saudara-saudaranya datang dan sujud di hadapan dia. Yusuf menguji saudara-saudaranya itu karena ia ingin melihat adakah perubahan sikap hati mereka yang jahat dan licik kepada dirinya dan kepada orang tua mereka. Yusuf juga bersikeras untuk mengetahui keberadaan Benyamin karena ia ingin memastikan bahwa adik kandungnya itu dalam keadaan baik. Mungkin sekali Yusuf khawatir bahwa adiknya itu telah mengalami perlakuan jahat dari saudara-saudaranya ini. Ujian yang Yusuf berikan pada saudara-saudaranya adalah hal yang wajar karena Yusuf pernah mengalami penderitaan akibat kejahatan mereka di masa lalu. Oleh karena itu, apa yang dialami oleh saudara-saudara Yusuf adalah konsekuensi dari perbuatan mereka sendiri di masa yang lalu. Jika pada bagian sebelumnya Allah telah memberikan balasan yang setimpal atas kesabaran dan kepercayaan Yusuf, maka pada bagian ini, Allah juga membalas perbuatan saudara-saudara Yusuf itu. Sebagai anak Tuhan, kita pun harus waspada dengan apa yang telah kita perbuat, sebab cepat atau lambat, perbuatan itu akan mendatangkan konsekuensi wajar bagi kita. Berbuat baiklah senantiasa dan jauhilah kejahatan. BAGAIMANA KELUAR DARI PERASAAN BERSALAH? Kejadian 42:18-28 Sering kali kesalahan di masa lampau masih membayangi kita hingga ke masa kini. Penyesalan, pertobatan, dan pengampunanlah yang mampu menolong kita keluar dari perasaan bersalah yang menekan itu. Sebenarnya saudara-saudara Yusuf telah mengalami kasih karunia dari Yusuf yang tidak mau membalas perbuatan mereka kepada dirinya. Namun saudara-saudara Yusuf itu tidak mampu melihat tangan penyertaan Allah dalam hidup mereka karena hati mereka masih dikejar-kejar oleh rasa bersalah. Saudara-saudara Yusuf telah menerima kasih karunia sekaligus keadilan dari Yusuf. Ujian yang mereka alami adalah suatu keadilan, yaitu hal yang pantas mereka terima sebagai buah kejahatan mereka di masa lalu. Ujian itu adalah tindakan berjaga-jaga yang wajar. Pengalaman Yusuf terakhir kali dengan saudara-saudaranya adalah ketika mereka semua berbuat jahat kepadanya. Darimana Yusuf tahu bahwa mereka sudah berubah, jika ia tidak menguji mereka terlebih dahulu? Adapun jalan keluar serta makanan yang diberikan kepada saudara-saudara Yusuf adalah suatu bentuk kasih karunia, yaitu kebaikan yang mereka peroleh sebagai ganti dari kejahatan mereka di masa lalu. Namun saudara-saudara Yusuf hanya memusatkan perhatian pada kejahatan mereka sendiri, sehingga mereka begitu takut akan jatuhnya keadilan Allah atas mereka. Mereka sulit melihat apa yang mereka alami di Mesir itu sebagai jalan Tuhan dalam memelihara kehidupan mereka. Dosa-dosa mereka telah membuat mereka sulit melihat kasih karunia Tuhan melalui Yusuf. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga termasuk orang yang sedang dikejar-kejar oleh perasaan bersalah? Janganlah menjauhi Tuhan, melainkan datanglah pada Yesus, sebab Dialah Juruselamat manusia yang mampu menghapuskan dosa-dosa kita dan menerima kita dengan kasih karunia. Yang harus kita lakukan adalah menyesali dosa-dosa, bertobat dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. "Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita." (Kejadian 42:21) ALLAH, PERANCANG KARYA KESELAMATAN Kejadian 42:29-38 Bayang-bayang masa lalu yang diliputi dosa dapat menghalangi kita dalam melihat karya agung Allah bagi dunia ini. Pengalaman hidup Yakub dapat mengingatkan kita bahwa di balik segala kesulitan dan kegagalan kita, ada Allah yang merancang keselamatan yang agung. Jika dahulu saudara-saudara Yusuf berhasil menipu Yakub mengenai kematian Yusuf, kini mereka harus menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak dapat dipercayai oleh Yusuf dan juga Yakub. Yusuf menguji mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak akan berbuat jahat di Mesir, sedangkan Yakub sama sekali tidak dapat memercayakan Benyamin kepada mereka. Sekalipun mereka tidak menceritakan tentang bagian terberat dalam pengalaman mereka di Mesir, yaitu dipenjarakan oleh Yusuf, Yakub tetap tidak percaya. Di sisi lain, kebohongan yang dilakukan oleh Yakub di masa lalu, kini juga telah menjadi duri dalam daging bagi dirinya. Yakub menjadi orang yang sulit percaya bahkan kepada anak-anaknya sendiri. Pengalamannya dalam menipu banyak orang di masa lalu, mungkin sekali telah membuat dirinya dikecam perasaan takut bahwa ia sedang dibohongi. Apalagi ketika Yakub melihat bahwa uang yang seharusnya dipakai untuk membeli gandum, ternyata masih ada. Mungkin Yakub mencurigai anak-anaknya ini telah menjual Simeon di Mesir. Yakub tidak dapat diyakinkan, bahkan ketika Ruben berniat menukarkan nyawa kedua anaknya dengan anak Yakub. Betapa hebat penderitaan batin dan rasa takut kehilangan anak yang ada di dalam diri Yakub, sehingga ia tidak dapat melihat bahwa di balik semua itu, ada Allah yang sedang merancang keselamatan bagi keturunan Yakub. Adakah kita saat ini tertindih oleh beban kesedihan dan penyesalan seperti yang dialami oleh Yakub? Ataukah kita seperti saudara-saudara Yusuf yang harus menerima konsekuensi dari kesalahan di masa lalu? Ingatlah bahwa Allah telah merancang karya keselamatan yang indah melalui kasih karunia-Nya bagi kita dalam Kristus. Percayalah kepada-Nya dan terimalah keselamatan kita.
Published with Blogger-droid v2.0.6

TIDAK TERHINGGA

TIDAK TERHINGGA Mazmur 147:1-11 Hang (baca: heng). Itu istilah yang sering terlontar ketika komputer macet, tidak bisa lagi memberi respons apa-apa. Mungkin program yang dijalankan terlalu banyak atau berat. Atau, ada virus yang menghambat kerjanya. Istilah ini juga dipakai sebagian orang untuk menggambarkan bahwa mereka sedang tidak bisa berpikir lebih jauh. Mungkin karena terlalu penat atau kurang istirahat. Kondisi hang mengingatkan kita bahwa teknologi dan manusia, secanggih apa pun, sepintar apa pun, ada batasnya. Sebaliknya, Tuhan tidak terbatas. Perenungan pemazmur melambungkan imajinasi kita untuk memahami Dia yang "tidak terhingga". Mengumpulkan kembali umat Israel yang tercerai berai di seluruh penjuru dunia bukan hal sulit bagi-Nya (ayat 2). Memulihkan orang yang sudah tidak punya harapan hidup adalah keahlian- Nya (ayat 3). Menghitung bintang di galaksi terjauh pun mudah saja bagi-Nya (ayat 4). Menyelimuti langit dengan awan, menurunkan hujan di tempat tertentu dan menahannya di belahan bumi lainnya, membuat gunung, menumbuhkan rerumputan, memberi makan hewan-hewan di padang, semua bisa dilakukan-Nya sekaligus! (ayat 8-9). Kehebatan manusia maupun sarana-sarana yang digunakan manusia dalam berkarya tidak mengesankan-Nya (ayat 11). Kita kerap frustrasi dengan waktu yang sempit dan tanggung jawab yang banyak. Kita tidak tahu bagaimana menyikapi relasi yang rusak sementara kasih dan kesabaran kita terbatas. Kita tidak mahahadir, otak kita tidak mahatahu. Namun, mana yang lebih sering kita andalkan? Diri kita, sesama manusia, teknologi, atau ... Tuhan yang tak terhingga? Sungguh, kita perlu senantiasa diingatkan betapa hebat dan tidak terbatasnya Tuhan kita! "Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga." (Mazmur 147:5)

Published with Blogger-droid v2.0.6