Selamat datang di Crent Regeneration.

Terimakasih atas kunjungan anda.
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,"
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."(Ef 2:19,8-10)

9/27/2012

PEMELIHARAAN TUHAN ATAS HAMBA-NYA

PEMELIHARAAN TUHAN ATAS HAMBA-NYA Yosua 21:1-8 Suku Lewi tidak mendapat milik pusaka seperti yang diterima suku-suku lain, karena milik pusaka mereka adalah Tuhan (Yos. 13:14). Mereka memang dipanggil Tuhan secara khusus untuk melayani umat dalam ibadah, yaitu dalam relasi umat dengan Tuhan. Karena itu mereka tidak melakukan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan finansial. Tuhan mengatur agar mereka hidup dari persembahan umat. Namun bukan berarti mereka tidak mendapat tanah tempat tinggal. Dari kitab Bilangan, kita tahu bahwa suku Lewi terbagi menjadi tiga sesuai dengan nama tiga anak Lewi, yaitu Gerson, Kehat, dan Merari (Bil. 3). Ketiga kaum itu mendapat tanah bagian mereka dengan lokasi yang ditentukan berdasarkan undi (3-4). Para imam –yang merupakan keturunan Harun– menerima tiga belas kota di tengah-tengah wilayah suku Yehuda, Simeon, dan Benyamin (4). Kaum Kehat memperoleh sepuluh kota di wilayah suku Efraim, Dan, juga di sebelah barat wilayah suku Manasye (5). Sementara kaum Gerson tinggal di tiga belas kota di wilayah Isakhar, Asyer, Naftali, dan disebelah timur wilayah Manasye (6). Lalu kaum Merari mendapatkan dua belas kota di wilayah suku Ruben, Gad, dan Zebulon (7). Perhatikanlah bahwa tempat tinggal mereka tersebar, di antara suku-suku lain. Ini tentu dimaksudkan agar mereka bisa melayani suku-suku lain, yang memiliki tempat tinggal yang tersebar juga. Lihatlah hikmat mulia Tuhan yang mengatur segala sesuatunya. Tuhan yang telah memberi mandat kepada suku Lewi untuk melayani umat-Nya secara khusus, juga mengatur sistem agar mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, begitu juga tempat untuk tinggal. Ini mengajar kita untuk memberi perhatian cukup kepada hamba Tuhan yang melayani kita. Bila hamba Tuhan telah menyerahkan hidup untuk sepenuhnya melayani kita, maka perhatikanlah kecukupan atas kebutuhan hidupnya. Jangan sampai jemaat merasa berkuasa atas hamba Tuhan karena sudah menggaji dia, sehingga mengatur atau memerintah hamba Tuhan seenak hati jemaat. Kiranya firman hari ini mengingatkan kita.
Published with Blogger-droid v2.0.6

UCAPAN SYUKUR BAGI SAUDARA SEIMAN

UCAPAN SYUKUR BAGI SAUDARA SEIMAN Filipi 1:3-11 Terkadang kita bingung jika diminta untuk mendoakan saudara-saudari di dalam Kristus. Bibir tiba-tiba terjahit rapat, tak satu kata pun keluar dari mulut. Atau mungkin yang sering kita dengar adalah 'Tuhan berkatilah si A, B, C, dan seterusnya.' Paulus memberikan contoh bagaimana sebuah doa yang tulus dapat selalu kita panjatkan kepada Tuhan untuk saudara-saudari kita di dalam Kristus. Paulus tidak bermaksud untuk mengajarkan sebuah liturgi atau formula doa. Namun demikian, doa Paulus bagi jemaat di Filipi menjadi sebuah contoh yang relevan bagi kita di dalam mendoakan saudara saudari di dalam Kristus. Pertama, Paulus mengucap syukur kepada Tuhan untuk iman, kesetiaan, dan pelayanan jemaat Filipi 1:5-8. "Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. Memang sudahlah sepatutnya aku berpikir demikian akan kamu semua, sebab kamu ada di dalam hatiku, oleh karena kamu semua turut mendapat bagian dalam kasih karunia yang diberikan kepadaku, baik pada waktu aku dipenjarakan, maupun pada waktu aku membela dan meneguhkan Berita Injil. Sebab Allah adalah saksiku betapa aku dengan kasih mesra Kristus Yesus merindukan kamu sekalian." Paulus memahami bahwa iman, kesetiaan, dan pelayanan yang ditunjukkan oleh jemaat Filipi, semata-mata dikarenakan oleh kesetiaan Tuhan (6). Iman dan kesetiaan manusia kepada Tuhan adalah manifestasi dari kesetiaan Tuhan kepada manusia. Oleh karenanya, untuk saudara-saudari seiman kita patut untuk selalu mengucap syukur atas karya Tuhan di dalam hidup mereka. Kedua, Paulus mendoakan jemaat Filipi supaya kasih mereka bertumbuh di dalam pengetahuan dan segala pengertian yang benar Filipi 1:9-11 "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah." Kasih yang bertumbuh di dalam pengetahuan dan pengertian yang benar menuntun kepada keputusan yang benar dan hidup yang berkenan kepada Tuhan. Sesungguhnya itulah inti pertumbuhan iman Kristen. Setiap orang Kristen perlu untuk bertumbuh di dalam imannya dan di dalam kasihnya. Semakin dewasa iman seseorang, semakin banyak keputusan benar yang diambilnya, dan dengan demikian membuat dirinya semakin berkenan kepada Tuhan. Marilah kita mulai mendoakan saudara-saudari seiman kita sebagaimana yang Paulus telah lakukan bagi jemaat di Filipi. Marilah kita juga menaikkan doa dan ucapan syukur atas kesetiaan Tuhan yang telah memelihara hidup kita dari hari ke sehari, dan marilah kita berdoa supaya kita semua boleh bertumbuh di dalam iman kepada Yesus Kristus.
Published with Blogger-droid v2.0.6

TUHAN TAK PERNAH INGKAR JANJI

TUHAN TAK PERNAH INGKAR JANJI Yosua 21:43-45 Menerima janji Tuhan terkadang disalahartikan dengan diam dan duduk menadahkan tangan untuk menantikan tercurahnya penggenapan atas janji itu. Namun dari kisah penggenapan janji Tuhan atas Israel, kita mempelajari hal berbeda. Allah pernah berjanji kepada umat pilihan-Nya bahwa Ia akan memberikan tanah kepada mereka, dan Ia kemudian memang menggenapi janji-Nya kepada umat-Nya. Namun di dalam penggenapan itu tidak terkandung maksud bahwa umat pilihan-Nya dibiarkan menerimanya secara pasif, hanya dengan menunggu dan menadahkan tangan. Umat Tuhan harus aktif di dalam ketaatan kepada perjanjian Tuhan. Allah memang telah berjanji memberikan tanah, tetapi bangsa itu harus menyadari bahwa kepemilikan penuh atas tanah itu hanya bisa terjadi melalui ketaatan dan kesetiaan penuh kepada Allah. Bila mereka tidak setia dan tidak taat kepada Tuhan, maka kepemilikan penuh atas tanah itu tidak akan terwujud. Meski banyak musuh yang berusaha mengalahkan mereka, sepanjang umat setia kepada Tuhan maka tak ada satu musuh pun yang dapat mengalahkan mereka. Telah terbukti bahwa Allah menggenapi janji-Nya kepada Israel, meski hal itu memakan waktu lama karena semua itu terjadi berdasarkan waktu Tuhan sendiri. Oleh karena itu diperlukan kesetiaan untuk menantikan saatnya tiba. Lalu bagaimana kita menantikan penggenapan janji Tuhan? Pertama, percayalah kepada Tuhan, sang Pemberi janji. Sebuah janji tidak bermakna apa-apa jika sang pemberi janji bukanlah pribadi yang layak dipercaya. Kedua, belajarlah untuk melihat penggenapan janji Tuhan lewat cara dan waktu-Nya. Hal yang sering membuat kita tidak sabar menantikan janji Tuhan adalah karena kita ingin janji itu digenapi lewat cara dan waku kita, bukan lewat cara dan waktu-Nya. Maka belajarlah untuk memercayai janji-Nya dan percaya bahwa cara dan waktu-Nya selalu yang terbaik bagi kita. Dan dalam penantian akan penggenapan janji itu, latihlah diri untuk selalu taat akan firmanNya. "Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi." (Yosua 21:45
Published with Blogger-droid v2.0.6

9/12/2012

SABAT UNTUK TUHAN

SABAT UNTUK TUHAN Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat ... hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu... (Keluaran 20:8,10) Keluaran 20:1-17 Orang bisa berdebat apakah Sabtu atau Minggu adalah Sabat yang dimaksudkan oleh Alkitab. Namun, tidak diragukan, kedua hari itu adalah hari yang paling banyak digunakan orang untuk berbelanja, pesiar, nonton, kumpul keluarga, dan hal-hal lain demi "menyegarkan diri", yang sulit dilakukan pada hari kerja. Tidak salah bukan? Bukankah Sabat berarti beristirahat? Tuhan sendiri yang memerintahkannya. Tapi ada yang menarik dalam perintah Tuhan ini. Ayat 10 mengatakan bahwa umat Tuhan harus menguduskan hari Sabat sebagai hari milik-Nya, dalam terjemahan BIS: hari istirahat yang khusus untuk Tuhan. Jadi, Sabat bukan waktu istirahat tanpa tujuan, melainkan waktu istirahat yang dikhususkan untuk berfokus pada Tuhan. Tuhan sendiri beristirahat jelas bukan karena kelelahan. Dia berhenti dan melihat segala yang diciptakan-Nya sungguh amat baik, lalu secara khusus memberkatinya (ayat 11, bdk. Kejadian 2:1-3). Tuhan menghendaki ciptaan-Nya punya waktu istirahat yang khusus untuk mengingat semua karya dan anugerah-Nya; juga memercayakan diri pada pemeliharaan-Nya sekalipun ada satu hari yang tidak digunakan untuk bekerja. Bagaimana selama ini kita melewatkan hari Sabat? Bisa jadi kita terlihat beribadah di gereja, namun kita sedang tidak terarah pada Tuhan. Bisa jadi kita punya banyak aktivitas yang menyenangkan guna mengistirahatkan otak dan badan yang penat, tetapi kita melupakan sama sekali Tuhan, Sang Pemilik hari Sabat. Bisa jadi kita berlibur, tapi sarat kekhawatiran takut berkat Tuhan tak cukup menghidupi kita. Mari rayakan hari perhentian dengan fokus yang benar: fokus kepada Tuhan, Sang Pemilik hari Sabat. SABAT MEMPERBARUI JASMANI DAN ROHANI KITA AGAR SELALU SEGAR DAN SUKACITA MELAYANI TUHAN.
Published with Blogger-droid v2.0.6

SABAT UNTUK MANUSIA

SABAT UNTUK MANUSIA Lalu kata Yesus kepada mereka, "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat." (Markus 2:27) Markus 2:23-28 Meski memahami bahwa Sabat dirancang Tuhan sebagai hari perhentian, bagi banyak orang kristiani yang aktif di gereja, Sabat justru hari yang melelahkan. Ada banyak pelayanan atau acara gereja yang dilangsungkan pada hari itu. Akibatnya, bukan berkat Tuhan yang dirasakan, tetapi setumpuk kepenatan. Masalah ini bukan masalah baru. Sibuk di hari Sabat sudah biasa bagi para imam di zaman Perjanjian Lama. Hal ini dikutip Yesus untuk menegur orang Farisi yang menghakimi para murid-Nya (ayat 23-24). Orang Farisi sibuk dengan berbagai larangan, namun mengabaikan maksud Tuhan sendiri atas hari Sabat. Jelas menurut Yesus, Tuhan merancang Sabat bukan sebagai aturan yang memberatkan (ayat 27). Sabat ditetapkan Tuhan untuk kebaikan manusia, sehingga dapat beristirahat dan menikmati berkat Tuhan secara khusus (bdk. Kejadian 2:1-3, Keluaran 20:8-11). Tindakan orang Farisi menyempitkan makna Sabat pada ritual dengan banyak aturan, padahal Sabat menunjukkan hati Tuhan yang begitu mengasihi ciptaan-Nya, termasuk para murid yang sedang butuh makanan. Apakah Sabat menjadi beban atau sukacita bagi Anda? Apakah yang menjadi fokus Sabat Anda: Kristus atau ritual ibadah dan pelayanan? Jika hari Minggu adalah hari yang "sibuk" bagi Anda, pikirkanlah satu hari perhentian lainnya sebagai hari di mana Anda benar-benar dapat beristirahat dan menikmati Tuhan secara khusus. Alkitab menyebutkan satu dari enam hari haruslah dikuduskan sebagai hari Sabat. Entah itu hari Sabtu, Minggu, Senin, atau hari lainnya, yang terutama adalah Tuhan menjadi pusat dan sumber sukacita kita, bukan yang lain. SABAT ADALAH PERINGATAN AKAN KASIH TUHAN YANG MENYELAMATKAN DAN MEMBAWA SUKACITA.
Published with Blogger-droid v2.0.6

9/11/2012

BUKTI IMAN

BUKTI IMAN "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (Yakobus 2:14) Yakobus 2:13-26 Kita, sebagai orang kristiani yakin bahwa kita tidak bisa dilahirkan kembali atau diselamatkan oleh karena perbuatan. Kita hanya bisa diselamatkan melalui iman kepada Yesus, Tuhan dan Juru Selamat kita. Tetapi mungkin kemudian muncul pertanyaan, "Bagaimana saya bisa tahu bahwa saya atau seseorang sudah mengalami kelahiran kembali?" Adakah bukti yang dapat terlihat secara nyata? Yakobus memberi jawaban yang tepat. Kalau kita mencoba mencari bukti dari iman seseorang, perhatikanlah perbuatannya. Apa yang diperbuat seseorang mencerminkan apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Jika tutur lakunya sama sekali tidak mencerminkan orang yang sudah diselamatkan, imannya patut dipertanyakan (ayat 15-17). Yakobus memberi contoh tentang Abraham dan Rahab. Kita tidak bisa membaca pikiran dan hati mereka, tetapi bisa melihat bahwa mereka memercayai Allah melalui perbuatan mereka. Abraham rela mempersembahkan anaknya kepada Allah, Rahab mempertaruhkan nyawa untuk menyembunyikan mata-mata umat Allah (ayat 21, 25). Adalah wajar kalau kita sendiri atau seseorang meragukan iman kita karena menemukan tindakan kita yang tidak menunjukkan buah pertobatan. Kalau kita secara konsisten berkanjang dalam dosa dan tidak merasa resah dengan ketidaktaatan kita, maka kita perlu waspada. Bandingkanlah bagaimana tutur laku dan kebiasaan-kebiasaan kita sebelum dan sesudah menerima Kristus. Perbuatan-perbuatan apa saja yang menunjukkan bahwa kita telah diselamatkan dan diubahkan oleh kasih karunia Kristus? "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yak 2:22)
Published with Blogger-droid v2.0.6

9/06/2012

TANDA 666

Catatan Mira Agustina
Published with Blogger-droid v2.0.6

9/04/2012

ARTI HIDUP

ARTI HIDUP Filipi 1:12-26 Tidak banyak manusia normal di dunia ini yang mengharapkan kematian dirinya sendiri. Sebab pada umumnya kematian merupakan sesuatu yang sangat dihindari. Entah berapa banyak jumlah uang yang harus dikeluarkan setiap bulannya untuk mempertahankan nyawa seorang manusia. Paulus menyiratkan bahwa secara manusiawi, jika boleh memilih, ia lebih senang untuk mati dan diam bersama dengan Kristus (21-23). Cinta Paulus kepada Kristus begitu besar. Paulus sangat merindukan untuk bertemu Kristus secara pribadi. Namun di sisi lain, Paulus juga sadar bahwa hidupnya di dunia ini memiliki peran dan tanggung jawab yang besar. Ia harus bekerja menghasilkan buah rohani di dalam melayani jemaat. Komitmen inipun adalah ekspresi konkret dari cinta dan ketaatan Paulus kepada Kristus. Cinta dan komitmen Paulus terlihat dari bagaimana ia memandang segala sesuatu dari sudut pandang Kristus. Ketika ia dipenjara, Paulus tidak menyia-nyiakan kesempatan itu demi kemajuan Injil. Paulus bahkan melihat bahwa melalui pemenjaraan dirinya, banyak orang beriman yang semakin dikuatkan imannya dan semakin berani dalam memberitakan Injil (12-14) Ketika melihat orang-orang yang telah memberitakan Kristus dengan motivasi tidak baik, Paulus tidak menjadi putus asa, sebaliknya ia tetap bersuka cita demi pemberitaan Injil itu sendiri. Paulus memberi teladan kepada kita untuk tidak mengeluh ketika situasi hidup kita menjadi sulit. Paulus telah meneladani bagaimana ia tetap taat bekerja menghasilkan buah rohani dan membawa berkat bagi sebanyak mungkin orang selama ia masih bernafas. Hidup seperti yang dimiliki Paulus ini adalah hidup yang sungguh-sungguh penuh arti. Kunci dari sikap mental dan cara pandang Paulus yang positif di tengah deraan kesulitan hidup adalah cintanya kepada Kristus. Kristuslah yang telah menopang dan memberi kekuatan kepada Paulus selama hidup dan pelayanannya. Belajar dari kehidupan Paulus, marilah kita pun belajar untuk mengasihi Tuhan Yesus dan mulai melihat segala sesuatu dari sudut pandang Dia. "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. (Filipi 1:21-22)
Published with Blogger-droid v2.0.6

KARUNIA UNTUK PERCAYA DAN MENDERITA

KARUNIA UNTUK PERCAYA DAN MENDERITA Filipi 1:27-30 Di tengah zaman yang penuh kesulitan dan pergolakan, pengikut Kristus diharapkan dapat menjadi teladan bagi kehidupan orang lain yang belum percaya. Seperti apakah hidup Kristen yang harus kita jalani agar dapat menjadi teladan bagi dunia? Situasi yang dihadapi oleh jemaat di Filipi tidaklah mudah. Pemimpin rohani yang mereka hormati dan kasihi sedang di penjara (13). Segenap jemaat tidak saja cemas dengan keadaan Paulus, tetapi juga dengan keadaan mereka sendiri. Untuk ketakutan semacam itu, Paulus mengingatkan jemaat untuk tetap hidup berpadanan dengan Injil Kristus (27). Jemaat tidak perlu takut terhadap pihak lain yang menekan. Di dalam tekanan yang seberat apa pun, tugas orang Kristen adalah hidup sesuai dengan Injil Kristus. Nasihat Paulus ini bertolak belakang dengan kebiasaan yang berlaku di dunia. Di dalam tekanan dan ketakutan, kita sering tergoda untuk berkompromi dan mengorbankan iman serta identitas kita sebagai orang Kristen. Paulus dengan tegas menyatakan bahwa komitmen hidup kepada Injil Kristus tidak seharusnya dipengaruhi oleh situasi sulit yang sedang dihadapi. Untuk menjawab kekuatiran jemaat Filipi itu, Paulus menjelaskan bahwa karunia Kristus bagi orang Kristen bukan saja membuka jalan bagi kita untuk percaya kepada Kristus, tetapi juga menderita karena Kristus (29). Paulus mengindikasikan bahwa kedua karunia tersebut bagaikan dua muka dari satu keping uang yang sama. Iman kepada Kristus bukanlah iman yang teoretis, tetapi iman yang taat mengikuti setiap jalan yang dilalui Kristus. Kita mungkin merasa tidak mampu, tetapi karunia percaya dan karunia menderita telah dianugerahkan satu paket bagi kita, seperti yang disaksikan oleh Paulus di dalam hidupnya sendiri (30). Ingatlah bahwa hidup Kristen adalah hidup yang sepenuhnya berpadanan pada Injil Kristus, dan hidup yang sepenuhnya bergantung pada karunia Yesus Kristus. Biarlah melalui kehidupan semacam ini, kita dapat menjadi teladan bagi orang lain di tengah-tengah dunia ini. "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, (Filipi 1:29)
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/30/2012

TERANG BAGI DUNIA

TERANG BAGI DUNIA Matius 5:13-16 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Yesus mengingatkan murid-murid-Nya bahwa untuk memenuhi fungsinya, terang harus berada di tempat yang tepat, yaitu di tempat yang bisa dilihat orang (ayat 16). Bukankah "dilihat orang" itu terkesan sombong? Dalam konteks ini tidak, karena tujuannya adalah orang dibawa memuji Tuhan, bukan kebaikan manusia. Berada di tempat yang tepat dimaksudkan agar fungsi terang itu maksimal (ayat 15). Di manakah terang paling berfungsi jika bukan di tempat yang gelap? Kapan orang membutuhkan cahaya untuk melihat kota di atas gunung atau beraktivitas di dalam rumah? Bukankah pada saat gelap meliputi? Kerap kali pelita orang kristiani "tersembunyi" selama hari kerja, karena yang dianggap pelayanan hanyalah aktivitas hari Minggu di gereja. Padahal, dunia yang butuh diterangi itu mencakup semua bidang kehidupan -hukum dan pemerintahan, bisnis dan ekonomi, kesehatan dan pendidikan, media, bahkan seni, dan hiburan. Ketika menjumpai "kegelapan" di negeri ini, biarlah kita tidak putus harapan, tetapi justru bersemangat, karena di sanalah kesempatan yang sesungguhnya menjadi terang dunia. DI MANAKAH ANDA DAN SAYA SEHARUSNYA BERADA AGAR BANYAK ORANG MELIHAT KEBENARAN DAN MEMULIAKAN TUHAN?
Published with Blogger-droid v2.0.6

MENYANGKAL DIRI

MENYANGKAL DIRI Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (Lukas 9:23) Lukas 9:22-27 Menyangkal diri biasanya sering diartikan dengan meninggalkan sesuatu yang baik dan diinginkan seperti keberhasilan karir dan kenyamanan materi, demi mengikut Kristus. Namun, banyak yang enggan meninggalkan karakter yang buruk demi mengikut Kristus. Mungkin kita pernah mendengar orang yang berkata: "Aku memang pemarah. Itu sudah turunan, tidak bisa diubah." Atau, "Aku begini ya karena keluargaku berantakan." Keluarga, masa lalu, dan situasi bisa jadi kambing hitam ketidakmauan orang untuk berubah. Yesus sangat jelas dengan tanggung jawab personal dalam mengikut Dia. "Setiap orang" punya tanggung jawab untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus. Apa pun latar belakang dan situasi orang itu. Ketika kita menyangkal tanggung jawab atas kebiasaan buruk kita, bukankah itu sama saja dengan berkata: "Tuhan, kalau aku disuruh berubah, aku tidak bisa ikut Engkau. Tuhan kan tahu situasiku." Kita sama saja dengan orang yang berusaha "menyelamatkan diri sendiri" dan menyalahkan semua yang lain, termasuk Tuhan. Kita mau ikut Dia dengan catatan kita bebas menentukan bagaimana caranya. Bukankah itu menunjukkan bahwa kita sebenarnya sedang menolak mengikut Dia? Yesus menghendaki kita mengikuti Dia, meneladani hidup- Nya yang memuliakan Allah. Adakah kebiasaan buruk yang harus kita tinggalkan demi hal itu? Mari mengakui kebiasaan buruk itu sebagai kesalahan kita pribadi, bukan orang lain, masa lalu, atau situasi di sekitar kita. Meninggalkannya mungkin butuh perjuangan. Namun, itulah kehendak Yesus bagi kita. Dia yang memanggil akan memampukan kita untuk melakukannya! MENYANGKAL DIRI TERMASUK MENINGGALKAN SIFAT BURUK YANG SELAMA INI NYAMAN KITA LAKUKAN.
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/23/2012

BERSIKAP DI DALAM MASA SULIT

BERSIKAP DI DALAM MASA SULIT Filipi 4:2-9 Sebagai manusia yang masih hidup di dunia, orang Kristen tidak bebas dari masalah. Demikian juga dengan jemaat di Filipi yang mencemaskan Paulus dan juga memikirkan keselamatan diri mereka sendiri. Dalam hidup yang demikian, Paulus memberikan beberapa nasihat untuk hidup di dalam situasi seperti itu. Pertama, di tengah masalah dan ancaman kita diajak untuk memelihara kesatuan dan kesehatian di antara umat Tuhan (2-3). Pandangan duniawi adalah berusaha untuk mencari kepentingan pribadi tanpa menghiraukan orang lain. Namun, Paulus mengajarkan yang sebaliknya, para pemimpin jemaat harus senantiasa mempererat kesatuan di antara jemaat dan saling memperhatikan kepentingan sesamanya. Kedua, tetap bersukacita dan berbuat baik (4-5). Di tengah-tengah kesulitan, hanya sedikit orang yang mau berbuat baik bagi sesamanya, karena orang lebih cenderung memikirkan dirinya sendiri. Namun, umat Tuhan dipanggil justru untuk menyatakan kebaikan kepada sesama, dalam keadaan apapun. Tentu saja ini bukan pamer perbuatan baik untuk mendapat pujian orang, tetapi untuk menyatakan berkat Tuhan buat sesama. Ketiga, tidak khawatir, melainkan menyatakan segala keinginan hati kita kepada Tuhan di dalam doa. Jika kita hidup di dalam kekhawatiran maka kita akan tunduk dan dikuasai oleh kekhawatiran itu. Jika kita berdoa dan bergantung kepada Tuhan, maka damai sejahtera Tuhanlah yang akan mengendalikan dan memimpin hati dan pikiran kita. Keempat, memikirkan dan melakukan segala sesuatu yang baik, seperti yang telah diajarkan Paulus (8-9). Berpikir mengenai hal-hal yang baik dan mulia adalah langkah pertama untuk tidak dikuasai masalah. Namun, agar dapat lolos dan menjadi pemenang, kita perlu mempraktikkan semua pikiran baik tersebut. Karena itu pilihlah untuk mengambil sikap yang positif di tengah-tengah arus dunia ini. Ingat, sikap positif itu bukan berdasarkan akal budi kita semata melainkan berdasarkan pada janji firman-Nya! "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:8)
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/18/2012

CAKAP BEKERJA

"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." (Ams 22:29)
Published with Blogger-droid v2.0.6

ETOS KERJA KRISTEN

ETOS KERJA KRISTEN Filipi 2:12-18 Salah satu alat ukur penting untuk menilai pekerjaan seseorang adalah etos kerjanya. Sebagai orang Kristen kita melakukan yang terbaik karena Kristus telah memberikan yang terbaik, yaitu anugerah keselamatan. Itulah etos kerja Kristen dan itulah makna "mengerjakan keselamatan" (12). Etos kerja yang baik mengandung nilai-nilai sebagai berikut. Pertama, kerja bukan karena dilihat orang. Paulus menasihati jemaat untuk mengerjakan pelayanan mereka dengan baik sekalipun Paulus tidak hadir di tengah-tengah mereka karena pelayanan itu ditujukan kepada Allah (12-13). Bukankah kita sering menemukan orang-orang yang bekerja keras di depan bos, tetapi bersikap santai ketika bos pergi? Kedua, kerja baik dengan sungguh-sungguh, tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, pekerjaan atau pelayanan adalah ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan (14-15). Banyak orang terlihat bekerja keras, tetapi di balik itu mereka sering mengeluh dengan alasan seperti 'gaji kecil', 'bos galak', 'lingkungan kerja buruk' dan lain-lain. Ketiga, kerja dengan berdedikasi dan kerelaan untuk berkurban. Semangat materialistis mengajarkan supaya kita bekerja sesuai dengan bayaran yang disediakan. Sedangkan etos kerja Kristen mengajarkan untuk rela berkurban dan membayar harga (17). Tiga nilai di atas menggambarkan etos kerja dan pelayanan Kristen. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, kita akan menjadi seperti bintang-bintang di dunia (15). Bintang di langit itu biasa, tetapi bintang di dunia itu langka dan luar biasa! Namun, kita harus ingat senantiasa bahwa keberhasilan kita untuk mengerjakan itu semua berasal dari Allah. Dialah yang "mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." (13). Tanpa menyadari hal tersebut, kita akan menjadi sombong dan menganggap keberhasilan oleh etos kerja itu adalah semata-mata kerja keras dan kehebatan kita. "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:14,15)
Published with Blogger-droid v2.0.6

BUAH PEMBERIAN

BUAH PEMBERIAN Filipi 4:10-20 Di dalam pelayanannya, Paulus bukanlah seorang yang selalu berkecukupan secara keuangan. Kelimpahan dan kekurangan ia alami silih berganti (12). Namun surat Paulus kepada jemaat di Filipi ini seolah mengindikasikan bahwa Paulus sering berada di dalam kekurangan. Meski demikian Paulus tidak berkecil hati karena ia yakin bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan yang cukup untuk bertahan di dalam segala situasi (13). Tuhan juga akan memenuhi kebutuhan hidupnya menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya (19). Sebagai orang percaya kita tentu memiliki keyakinan yang sama mengenai kehidupan hamba-hamba Tuhan yang melayani di daerah-daerah dengan situasi yang tidak mudah, khususnya yang mengalami keterbatasan keuangan. Biasanya kita akan menghibur mereka dengan mengutip kata-kata Paulus di dalam ayat 13 dan 19. Namun sayang, kita sering lupa memperhatikan ayat-ayat lainnya di dalam perikop ini. Ayat 14 misalnya, sangat mendorong kita untuk terlibat secara langsung di dalam mendanai hamba-hamba Tuhan yang hidup kekurangan dan kesusahan. Kita percaya Tuhan akan memberikan kekuatan di dalam segala situasi, bahkan yang buruk sekalipun. Tuhan juga akan mencukupkan kebutuhan mereka menurut kekayaan-Nya. Namun sesungguhnya kita juga memiliki kesempatan untuk dipakai Tuhan menjadi alat-Nya dalam menolong hamba-hamba Tuhan yang kesusahan atau mencukupkan kebutuhan hamba-hamba Tuhan yang berkekurangan. Tidak semua orang dapat melayani dengan menjadi misionaris, pendeta, atau guru. Namun, banyak di antara kita yang dapat melayani dengan memberikan uang kita. Menurut Paulus, uang jemaat di Filipi yang dikirimkan kepadanya telah menolong pelayanannya sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian jemaat Filipi telah menghasilkan buah (17). Maka marilah kita memuliakan Tuhan melalui rejeki atau harta yang Tuhan percayakan kepada kita dengan mendukung hamba-hamba Tuhan yang membutuhkan agar mereka dapat melayani dengan baik. "Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, SUATU PERSEMBAHAN YANG HARUM, SUATU KORBAN YANG DISUKAI DAN YANG BERKENAN KEPADA ALLAH." (Filipi 4:18)
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/15/2012

SIBUK SENDIRI

SIBUK SENDIRI Nats : Mereka makan dan minum, ... kawin dan dikawinkan ... berjual-beli, ... menanam dan membangun. (Lukas 17:27-28) Lukas 17:20-37 . Menurut Anda, dosa apakah yang bisa menyebabkan banyak orang binasa? Mencuri? Membunuh? Berzina? Yesus memberi pernyataan menarik tentang situasi manusia pada zaman Nuh, ketika Tuhan membinasakan bumi dengan air bah: mereka makan dan minum, ... kawin dan dikawinkan ... (ayat 27). Lalu, tentang penduduk Sodom dan Gomora yang juga binasa: mereka makan dan minum, ... berjual-beli, ... menanam dan membangun (ayat 28). Apa salahnya memberi prioritas pada keluarga, kehidupan sosial, dan bisnis? Yesus mengingatkan bahwa manusia bisa begitu sibuk dengan urusan keluarga, kehidupan sosial, dan bisnis tanpa melibatkan Tuhan. Semua hal itu bisa jadi berhala, Tuhan digeser dari tempat utama. Orang-orang yang sibuk dengan urusan "rohani" juga bisa terjebak pada hal serupa. Tanda-tanda lahiriah mereka cari dan pentingkan, menggantikan kehadiran Tuhan yang sejati. Yesus mengingatkan Tuhan tak bisa diprediksi dengan tanda-tanda lahirian (ayat 20). Siapa yang bisa menebak kapan Tuhan akan datang kembali dan menghakimi seisi dunia? Berkaca pada orang-orang pada zaman Nuh, juga penduduk Sodom dan Gomora, tiap orang perlu menjadikan tiap saat sebagai momen untuk menyambut kehadiran Tuhan, tidak sibuk dengan urusannya sendiri. Tuhan Mahahadir. Ini seharusnya membuat perbedaan dalam cara kita hidup. Kita akan bertutur pada pasangan, menasihati anak, melakukan bisnis, mengisi waktu luang bahkan menyantap makanan dan minuman dengan cara yang menghormati Tuhan, bukan mengabaikan-Nya. Seberapa banyak kita menyadari dan mengalami kehadiran Tuhan dalam aktivitas sehari-hari?
Published with Blogger-droid v2.0.6

MEMBERI = PERCAYA

MEMBERI = PERCAYA Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu. (Amsal 19:17) Amsal 19:11-20 Tuhan kiranya membalas kebaikan Anda berlipat ganda, " kira-kira begitu kalimat yang mengikuti ungkapan terima kasih orang yang pernah saya bantu. Saya tidak ingat kapan Tuhan "membalas" kebaikan itu secara spesifik, namun salah satu ayat yang kita baca hari ini membuat saya terdorong merenungkan hal ini. Apakah ketika saya berbuat baik, Tuhan jadi "berutang" pada saya, dan harus membalas kebaikan saya? Seorang pendeta mengingatkan saya bahwa salah satu pengajaran dasar kitab Amsal adalah: Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5). Bersukacita memberikan milik kita, entah uang, waktu, atau tenaga, kepada orang yang membutuhkan ialah tindakan yang menunjukkan bahwa kita memercayai Tuhan yang mencukupi kebutuhan kita, sekalipun yang kita miliki berkurang karenanya. Kita tidak khawatir; yakin bahwa Tuhan senang memelihara anak-anak-Nya. Di sisi lain, menaruh belas kasihan menunjukkan sikap tak bermegah atas kelemahan orang lain; tahu bahwa kita sama-sama harus memercayakan hidup kepada Sang Pencipta; kita tidak lebih baik dari mereka. Jelas tidak ada bagian Alkitab lain yang mendukung jika motivasi kita berbuat baik hanyalah untuk menagih berkat lebih dari Tuhan. Itu artinya kita hendak mengatur Tuhan bagi kepentingan kita sendiri. Namun, saat berbuat baik kepada yang lemah kita lakukan sebagai tindakan iman, Tuhan akan menunjukkan bahwa Dia memang Tuhan yang layak dipercaya. Dia "membalas" tindakan iman itu karena Dia senang ketika kita, anak-anak-Nya, memercayakan hidup pada pemeliharaan-Nya yang sempurna.

Published with Blogger-droid v2.0.6

MENGARAHKAN HATI

MENGARAHKAN HATI "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (Filipi 3:12) Filipi 3:10-14 Kita sering mendengar pepatah yang mengatakan "Tak kenal maka tak sayang". Pepatah ini tak pernah lekang oleh zaman dan masih tetap relevan. Pengenalan antara dua pribadi akan bertumbuh hanya jika keduanya berkomitmen untuk menjalin relasi lebih dalam lagi. Komitmen Paulus yang besar untuk mengenal Allah terlihat jelas dalam Filipi 3:10-14. Bukan sekadar pengenalan yang dangkal, tetapi persekutuan yang sedemikian erat hingga memungkinkan Paulus untuk dapat hidup makin serupa Kristus. Paulus telah berjumpa dengan Kristus secara pribadi, bahkan merintis banyak jemaat. Walau demikian, Paulus sadar bahwa ia masih perlu terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah. Dan, dengan intensional ia mengarahkan diri untuk itu. Komitmennya digambarkan dengan kata-kata seperti: mengejar (ayat 12) dan berlari-lari (ayat 14). Sesuatu yang aktif dan bersemangat, yang terus maju secara bertahap, yang mengarah pada satu tujuan yang jelas. Paulus menyadari ia belum sempurna dalam pemahamannya, namun ia terus mengarahkan hidupnya untuk mengenal dan menyelaraskan diri dengan Allah (ayat 13) hingga memperoleh upah yang telah disediakan Allah untuknya (ayat 14). Seberapa besarkah komitmen kita untuk mengenal Allah? Apakah kita mengejar, berlari-lari ke arah-Nya, atau kita tengah kehilangan gairah untuk mendekat pada-Nya? Mari mengarahkan hati untuk makin mengenal Allah. Ketika kita memelihara komitmen ini, maka hati kita akan terus diselaraskan dengan hati Kristus. Keinginan dan kebiasaan lama yang berpusat pada diri sendiri digantikan oleh respons yang baru untuk memuliakan Allah.

Published with Blogger-droid v2.0.6

8/14/2012

BERSEDIA DIMURIDKAN?

BERSEDIA DIMURIDKAN? Filipi 2:19-24 Adalah menarik untuk melihat proses pemuridan yang dilakukan oleh Paulus kepada Timotius. Hasil proses pemuridan yang dilakukan oleh Paulus adalah tiga karakter emas yang dimiliki oleh Timotius. Pertama, Timotius memiliki kesatuan pikiran dan kesatuan hati dengan gurunya, Paulus. Timotius adalah seorang murid yang bukan saja menyerap pengetahuan yang dimiliki Paulus, tetapi juga menyelami isi hati Paulus. Pemuridan seperti ini bukan saja merupakan proses transfer dari otak ke otak, tetapi juga transformasi dari hati ke hati. Timotius memiliki komitmen untuk sepikiran dan sehati dengan bapak rohaninya. Kualitas seperti ini menurut Paulus tidak dimiliki oleh yang lain (20a). Kedua, Timotius tidak mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan kepentingan Kristus dan kepentingan orang lain (20b-21). Kesehatian Timotius dengan Paulus adalah di dalam mengutamakan Kristus dan jemaat yang mereka layani, termasuk dalam situasi yang sulit sekalipun. Di dalam hal ini, proses pemuridan sudah melampaui transfer pengetahuan semata. Yang terjadi di dalam proses ini adalah Timotius mengikuti teladan yang dilakukan oleh Paulus, sementara Paulus meneladani Kristus. Ketiga, Timotius adalah seorang yang penuh dengan kesetiaan (22). Kualitas seperti ini juga sangat langka, khususnya di tengah situasi sulit. Di dalam tekanan, banyak orang memikirkan keselamatan diri sendiri bahkan tidak jarang dengan mengurbankan orang lain. Namun, Timotius menunjukkan sikap berbeda dengan menunjukkan kesetiaan kepada Paulus, gurunya, sekalipun Paulus berada dalam penjara. Risiko yang besar pasti akan ditanggung Timotius. Tampak di sini bahwa pemuridan yang dilakukan Paulus telah berhasil menjadikan Timotius sebagai murid yang setia. Itu dilakukan bukan dengan indoktrinasi, tetapi melalui teladan hidup Paulus. Itulah pemuridan yang sesungguhnya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda seperti Timotius dan Paulus yang bersedia memberi diri dimuridkan oleh Kristus?
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/11/2012

YAKIN AKAN KEADILAN ALLAH

YAKIN AKAN KEADILAN ALLAH Mazmur 71 Saya punya seorang kerabat yang sudah berusia lanjut. Ia sudah mulai lupa akan beberapa hal. Namun satu hal ia tidak lupa, bahwa Tuhan mengasihinya dan ia siap untuk dipanggil oleh-Nya. Pemazmur sudah lanjut usia. Sejak muda ia sudah percaya Tuhan (5) dan hidup bersama dengan-Nya. Banyak orang menyebutnya sebagai tanda ajaib dari Tuhan. Mungkin, pengalaman hidupnya bersama Tuhan sungguh membuktikan penyertaan dan pemeliharaan-Nya. Ia berani mengatakan kelahirannya adalah karya Tuhan dalam dirinya. Sejalan dengan pemeliharaan dan penyertaan Tuhan atas hidupnya, pemazmur pun mengklaim telah melayani Tuhan sejak ia muda (17). Namun di masa tuanya, sepertinya pemazmur mengalami masalah. Selain kekuatan fisik menurun dan juga berbagai aspek penuaan sedang dialaminya, ada orang-orang yang menggunakan kesempatan kelemahannya ini untuk merencanakan hal jahat terhadapnya. Mereka mengira ia telah ditinggalkan Tuhan (10-11). Oleh karena itulah, pemazmur berdoa doa minta tolong. Pemazmur meyakini Tuhan tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Dia adalah Allah yang adil, yang akan membela dirinya sebagai anak-Nya. Pemazmur menyebut keadilan Tuhan berulang kali (2, 15, 16, 19, 24) sebagai tanda kepercayaannya yang besar akan Allah. Oleh karena keadilan Allah pemazmur pun bisa menaikkan pujian dan syukur (6, 8, 14) kepada-Nya serta bertekad untuk terus menaikkan syukur tiada henti (22-23). Buat Anda yang sudah lanjut usia, yakinlah pada kesetiaan Tuhan. Mata rabun, pendengaran berkurang, rematik atau osteoporosis, dan berbagai penyakit mungkin mendera hidup Anda. Anak-cucu yang tidak peduli membuat Anda kesepian. Tetaplah percaya bahwa Dia adil dan setia dan akan menopang hidup Anda sampai tiba waktu Anda dipanggil pulang ke surga.
Published with Blogger-droid v2.0.6

KETIKA KEHILANGAN

KETIKA KEHILANGAN "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21) Ayub 1:13-2:10 Pernah berduka karena kehilangan sesuatu yang kita cintai? Makin dalam cinta, makin dalam juga dukanya. Cepat atau lambat, kita akan mengalami kehilangan, entah itu karir, harta-benda, stamina, anak, orangtua, pasangan hidup, atau sahabat baik kita. Apapun penyebabnya, kehilangan selalu terasa menakutkan, menyakitkan, dan menghancurkan. Meskipun dalam banyak hal kita berbeda dengan Ayub (kita bukan orang paling kaya, tidak punya anak sebanyak dia, dan mungkin tidak hidup sesaleh dia), ada satu benang merah yang menyatukan kita dengan kisah Ayub, yaitu kita sama-sama pernah mengalami kehilangan. Sesuai izin Tuhan, dalam waktu singkat Ayub kehilangan anak-anaknya, kesehatannya, kekayaannya, dan rasa hormat sang istri. Respons Ayub? Ia sujud menyembah dan berkata: "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" Secara manusia ia tentu berduka, sebab itu ia mengoyakkan jubah dan mencukur rambutnya (ayat 20). Namun, ia menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dimilikinya sekarang adalah kepunyaan Tuhan dan datangnya dari Tuhan, Dialah yang berhak atas segalanya. Sebab itu, Ayub mampu memuji Tuhan di tengah kehilangannya. Sadar atau tidak, kita kerap merasa pantas menerima hanya hal-hal baik dalam hidup. Ketika kehilangan kekayaan, kesehatan, dan orang-orang terkasih, kita menganggap Tuhan tidak adil sehingga kita merasa berhak untuk menggugat dan marah kepada- Nya. Ketika Tuhan mengizinkan kehilangan terjadi, biarlah kasih kita kepada-Nya tidak ikut hilang. Mari bertanya apa yang menjadi rencana Sang Pemilik. Dia Tuhan Yang Mahabijak dan tak pernah salah dalam bertindak.

Published with Blogger-droid v2.0.6

8/07/2012

POLIGAMI DAN MASALAHNYA

POLIGAMI dan MASALAHNYA Kejadian 30:14-24 Dari semula Allah menetapkan pernikahan sebagai suatu ikatan monogami (Kej. 2:24). Tidak mengherankan jika keluarga poligami dalam Alkitab pasti mengalami banyak masalah. Ini dialami keluarga Yakub. Persaingan antara kedua istri Yakub, Lea dan Rahel, merupakan bukti bahwa keluarga ini bukanlah keluarga yang harmonis. Sepertinya Yakub tidak lagi tidur dengan Lea, karena agar Yakub dapat menghampirinya, Lea perlu memberikan buah dudaim dari anaknya kepada Rahel. Bahkan untuk mengajak Yakub tidur bersamanya pun Lea harus menggunakan cara paksa (16). Keengganan Yakub untuk tidur dengan Lea, mungkin sekali disebabkan karena pada dasarnya Yakub memang tidak mengasihi Lea. Namun apa pun alasannya, ini jelas merupakan tanda ketidakharmonisan yang terjadi dalam keluarga besar Yakub. Ada yang menganggap bahwa karena poligami adalah kenyataan dalam kehidupan umat Israel Perjanjian Lama dan Allah sepertinya tidak mengecam mereka yang melakukannya, maka poligami boleh dilakukan. Memang Allah tidak secara langsung mengecam praktek poligami, termasuk Yakub yang memiliki empat istri. Namun dari persaingan dan ketidak bahagiaan dalam keluarga ini, kita bisa melihat bahwa Alkitab mau menggambarkan konsekuensi logis dari sebuah perkawinan poligami, dan mereka yang tidak taat kepada Tuhan dan melakukan poligami harus menanggung akibatnya. Karenanya kita melihat bahwa keluarga poligami dalam Alkitab mendapatkan masalah-masalah yang sangat besar, seperti keluarga Abraham yang harus mengusir Hagar dan Ismael, atau keluarga Daud yang anak-anaknya saling membunuh. Kita tahu bahwa kemudian Yakub akan kehilangan Yusuf anak kesayangannya karena ulah kakak kakak Yusuf yang cemburu akan kasih ayah mereka yang hanya ditujukan pada Yusuf. Tuhan dalam anugerah-Nya telah memberikan pada kita suatu konsep pernikahan monogami yang sesuai dengan kehendak-Nya. Berarti, memang inilah yang terbaik bagi kita.
Published with Blogger-droid v2.0.6

Citra Word Center Surabaya

Published with Blogger-droid v2.0.6

Mari berdoa

Published with Blogger-droid v2.0.6

8/06/2012

SIAPA MAU TOLONG BETA?

SIAPA MAU TOLONG BETA? Yesaya 30:18-26 Sebuah lirik lagu Ambon bertutur, "Siapa mau tolong beta, beta ini susah'e." Lirik ini bercerita tentang kesedihan dan kesusahan orang yang hidup di perantauan, jauh dari sumber-sumber pertolongan yang bisa didapat dan diandalkannya. Pertolongan. Semua orang yang pernah berada dalam kondisi terdesak dan tanpa daya tahu persis betapa berartinya hal itu. Kitab Yesaya diawali dengan keluhan terhadap bangsa yang tidak setia, hukuman demi hukuman ditimpakan, penindasan diizinkan. Akan tetapi, Tuhan masih mau mendengar seruan mereka dan memperhatikan air mata mereka. Tuhan menanti-nantikan saat untuk menyatakan kasih-Nya bagi orang-orang yang menanti-nantikan-Nya (ayat 18). Tuhan bahkan bersegera untuk menjawab seruan umat-Nya. Ia menunjukkan jalan- Nya (ayat 21) dan memberkati mereka (ayat 23-26). Ada saatnya nanti Dia membalut luka umat-Nya dan menyembuhkan bekas pukulan. Dialah sumber pertolongan itu. Pertolongan Tuhan kian nyata bagi kita saat Dia hadir dalam tubuh insani, turut merasakan kelemahan-kelemahan kita (lihat Ibrani 4:15), dan menanggung dosa kita. Betapa bersyukur kita memiliki Tuhan yang demikian! Sebagai orang-orang yang dipanggil untuk mencerminkan Tuhan di dunia ini, setiap kita yang telah merasakan pertolongan, anugerah, dan kasih-Nya, seharusnya juga menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menolong sesama. Tiap hari di sekitar kita ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Kiranya kita tidak hanya puas menjadi penonton-penonton yang duduk manis, tetapi menyediakan diri dipakai menjadi saluran berkat, membawa mereka mengenal Tuhan, satu-satunya Penolong yang sejati. " ... Tentulah Tuhan akan mengasihani engkau, apabila engkau berseru-seru; pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab." (Yesaya 30:19)
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/04/2012

JANGAN KECEWA

JANGAN KECEWA Kejadian 41:1-16 Adakalanya Tuhan ingin mengajar kita untuk bersabar dalam menantikan waktu yang ditetapkan-Nya untuk memberikan berkat kepada kita. Yang kita butuhkan adalah kepercayaan penuh kepada Dia, ketika segala sesuatu dalam hidup kita berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Fakta bahwa Yusuf pernah menafsirkan mimpi kepala juru minuman dan kepala juru roti menunjukkan bahwa Allah telah berbicara kepada Yusuf. Dapatkah Anda bayangkan perasaan Yusuf ketika itu? Tentu ia senang ketika Allah berbicara dan memberi arti mimpi masing-masing pegawai Firaun. Sangatlah normal jika Yusuf berharap bahwa hal itu akan membuka jalan keluar bagi dirinya yang sedang di penjara. Namun yang terjadi, Yusuf dilupakan oleh orang yang telah ia tolong. Dua tahun lamanya Yusuf dilupakan. Dua tahun lamanya Yusuf memiliki waktu untuk merenungkan mengapa Tuhan seakan-akan meninggalkan dia. Namun Yusuf tetap sabar, ia tidak menjadi marah dan kecewa pada Tuhan. Dalam penentuan Tuhan, masa dua tahun yang seolah tanpa hasil, ternyata membawa dia untuk menghadap Firaun. Kepercayaan Yusuf pada Tuhan teruji melalui cara ia menjawab pertanyaan Firaun mengenai kehebatan yang ia miliki. Tanpa ragu, Yusuf mengedepankan pertolongan Tuhan dan bukan menyombongkan dirinya. Ini menunjukkan bahwa Yusuf tidak marah dan tidak kecewa kepada Tuhan. Yusuf tetap setia, tetap percaya dan tetap bersandar pada Tuhannya. Bagaimana dengan kita sendiri? Ketika Tuhan seolah diam dan tidak menjawab doa kita, apakah kita juga mampu bersikap seperti Yusuf yang tidak menjadi kecewa pada Tuhan? Adakah kita mampu merendahkan diri dan mengakui kekuasaan serta berkat Tuhan di dalam hidup kita sebagai ganti dari keinginan hati untuk dikenal sebagai pribadi yang hebat? Tetaplah percaya kepada Tuhan sebab Ia tahu apa yang harus diperbuat dan kapan harus melaksanakan rencana-Nya tersebut. Yang kita butuhkan adalah belajar untuk tetap percaya dan tidak menjadi kecewa, bahkan di dalam saat-saat ketika Tuhan seolah diam.
Published with Blogger-droid v2.0.6

8/02/2012

KONSEKUENSI PERBUATAN DI MASA LALU

KONSEKUENSI PERBUATAN DI MASA LALU Kejadian 42:1-17 Sering kali manusia tidak menyadari bahwa perbuatannya membawa serta konsekuensi di kemudian hari. Bencana kelaparan, telah memaksa Yakub untuk menyuruh anak-anaknya pergi ke Mesir. Alkitab menggambarkan secara kontras bagaimana anak-anak Yakub adalah sekumpulan orang yang sedang dilanda kelaparan, sementara Yusuf yang pernah mereka buang justru menjadi orang yang berkuasa di Mesir untuk memberikan makanan kepada mereka dan kepada orang-orang lain yang kelaparan. Kedegilan hati saudara Yusuf yang tidak mampu mengenali adik mereka juga digambarkan secara kontras dengan kejernihan mata hati Yusuf yang dengan mudah mengenali saudara-saudaranya di tengah orang-orang lain yang datang ke Mesir. Yusuf bahkan ingat tentang mimpi yang ia ceritakan di waktu lalu dan melihat bagaimana mimpi itu menjadi nyata ketika saudara-saudaranya datang dan sujud di hadapan dia. Yusuf menguji saudara-saudaranya itu karena ia ingin melihat adakah perubahan sikap hati mereka yang jahat dan licik kepada dirinya dan kepada orang tua mereka. Yusuf juga bersikeras untuk mengetahui keberadaan Benyamin karena ia ingin memastikan bahwa adik kandungnya itu dalam keadaan baik. Mungkin sekali Yusuf khawatir bahwa adiknya itu telah mengalami perlakuan jahat dari saudara-saudaranya ini. Ujian yang Yusuf berikan pada saudara-saudaranya adalah hal yang wajar karena Yusuf pernah mengalami penderitaan akibat kejahatan mereka di masa lalu. Oleh karena itu, apa yang dialami oleh saudara-saudara Yusuf adalah konsekuensi dari perbuatan mereka sendiri di masa yang lalu. Jika pada bagian sebelumnya Allah telah memberikan balasan yang setimpal atas kesabaran dan kepercayaan Yusuf, maka pada bagian ini, Allah juga membalas perbuatan saudara-saudara Yusuf itu. Sebagai anak Tuhan, kita pun harus waspada dengan apa yang telah kita perbuat, sebab cepat atau lambat, perbuatan itu akan mendatangkan konsekuensi wajar bagi kita. Berbuat baiklah senantiasa dan jauhilah kejahatan. BAGAIMANA KELUAR DARI PERASAAN BERSALAH? Kejadian 42:18-28 Sering kali kesalahan di masa lampau masih membayangi kita hingga ke masa kini. Penyesalan, pertobatan, dan pengampunanlah yang mampu menolong kita keluar dari perasaan bersalah yang menekan itu. Sebenarnya saudara-saudara Yusuf telah mengalami kasih karunia dari Yusuf yang tidak mau membalas perbuatan mereka kepada dirinya. Namun saudara-saudara Yusuf itu tidak mampu melihat tangan penyertaan Allah dalam hidup mereka karena hati mereka masih dikejar-kejar oleh rasa bersalah. Saudara-saudara Yusuf telah menerima kasih karunia sekaligus keadilan dari Yusuf. Ujian yang mereka alami adalah suatu keadilan, yaitu hal yang pantas mereka terima sebagai buah kejahatan mereka di masa lalu. Ujian itu adalah tindakan berjaga-jaga yang wajar. Pengalaman Yusuf terakhir kali dengan saudara-saudaranya adalah ketika mereka semua berbuat jahat kepadanya. Darimana Yusuf tahu bahwa mereka sudah berubah, jika ia tidak menguji mereka terlebih dahulu? Adapun jalan keluar serta makanan yang diberikan kepada saudara-saudara Yusuf adalah suatu bentuk kasih karunia, yaitu kebaikan yang mereka peroleh sebagai ganti dari kejahatan mereka di masa lalu. Namun saudara-saudara Yusuf hanya memusatkan perhatian pada kejahatan mereka sendiri, sehingga mereka begitu takut akan jatuhnya keadilan Allah atas mereka. Mereka sulit melihat apa yang mereka alami di Mesir itu sebagai jalan Tuhan dalam memelihara kehidupan mereka. Dosa-dosa mereka telah membuat mereka sulit melihat kasih karunia Tuhan melalui Yusuf. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga termasuk orang yang sedang dikejar-kejar oleh perasaan bersalah? Janganlah menjauhi Tuhan, melainkan datanglah pada Yesus, sebab Dialah Juruselamat manusia yang mampu menghapuskan dosa-dosa kita dan menerima kita dengan kasih karunia. Yang harus kita lakukan adalah menyesali dosa-dosa, bertobat dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. "Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita." (Kejadian 42:21) ALLAH, PERANCANG KARYA KESELAMATAN Kejadian 42:29-38 Bayang-bayang masa lalu yang diliputi dosa dapat menghalangi kita dalam melihat karya agung Allah bagi dunia ini. Pengalaman hidup Yakub dapat mengingatkan kita bahwa di balik segala kesulitan dan kegagalan kita, ada Allah yang merancang keselamatan yang agung. Jika dahulu saudara-saudara Yusuf berhasil menipu Yakub mengenai kematian Yusuf, kini mereka harus menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak dapat dipercayai oleh Yusuf dan juga Yakub. Yusuf menguji mereka untuk memastikan bahwa mereka tidak akan berbuat jahat di Mesir, sedangkan Yakub sama sekali tidak dapat memercayakan Benyamin kepada mereka. Sekalipun mereka tidak menceritakan tentang bagian terberat dalam pengalaman mereka di Mesir, yaitu dipenjarakan oleh Yusuf, Yakub tetap tidak percaya. Di sisi lain, kebohongan yang dilakukan oleh Yakub di masa lalu, kini juga telah menjadi duri dalam daging bagi dirinya. Yakub menjadi orang yang sulit percaya bahkan kepada anak-anaknya sendiri. Pengalamannya dalam menipu banyak orang di masa lalu, mungkin sekali telah membuat dirinya dikecam perasaan takut bahwa ia sedang dibohongi. Apalagi ketika Yakub melihat bahwa uang yang seharusnya dipakai untuk membeli gandum, ternyata masih ada. Mungkin Yakub mencurigai anak-anaknya ini telah menjual Simeon di Mesir. Yakub tidak dapat diyakinkan, bahkan ketika Ruben berniat menukarkan nyawa kedua anaknya dengan anak Yakub. Betapa hebat penderitaan batin dan rasa takut kehilangan anak yang ada di dalam diri Yakub, sehingga ia tidak dapat melihat bahwa di balik semua itu, ada Allah yang sedang merancang keselamatan bagi keturunan Yakub. Adakah kita saat ini tertindih oleh beban kesedihan dan penyesalan seperti yang dialami oleh Yakub? Ataukah kita seperti saudara-saudara Yusuf yang harus menerima konsekuensi dari kesalahan di masa lalu? Ingatlah bahwa Allah telah merancang karya keselamatan yang indah melalui kasih karunia-Nya bagi kita dalam Kristus. Percayalah kepada-Nya dan terimalah keselamatan kita.
Published with Blogger-droid v2.0.6

TIDAK TERHINGGA

TIDAK TERHINGGA Mazmur 147:1-11 Hang (baca: heng). Itu istilah yang sering terlontar ketika komputer macet, tidak bisa lagi memberi respons apa-apa. Mungkin program yang dijalankan terlalu banyak atau berat. Atau, ada virus yang menghambat kerjanya. Istilah ini juga dipakai sebagian orang untuk menggambarkan bahwa mereka sedang tidak bisa berpikir lebih jauh. Mungkin karena terlalu penat atau kurang istirahat. Kondisi hang mengingatkan kita bahwa teknologi dan manusia, secanggih apa pun, sepintar apa pun, ada batasnya. Sebaliknya, Tuhan tidak terbatas. Perenungan pemazmur melambungkan imajinasi kita untuk memahami Dia yang "tidak terhingga". Mengumpulkan kembali umat Israel yang tercerai berai di seluruh penjuru dunia bukan hal sulit bagi-Nya (ayat 2). Memulihkan orang yang sudah tidak punya harapan hidup adalah keahlian- Nya (ayat 3). Menghitung bintang di galaksi terjauh pun mudah saja bagi-Nya (ayat 4). Menyelimuti langit dengan awan, menurunkan hujan di tempat tertentu dan menahannya di belahan bumi lainnya, membuat gunung, menumbuhkan rerumputan, memberi makan hewan-hewan di padang, semua bisa dilakukan-Nya sekaligus! (ayat 8-9). Kehebatan manusia maupun sarana-sarana yang digunakan manusia dalam berkarya tidak mengesankan-Nya (ayat 11). Kita kerap frustrasi dengan waktu yang sempit dan tanggung jawab yang banyak. Kita tidak tahu bagaimana menyikapi relasi yang rusak sementara kasih dan kesabaran kita terbatas. Kita tidak mahahadir, otak kita tidak mahatahu. Namun, mana yang lebih sering kita andalkan? Diri kita, sesama manusia, teknologi, atau ... Tuhan yang tak terhingga? Sungguh, kita perlu senantiasa diingatkan betapa hebat dan tidak terbatasnya Tuhan kita! "Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga." (Mazmur 147:5)

Published with Blogger-droid v2.0.6

7/30/2012

Published with Blogger-droid v2.0.6

Published with Blogger-droid v2.0.6

Published with Blogger-droid v2.0.6

Published with Blogger-droid v2.0.6

7/27/2012

PELAYANAN RUMAH

PELAYANAN RUMAH "Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus bersama Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. (Markus 1:29) Markus 1:29-34 Ada beberapa peristiwa dalam kehidupan Yesus, termasuk beberapa pengajaran dan mukjizat penting, dilakukan saat Yesus berada di rumah-rumah atau dipicu oleh peristiwa-peristiwa dalam rumah. Ya, rumah, bukan sinagoge tempat orang Yahudi ramai berkumpul, atau gelanggang yang menjadi pusat perhatian publik. Bacaan hari ini merupakan sebuah contoh bahwa rumah merupakan tempat yang penting bagi berlangsungnya pelayanan. Setelah melayani di rumah ibadah pada hari Sabat, Yesus pergi ke "rumah Simon dan Andreas" (ayat 29). Sekadar bersilaturahmikah kunjungan itu? Ada kemungkinan untuk itu. Menariknya, dari kunjungan itu, setidaknya ada dua peristiwa yang dicatat. Pertama, Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus (ayat 31); kedua, Yesus menyembuhkan banyak orang yang menderita berbagai penyakit dan mengusir banyak setan (ayat 34). Pelayanannya, selain menyentuh keluarga Simon dan Andreas, juga menyentuh kehidupan banyak orang yang datang. Selain tempat-tempat terbuka atau tempat ibadah orang Yahudi, Yesus juga melayani di rumah-rumah; dari berbagai kalangan. Beberapa kisah lain adalah saat Dia singgah di rumah pemungut cukai, kunjungannya ke rumah Maria dan Marta, juga saat bertamu di rumah Zakheus. Banyak orang belum memiliki hubungan dengan gereja. Atau bahkan memendam kekecewaan tertentu kepada gereja, sehinga enggan melangkah ke sana. Mari memikirkan satu aspek pelayanan penting ini: pelayanan rumah. Dengan diiringi doa, kita bisa mulai memikirkan satu-dua orang yang akan kita kunjungi, supaya ada banyak orang juga yang dijangkau bagi Kristus lewat pelayanan semacam ini--keluarga kita, sahabat, kolega. Siapa pun. SILATURAHMI ITU SEBUAH TRADISI, TETAPI KUNJUNGAN MURID KRISTUS BERPOTENSI MENJADI SEBUAH MISI KRISTIANI.
Published with Blogger-droid v2.0.6

KDRT = KASIH DALAM RUMAH TANGGA

KDRT = KASIH DALAM RUMAH TANGGA. Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu ... Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu ... (1 Petrus 3:1,7) 1 Petrus 3:1-7 Kekerasan dalam Rumah Tangga (KdRT) adalah persoalan yang kompleks. Menurut pengamatan, kekerasan kerap digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan kemarahan; mengumbar kekuasaan; menyeimbangkan posisi dalam pernikahan. Apa jadinya jika nilai-nilai ini dianut oleh anggota keluarga kita? Rasul Petrus, dalam suratnya yang pertama, mengangkat nilai-nilai yang penting dalam keluarga. Yang pertama dan diulang dalam 6 dari 7 ayat bacaan kita (dan selalu sama gemanya dalam bagian lain di Alkitab), adalah tentang ketundukan isteri kepada suami. Perhiasan terindah bagi seorang isteri adalah ketundukan kepada Allah, yang tercermin dari ketundukannya pada sang suami (ayat 3-5). Dandanan lahiriah mungkin bisa menundukkan suami sesaat, namun isteri yang hidup murni dan saleh dapat membawa suaminya menundukkan diri di bawah kebenaran firman Allah. Meski hanya satu ayat, pesan senada disampaikan pada para suami. Ketundukan pada Allah akan membawa suami menghargai isteri sebagai sesama pewaris kasih karunia- Nya, bukan memanfaatkan atau menyerang kelemahan-kelemahannya. Suami yang tidak merawat hubungan dengan isterinya dengan baik, akan mengalami kesulitan juga dalam menikmati hubungan yang indah dengan Allah (ayat 7). Jadi, jika meneladan dan mengikuti firman Allah, keluarga semestinya bukan sasana untuk mengumbar kekerasan, baik dalam bentuk perkataan yang memojokkan, maupun tindakan fisik yang menyakitkan. Mari kembali pada rancangan Tuhan. Sama-sama menempatkan ketundukan dan kasih pada Tuhan di atas segalanya. Kiranya kasih yang bersumber dari Allah tinggal dengan limpahnya di tengah keluarga kita.
Published with Blogger-droid v2.0.6

7/24/2012

SUMBER UTAMA HIKMAT DAN KEKAYAAN

SUMBER UTAMA HIKMAT DAN KEKAYAAN Kejadian 41:17-36 Kekayaan dan kekuasaan sering membuat orang lupa kepada Allah yang merupakan sumber kekayaan, kuasa, dan hikmat. Sebagai orang yang paling berkuasa dan paling kaya di Mesir, Firaun tidak membayangkan bahwa mimpi yang ia alami ternyata membuat dirinya ketakutan dan khawatir, apalagi setelah ia mendapati bahwa tidak seorang pun dapat mengartikan mimpi tersebut. Pengalaman Yusuf dalam menafsirkan mimpi juru minuman telah membawa dirinya bertemu orang paling berkuasa di Mesir. Melalui penjelasan Yusuf, Firaun bukan saja mendapat jalan keluar dari kekhawatirannya, tetapi juga mendapat kesempatan untuk mengenal Allah yang disembah oleh Yusuf. Melalui hikmat Tuhan kepada Yusuf, Firaun bukan saja mengetahui apa yang akan terjadi dengan kerajaannya, tetapi juga mengetahui apa yang harus dilakukan agar bahaya kelaparan tidak menghancurkan negerinya. Yusuf bukan saja telah menolong Firaun untuk melihat apa yang akan terjadi di masa mendatang, tetapi ia juga menolong Firaun untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dan segera di masa sekarang. Sungguh ironis, bahwa orang yang paling berkuasa di Mesir harus meminta nasihat dari seorang tahanan. Namun jika ada Allah yang mengatur semua itu, maka segalanya mungkin. Dari peristiwa ini kita belajar bahwa melalui kuasa dan hikmat-Nya, Allah dapat menjalankan rencana-Nya secara sempurna. Sekalipun kondisi Yusuf sangat jauh di bawah keadaan yang normal, namun Tuhan dapat mengubah kehidupan Yusuf secara seketika. Dari seorang tahanan di Mesir, menjadi seorang paling berkuasa setelah Firaun tidaklah mungkin terjadi tanpa pertolongan Tuhan. Tidak jarang kehidupan kita pun seolah terperosok begitu dalam hingga kita sulit melihat jalan keluar dari keadaan tersebut. Tetapi lihatlah bagaimana Tuhan dapat mengubah hidup Yusuf secara luar biasa. Sebagaimana Yusuf bergantung pada hikmat Tuhan, kita pun harus bergantung pada-Nya. Sebagaimana kuasa Tuhan telah mengubah Yusuf, kuasa yang sama itu juga mampu meluputkan kita. Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Aku telah bermimpi, dan seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang engkau: hanya dengan mendengar mimpi saja engkau dapat mengartikannya." (Kej 41:15)
Published with Blogger-droid v2.0.6

7/20/2012

PEMIMPIN MELAHIRKAN PEMIMPIN

PEMIMPIN MELAHIRKAN PEMIMPIN Bacaan : 1 Raja-raja 19:19-21 Dalam bukunya 21 Hukum Kepemimpinan Sejati, John Maxwell menuliskan bahwa salah satu karakteristik penting dari seorang pemimpin yang kerap kali dilupakan adalah melahirkan pemimpin untuk masa depan. Banyak pemimpin begitu hebat sewaktu hidupnya. Sayangnya, ketika ia lengser atau meninggal, perjuangannya turut berhenti karena ia tidak memiliki penerus yang akan mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan. Ayat bacaan hari ini berkisah tentang bagaimana Elia, sang nabi besar, menyiapkan Elisa yang akan menjadi penggantinya. Ada dua hal yang Elia lakukan dalam proses ini. Pertama, ia memberikan otoritas dan kepercayaan kepada Elisa (ayat 19). Ia melemparkan jubah kenabiannya yang merupakan simbol otoritas kepada Elisa. Kedua, ia melatih Elisa dari bawah--sebagai pelayannya (ayat 21). Padahal menurut beberapa penafsir Alkitab, Elisa adalah orang kaya sebagaimana ditunjukkan dengan banyaknya ternak yang ia miliki. Namun, Elisa merendahkan diri dan "magang" sebagai pelayan Elia. Tampaknya Elia ingin menumbuhkan sikap melayani dalam diri Elisa sebelum kelak ia diresmikan menjadi seorang nabi. Apakah Anda adalah orangtua dalam keluarga? Apakah Anda seorang pemimpin dalam gereja atau komunitas Anda? Sadarilah bahwa Anda mengemban tanggung jawab untuk menyiapkan pemimpin selanjutnya. Mintalah hikmat dari Tuhan supaya Anda dapat menemukan calon penerus yang terbaik. Lalu, siapkan mereka dengan memberikan otoritas dan kepercayaan. Didiklah mereka melayani lebih dahulu sebelum Anda mewariskan tugas kepemimpinan kepada mereka. JADILAH PEMIMPIN YANG SEJATI DENGAN MELAHIRKAN PEMIMPIN-PEMIMPIN BERMUTU UNTUK MASA DEPAN.
Published with Blogger-droid v2.0.6

ANAK ADALAH ANUGERAH

ANAK ADALAH ANUGERAH Mazmur 127 Saya merasa sangat beruntung memiliki ibu yang begitu mengasihi saya. Saya sering teringat kisahnya, bahwa ia mendoakan saya sejak saya dalam kandungan--sejak mengetahui dirinya hamil. Mendengarnya, saya merasa begitu berharga. Kehadiran saya dirancang baik dan diinginkan. Selain itu, saya mengenal kebenaran Alkitab dari didikan dan disiplin yang diterapkan ayah saya. Melalui doa dan didikan mereka, saya merasakan secara nyata kehadiran Tuhan dalam hidup. Sikap orangtua saya sama seperti kata Alkitab: anak adalah anugerah, milik berharga karunia Allah, bukan hasil karya ataupun prestasi orangtua. Seperti mata pencarian kita (ayat 2), sia-sialah kita berupaya untuk memperolehnya jika itu tak diberikan kepada kita. Namun, ibarat anak panah (ayat 4), anak perlu dilatih dan diasah sejak kecil agar mencapai sasaran hidupnya. Ada kalanya anak perlu mendapat teguran, bahkan juga hukuman (lihat Amsal 29:15). Jika itu dilakukan, ketika anak dewasa kelak, orangtuanya takkan malu di hadapan musuh (ayat 5). Siapakah musuh kita? Musuh kita bukan lagi dalam pengertian fisik, melainkan rohani, yakni Iblis dan bala tentaranya (lihat Efesus 6:12). Dengan sikap bagaimanakah kita memandang anak? Bagaikan beban yang merepotkan atau merupakan anugerah Tuhan yang kita syukuri? Menghargai anak bukan saja kewajiban orangtua, melainkan keharusan bagi setiap orang percaya. Dalam bentuk tindakan, kita menghargai anak ketika kita mendidik dan mengajarkan kebenaran kepada mereka membawa mereka mengenal dan mencintai Tuhan sejak dini. "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan .... Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. (Mazmur 127:3-4) HARGAI ANAK SEBAGAIMANA TUHAN MENGHARGAI MEREKA. ARAHKAN ANAK PADA TUJUAN HIDUP UNTUK MEMULIAKAN TUHAN.
Published with Blogger-droid v2.0.6

MOHON PENYELAMATAN TUHAN

MOHON PENYELAMATAN TUHAN Mazmur 69:1-19 Seorang penafsir mencoba menvisualisasikan ayat 2-3 ini dalam situasi yang nyata, yaitu seorang yang dibuang ke sumur kering (bandingkan pengalaman Yeremia di Yer. 38:6). Ketika hujan turun dengan deras, air mulai memenuhi sumur tersebut. Tahanan itu berseru minta diangkat keluar dari sumur itu karena air sudah mencapai lehernya. Namun, sampai habis suara dan tenaga, pertolongan tak kunjung datang (4). Tentu gambaran pemazmur di sini merupakan kiasan semata. Pemazmur bergumul dengan tuduhan palsu. Ia dituduh telah merampas sesuatu, dan kemudian dipaksa untuk mengembalikan barang yang sebenarnya tak pernah ia rampas. Terhadap para musuhnya, pemazmur mengaku tidak bersalah. Namun, kepada Tuhan ia mengaku pernah bertindak bodoh (6). Maka ia memohon belas kasih Tuhan agar dampak kesalahannya tidak menimpa umat Tuhan. Di sisi lain, pemazmur merasa apa yang menimpa dirinya adalah karena ketekunannya melayani Tuhan (8-13). Oleh karena itu, ia berani berharap kepada Tuhan untuk melepaskannya dari tekanan musuh. Kembali pemazmur menggunakan ilustrasi yang serupa dengan yang di permulaan (15-16). Sampai di sini, mazmur ini menunjukkan tipikal sebuah mazmur keluhan. Pemazmur menyampaikan keluhannya dengan harapan Tuhan akan menjawab dan menyelamatkannya dari ancaman kebinasaan. Mazmur seperti ini mengajar kita tentang bagaimana menghadapi musuh yang memfitnah bahkan hendak membinasakan kita padahal kita sedang melayani Tuhan. Kita memiliki Tuhan yang peduli dan yang akan bertindak pada waktu-Nya untuk menolong kita. Walaupun kita sudah merasa di ambang pintu kehancuran, jangan sampai kita melepaskan iman kita. Percayalah pada waktu-Nya, Ia akan menolong. Ingat juga bahwa nama-Nya pun dipertaruhkan bila umat-Nya dipermalukan. Sebab itu: "Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; (Mazm 69:31)
Published with Blogger-droid v2.0.6

7/17/2012

KETETAPAN ALLAH

KETETAPAN ALLAH Yesaya 46:9-13 Pernahkah Anda berjumpa dengan orang yang plin plan? Pada saat tertentu, ia berkata dengan penuh keyakinan bahwa ia hendak melakukan sesuatu. Kesempatan lainnya, ia mengurungkan niatnya sendiri. Pepatah "bagai air di daun talas" tepat untuk menggambarkan orang plin plan. Butir air di daun talas bisa bergerak kemana-mana karena tidak bisa menempel di permukaan daun yang licin itu. Demikianlah orang plin plan yang terus berubah-ubah dalam pendirian dan perkataannya. Allah kita bukanlah Pribadi yang plin plan. Firman Tuhan hari ini mengajarkan doktrin tentang ketetapan Allah (God's decree). Ketetapan Allah tidak berubah sepanjang waktu. Allah tidak pernah membetulkan atau membatalkan ketetapan-Nya. Ketetapan Allah pasti terlaksana sesuai dengan kedaulatan-Nya (ayat 10- 11). Ketetapan Allah juga termasuk hal-hal tidak menyenangkan yang ditujukan untuk mendisiplin umat-Nya (ayat 11). Akhirnya, keselamatan umat-Nya adalah bagian dari ketetapan-Nya (ayat 13). Kebenaran yang terakhir ini sangat menguatkan karena artinya keselamatan kita bersifat pasti. Tidak ada yang dapat menghilangkan anugerah keselamatan dari Allah bagi kita. Apakah saat ini Anda sedang dirundung keraguan atas rencana- Nya dalam hidup Anda? Apakah Anda sedang mengalami kehilangan keyakinan atas keselamatan Anda? Firman Tuhan hari ini kiranya meneguhkan Anda lagi. Allah yang mengasihi kita bukanlah Allah yang plin plan. Ketetapan Allah sesungguhnya mencerminkan karakter Allah sendiri. Ketetapan Allah sepasti karakter Allah! Dalam keteguhan itu, kita pun beroleh keberanian untuk terus menaati firman-Nya dalam situasi yang paling tidak pasti. ".....: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan,(Yes 46:10)
Published with Blogger-droid v2.0.6

MENGASIHI DAN MENGHORMATI ORANGTUA

Komentar
Published with Blogger-droid v2.0.6

7/16/2012

TAK BISA BUNGKAM

TAK BISA DIBUNGKAM Kisah Para Rasul 4:1-22 Jika menonton film yang bagus, saya akan bersemangat memujinya di Facebook, di Twitter, atau menulis ulasan di blog. Saya akan menjadikannya bahan obrolan, menyarankan teman untuk menontonnya, dan suatu saat menontonnya lagi--mungkin sampai berulang-ulang. Hal serupa bisa berlaku untuk buku, lagu, gadget, makanan, tempat wisata, atau berbagai produk lain. Tanpa disuruh-suruh, kita cenderung menjadi "juru iklan" bagi produk yang kita sukai. Petrus dan Yohanes bukan hanya menemukan produk yang menyenangkan. Mereka berjumpa dengan Pribadi yang mengubahkan hidup mereka. Mereka mengikuti Yesus dalam pelayanan-Nya; dan Petrus menyangkal-Nya menjelang peristiwa penyaliban-Nya. Akan tetapi, Dia bangkit, menguatkan mereka, naik ke surga, dan mencurahkan Roh Kudus-Nya atas mereka, mengubah mereka dari orang-orang pengecut menjadi pemberita kabar baik yang gigih dan berani (ayat 13). Mereka juga diberi kuasa untuk mengadakan mukjizat seperti Sang Guru. Itu semua membuat mereka tak bisa dibungkam sekalipun dilarang dan diancam oleh sidang mahkamah agama di Yerusalem (ayat 20). Mereka terus memberitakan kabar baik yang telah mereka lihat dan mereka dengar apa pun risikonya. Bersaksi, dengan demikian, bukanlah suatu program pelayanan, melainkan buah dari perjumpaan dengan Tuhan. Berdoalah agar Tuhan membukakan mata dan telinga hati Anda sehingga Anda dapat mengalami kebaikan-Nya dalam firman-Nya dan dalam pengalaman keseharian. Tanpa disuruh-suruh, Anda akan terdorong untuk menceritakan kebaikan-Nya itu kepada orang lain. "Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan dengar. (Kisah Pr. Rasul 4:20)
Published with Blogger-droid v2.0.6

7/11/2012

TIDAK ADA YG TERSEMBUNYI DI HADAPAN-NYA

TIADAK ADA YG TERSEMBUNYI DI HADAPAN-NYA Ibrani 4:1-16 Saat membayangkan apa jadinya jika hak privasi tak pernah ada, tiba-tiba saya menjadi sangat malu. Pasti orang akan heran mengetahui film tidak pantas yang pernah saya tonton, percakapan rahasia saya untuk merusak nama baik orang lain, rencana-rencana busuk saya, atau pikiran-pikiran berdosa yang saya nikmati. Namun, kenapa saya tak pernah malu kepada Tuhan yang selalu tahu gerak-gerik, motivasi, pikiran, dan rancangan-rancangan yang paling tersembunyi sekalipun. Saya lebih takut nama baik saya tercemar dibandingkan takut pada kekudusan Tuhan. Salah satu penyebab kurangnya rasa takut atau malu ketika berbuat dosa adalah adanya jaminan keselamatan bagi kita yang beriman kepada Kristus. Memang, kita pasti masuk ke tempat perhentian-Nya yang kekal (ayat 1, 3). Namun, kita masih harus mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan-Nya. Itu sebabnya penulis kitab Ibrani meminta kita waspada (ayat 1) serta taat kepada-Nya (ayat 6, 11). Kita harus memegang erat firman Allah untuk menjaga hidup kita tetap bersih (ayat 12). Sebaliknya, ketika kita menyadari dosa, kita mesti berani menghampiri takhta-Nya (ayat 16). Sebab, Kristus Imam Besar kita (ayat 14, 15) yang mendamaikan kita dengan Allah. Jadi, ada dua sikap yang tampaknya bertentangan, tetapi harus ada secara bersamaan dalam diri orang percaya. Pertama, sikap takut berbuat dosa; kedua, sikap berani menghampiri Tuhan Yang Mahakudus. Kita harus menyadari bahwa tak ada yang dapat kita sembunyikan dari pandangan-Nya. Di lain pihak, setiap kali kita berdosa, kita mesti punya keberanian untuk segera datang kepada- Nya, mengakui dosa yang telah kita perbuat dan jangan berbuat dosa lagi. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."(Ibrani 4:13) "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya."(Ibrani 4:16)

Published with Blogger-droid v2.0.6

7/07/2012

BERJAGA-JAGALAH DAN BERDOA

BERJAGA-JAGALAH DAN BERDOA Markus 14:66-72 Situasi yang kritis masih harus dihadapi oleh Petrus. Ia kembali diperhadapkan dengan ujian iman. Disatu sisi, para murid (terutama Petrus) ingin menjadi pengikut Yesus yang baik. Ia menyatakan komitmennya untuk tetap setia pada Yesus sekalipun nyawa taruhannya. Ia berusaha mengikuti Yesus sampai Ia dibawa kepada Imam Besar untuk diadili (66, lihat ayat 54). Hanya saja ia bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam kebingungan, ia diperhadapkan pada kenyataan bahwa sebagai pengikut Yesus, nyawanya juga terancam. Petrus ingin setia, tetapi ketika berhadapan dengan kematian, naluri tentang keselamatan diri sendiri lebih menguasai dia. Petrus menyangkal bahwa ia adalah orang yang selalu bersama-sama Yesus (67-68). Ia menyelamatkan diri dengan menyangkal Yesus dan pergi ke serambi muka supaya aman (68). Akan tetapi, ia bertemu dengan hamba perempuan yang mengenali dia sebagai pengikut Yesus. Sekali lagi, Petrus berusaha menyelamatkan diri dengan menyangkal bahwa ia adalah pengikut Yesus. Situasi semakin kritis. Orang-orang yang ada disitu mulai mengenali Petrus. Petrus terdesak. Ketakutan menguasai dirinya. Demi menyelamatkan diri, ia malah mulai mengutuk dan bersumpah bahwa ia tidak kenal Yesus (71). Ayam pun berkokok. Petrus teringat perkataan Yesus. Ia gagal. Ia takut untuk menyerahkan atau meninggalkan segala sesuatu, khususnya hidupnya, untuk Yesus. Ia sadar dan merasakan penyesalan yang mendalam (72). Apakah yang Anda perbuat ketika menghadapi kematian demi Yesus dan Injil? Di saat-saat kritis, bersediakah kita menyerahkan hidup kita untuk Tuhan? Naluri kita sebagai manusia akan menuntun kita untuk menyelamatkan diri kita sendiri ketika iman kita diperhadapkaan dengan penderitaan, apalagi kematian. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Mengandalkan kekuatan diri jelas sia-sia. Marilah kita mengingat perkataan Yesus kepada murid-muridNya sebelum pencobaan itu datang, "berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." GBU ALL
Published with Blogger-droid v2.0.6

KONSEKUENSI DARI KETIDAKBERIMANAN

KONSEKUENSI DARI KETIDAKBERIMANAN Kejadian 27:30-40 Allah memang berdaulat, tetapi bukan berarti manusia tidak perlu bertanggung jawab atas dosanya. Ketika manusia dalam ketidaktaatannya menggenapi rencana Tuhan, ia tetap harus menanggung konsekuensi dari dosanya itu. Berkat Ishak bagi Yakub menggenapi apa yang telah Allah nubuatkan sehingga Esau tidak lagi mendapatkan berkat sulung tersebut. Walaupun Yakub mendapat berkat tersebut dengan cara menipu ayahnya, bukan berarti Esau tidak bersalah. Nama Yakub memang berarti "dia memegang tumit" dan secara figuratif berarti "dia menipu", Namun Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa kesalahan Esau sangat besar, ia dikatakan telah "memandang ringan hak kesulungannya." Ia dengan sadar menjual hak kesulungan itu kepada adiknya demi mendapatkan semangkok sup (Kej. 25:34). Dengan demikian sekarang Esau menerima konsekuensi dari perbuatannya, yaitu kehilangan berkat dari hak kesulungan tersebut. Dengan demikian Ishak terpaksa memberikan berkat yang tersisa bagi Esau. Ia akan menjadi hamba adiknya, walaupun kelak mungkin keturunannya akan melemparkan kuk tersebut dari tengkuknya (40). Mungkin ketika Esau menjual hak kesulungannya dia tidak berpikir panjang, atau memang tidak terlalu menghargai hak kesulungan tersebut. Esau memandang ringan perjanjian yang telah Allah berikan kepada Abraham, yang lalu diwariskan kepada Ishak, dan kemudian diwariskan kepada keturunan Ishak. Sekarang Esau harus menerima konsekuensi dari ketidakberimanannya. Ia mendapatkan berkat yang tersisa setelah berkat yang baik diberikan kepada Yakub. Ia memandang rendah hak kesulungannya dan sekarang tidak mendapatkan berkat dari hak kesulungan tersebut. Sebagai umat Allah yang sudah ditebus oleh Yesus Kristus, kita tidak terbebas sama sekali dari konsekuensi atas dosa kita. Kita akan menuai apa yang telah kita tabur. Marilah kita berupaya melakukan segala sesuatu dengan baik supaya kita dapat menuai buah yang baik, dan bukan yang buruk.TUJUAN MENGASIHI YG TIDAK DIKASIHI Kejadian 29:31-30:13 Allah adalah kasih. Itu sebabnya kita yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah sangat membutuhkan kasih. Kita akan merasa sangat menderita ketika kita merasa tidak dikasihi lagi. Lea tahu bahwa Yakub mencintai Rahel dan bukan dirinya, tetapi Lea berharap bahwa setelah menikahi dia, suaminya akan mengasihinya. Kepedihan hati Lea yang tidak merasa dicintai terlihat dari nama anak-anaknya. Dengan kelahiran Ruben, Lea berharap suaminya akan mencintainya (29:32). Namun harapannya tidak terwujud hingga ia diberi anak kedua karena Tuhan mendengar bahwa ia tidak dicintai (33). Dengan kelahiran Lewi, Lea berharap bahwa suaminya akan menjadi lebih erat dengan dia (34). Ia bahkan melahirkan anak yang keempat dan bersyukur atas anak tersebut (35). Ini menandakan bahwa walaupun Lea kecewa karena tidak dicintai suami, ia tetap berusaha untuk mendapatkan kasih suaminya. Kita tahu harapan Lea sia-sia karena setelah Rahel meninggal pun Yakub hanya mengasihi Rahel dan kedua anaknya, Yusuf dan Benyamin. Namun Lea bukanlah wanita yang tidak berbahagia. Tuhan terus memberkati dirinya dengan anak laki-laki. Ketika budaknya melahirkan anak yang kedua, ia memberikan nama Asyer yang berarti "Aku ini berbahagia!" (30:13). Mengapa Lea berbahagia? Karena ia memiliki Tuhan yang mengasihi dia melalui pemberian anak yang banyak. Lea seorang diri melahirkan 6 anak laki-laki bagi Yakub (30:17-20). Ini berarti sama banyaknya dengan semua jumlah anak laki-laki dari ketiga istri Yakub yang lain, Rahel, Bilha, dan Zilpa, yang masing-masing melahirkan 2 anak laki-laki. Jika kita merasa kurang dikasihi oleh orang-orang di sekeliling kita, biarlah kita mendapatkan penghiburan dan kekuatan dari Tuhan yang secara khusus memperhatikan orang-orang yang kurang dikasihi. Orang yang kita harapkan mengasihi kita mungkin tidak akan pernah mengasihi kita, tetapi jangan putus asa karena kita memiliki Pribadi yang sangat mengasihi kita, yaitu Kristus yang telah mencipta dan menebus kita. HALELUYA.
Published with Blogger-droid v2.0.6

TUJUAN MEGHASIHI YG TIDAK DIKASIHI

TUJUAN MENGASIHI YG TIDAK DIKASIHI Kejadian 29:31-30:13 Allah adalah kasih. Itu sebabnya kita yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah sangat membutuhkan kasih. Kita akan merasa sangat menderita ketika kita merasa tidak dikasihi lagi. Lea tahu bahwa Yakub mencintai Rahel dan bukan dirinya, tetapi Lea berharap bahwa setelah menikahi dia, suaminya akan mengasihinya. Kepedihan hati Lea yang tidak merasa dicintai terlihat dari nama anak-anaknya. Dengan kelahiran Ruben, Lea berharap suaminya akan mencintainya (29:32). Namun harapannya tidak terwujud hingga ia diberi anak kedua karena Tuhan mendengar bahwa ia tidak dicintai (33). Dengan kelahiran Lewi, Lea berharap bahwa suaminya akan menjadi lebih erat dengan dia (34). Ia bahkan melahirkan anak yang keempat dan bersyukur atas anak tersebut (35). Ini menandakan bahwa walaupun Lea kecewa karena tidak dicintai suami, ia tetap berusaha untuk mendapatkan kasih suaminya. Kita tahu harapan Lea sia-sia karena setelah Rahel meninggal pun Yakub hanya mengasihi Rahel dan kedua anaknya, Yusuf dan Benyamin. Namun Lea bukanlah wanita yang tidak berbahagia. Tuhan terus memberkati dirinya dengan anak laki-laki. Ketika budaknya melahirkan anak yang kedua, ia memberikan nama Asyer yang berarti "Aku ini berbahagia!" (30:13). Mengapa Lea berbahagia? Karena ia memiliki Tuhan yang mengasihi dia melalui pemberian anak yang banyak. Lea seorang diri melahirkan 6 anak laki-laki bagi Yakub (30:17-20). Ini berarti sama banyaknya dengan semua jumlah anak laki-laki dari ketiga istri Yakub yang lain, Rahel, Bilha, dan Zilpa, yang masing-masing melahirkan 2 anak laki-laki. Jika kita merasa kurang dikasihi oleh orang-orang di sekeliling kita, biarlah kita mendapatkan penghiburan dan kekuatan dari Tuhan yang secara khusus memperhatikan orang-orang yang kurang dikasihi. Orang yang kita harapkan mengasihi kita mungkin tidak akan pernah mengasihi kita, tetapi jangan putus asa karena kita memiliki Pribadi yang sangat mengasihi kita, yaitu Kristus yang telah mencipta dan menebus kita. HALELUYA.
Published with Blogger-droid v2.0.6

7/04/2012

MENDENGAR DAN MELAKUKANNYA

MENDENGAR DAN MELAKUKANNYA Matius 7:24-27 Sebagai seorang pengajar atau pemberita Firman, kita sering merasa puas dan senang ketika menemukan orang-orang yang antusias di dalam belajar Firman Tuhan. Ketika khotbah berakhir atau kelompok kecil yang kita pimpin ditutup dengan doa, rasanya selesailah tugas yang berkenaan dengan Firman. Para jemaat atau anggota kelompokpun tak jarang merasa telah menyelesaikan bagian terpenting hari itu, yaitu menjadi pendengar atau pembelajar Firman yang sangat baik. Namun, pemaknaan perumpamaan Yesus mengejutkan. Ternyata mendengarkan Firman, meski mungkin sangat antusias bukanlah perkara yang paling menentukan. Berkegiatan di seputar Firman tidak otomatis membuat hidup seseorang menjadi teguh. Orang sebaik ini masih pantas disebut bodoh karena pasti hidupnya akan porak poranda menghadapi badai kehidupan. Apa pasalnya? Fondasi yang laksana batu nan kokoh itu dibangun tidak hanya dengan mendengarkan, tetapi juga melakukan firman Tuhan. Perbedaan fondasi ini akhirnya terlihat ketika kedua rumah dalam perumpanaan itu diperhadapkan dengan tantangan berat. Yang satu roboh dan yang lainnya tetap kokoh. Jelaslah, menjadi pendengar dan pelaku Firman adalah dua hal yang sangat berbeda dan akan menimbulkan perbedaan besar. Kita perlu waspada sebab kita mungkin merasa cukup bangga dan aman dengan bangunan hidup kita. Kita merasa punya fondasi kokoh karena mungkin kita masih bisa bersentuhan dengan firman secara rutin. Namun, apa yang kita pelajari perlu kita jadikan perilaku sesehari. Setiap kebenaran seharusnya kita ubah menjadi kelakuan yang tampak. Berapa banyak yang sudah kita lakukan? Jadi, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (Matius 7:24)
Published with Blogger-droid v2.0.6

FOKUS PADA KELUARGA?

FOKUS PADA KELUARGA? Kejadian 3:1-7 Kalau kita mengumpulkan buku-buku tentang keluarga, akan ditemukan cukup banyak topik mengenai pentingnya mendengarkan pasangan kita. Ada banyak pertengkaran atau bahkan kegagalan di dalam keluarga karena masing-masing gagal menjadi pendengar bagi pasangannya. Lalu muncullah banyak tips menjadi pendengar yang baik agar keluarga menjadi harmonis. Namun dari bacaan kita, kejatuhan keluarga Adam dimulai justru saat Adam mendengarkan usulan Hawa, istrinya. Dalam sekejap mereka menjadi "sehati-sepikir" untuk sebuah keputusan besar. Entah Adam sungguh-sungguh sepakat dengan ide istrinya atau ia sekadar tak punya keberanian mengatakan tidak kepada usulan Hawa, keputusan mereka berakibat fatal. Mereka sepakat dan kompak untuk tidak taat kepada Allah. Adam tak mampu menjadi pencegah dosa bagi pasangannya. Ia gagal untuk mewujudkan kerinduan Allah agar dengan hadirnya pasangan, kehidupan mereka menjadi lebih baik (Kejadian 2:18). Betapa sering kita terpesona dengan istilah "keluarga yang harmonis". Namun seringkali itu diartikan bahwa sebagai sebuah keluarga kita harus selalu sehati-sepikir dalam hal apa pun. Ini akan menjadi jerat yang berbahaya kalau justru kekompakan keluarga menjadi lebih penting daripada ketaatan kepada Allah. Sangat baik kalau kita bisa mendengarkan pendapat pasangan. Namun jauh lebih penting untuk mendengarkan suara Tuhan Sang Kepala keluarga yang sesungguhnya. Bahkan terkadang adu argumentasi justru diperlukan agar kepentingan Allah yang menang. "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya." (Kejadian 3:6)
Published with Blogger-droid v2.0.6

ORANG TUA DAN KERETAKAN DALAM KELUARGA

ORANG TUA DAN KERETAKAN DALAM KELUARGA Kejadian 27:41-28:9 Orang tua yang tidak bijaksana dapat menimbulkan banyak masalah dalam keluarga. Ishak dan Ribka secara membabi buta membela anak kesayangan masing-masing. Tindakan yang mereka lakukan berakibat buruk dalam relasi antara Esau dan Yakub dan memecah belah keluarga tersebut. Perpecahan timbul akibat orang tua pilih kasih terhadap anak-anak mereka. Tak heran bila ada rasa dendam di kemudian hari. Namun yang diperbuat Ribka ialah kembali memisahkan kedua anaknya jauh-jauh agar tidak saling bertemu. Dengan alasan supaya Yakub mendapatkan seorang istri dari sanak keluarganya, maka Ribka mengirim Yakub ke rumah Laban disertai berkat Ishak, ayahnya. Karena Ribka merasa gusar dengan istri-istri Esau yaitu perempuan Het (26:35, 27:37, 28:8). Sayang sekali Ribka, sebagai ibu, menjadi inisiator perpecahan di antara anak-anaknya dengan dasar kasih mereka yang egois dan persoalan mereka sendiri tanpa menyelesaikan persoalan yang sebenarnya terjadi. Di kemudian hari perpecahan ini berlanjut di antara keturunan Esau dan Yakub, yaitu Israel dan Kanaan. Sungguh tragis. Inilah akibat dari dosa orang tua yang tidak taat kepada Allah. Ishak bersikeras memberkati Esau walau sudah tahu bahwa hal itu tidak sesuai kehendak Allah, sementara Ribka memakai penipuan untuk memaksakan penggenapan nubuat Tuhan atas Yakub tentang berkat anak sulung. Kepergian Yakub menunjukkan betapa keluarga yang semula tinggal bersama kemudian terpencar karena pertikaian saudara. Ribka sendiri menanggung akibat yang berat dari penipuannya karena setelah Yakub pergi, ia tidak pernah lagi berjumpa dengan Yakub. Ribka meninggal sebelum Yakub kembali pada keluarganya. Peranan orang tua sangat penting dalam perjalanan rumah tangga dan keharmonisan keluarga. Karena itu sebagai orang tua, marilah kita belajar untuk selalu taat pada kehendak Tuhan atas keluarga kita. Kita juga harus senantiasa memohon hikmat dari Tuhan supaya kita mampu membimbing anggota keluarga kita untuk senantiasa taat pada-Nya. "Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: "Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh." (Kej 27:41)

Published with Blogger-droid v2.0.6

6/24/2012

SELAMATKANLAH MEREKA

"Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu? (1 kor 7:16)
Dan engkau hai bapa-bapa dan engkau hai ibu-ibu apakah engkau tidak akan menyelamatkan anak-anakmu?
Published with Blogger-droid v2.0.6

PERTEMUAN ILAHI

PERTEMUAN ILAHI Kisah Para Rasul 8:26-40 Saya sering kagum dengan para penjaja makanan atau barang dagangan. Mereka tahu bahwa tidak semua orang yang mereka tawari akan membeli. Akan tetapi, toh mereka terus tanpa jemu menjajakannya karena yakin bahwa sekali waktu akan ada yang tertarik dan membeli. Hal ini berbeda dengan salah satu alasan yang dimiliki oleh orang kristiani dalam menolak membagikan Kabar Baik. Mereka takut menghadapi penolakan dan karena itu mereka memilih untuk tidak berangkat dan memberitakannya. Kita mungkin tidak pernah menduga akan ada orang seperti sida-sida dari Etiopia ini. Ia sedang dalam perjalanan sembari membaca gulungan kitab Yesaya. Firman Allah dan Roh Kudus melakukan pekerjaan ajaib di dalam kesenyapan. Ia sangat mengharapkan ada seseorang yang menerangkan arti Firman tersebut. Ya, ia seperti ikan yang mencari nelayan! Ketika Filipus berangkat menjumpainya, ia berhadapan dengan sebuah tugas yang relatif mudah. Filipus seperti memasukkan kail ke mulut ikan yang menganga. Sebuah kesempatan yang tidak selalu didapatkan, tetapi kalau ia enggan untuk berangkat maka kesempatan ini pun akan lewat. Sangat mungkin ada orang-orang yang sedang menunggu pertemuan ilahi dengan kita. Ada orang-orang yang sudah sangat siap untuk mendengarkan Injil dan memberikan respons yang tepat. Mungkin itu adalah salah satu kesempatan yang hanya bisa kita dapatkan ketika kita mau berangkat. Maka, taat dan berangkatlah! Berdoalah agar kita menjumpai pertemuan-pertemuan ilahi yang telah Dia persiapkan. PERTEMUAN ILAHI TAK AKAN KITA JUMPAI KALAU KITA TIDAK PERNAH MAU MEMULAI BERSAKSI.
Published with Blogger-droid v2.0.6

6/20/2012

SUKACITA DAN PENUH ROH KUDUS

BERSUKACITA DAN PENUH ROH KUDUS Kisah Para Rasul 13:50-14:7 Orang yang hidupnya penuh sukacita dan penuh dengan Roh Kudus belum tentu merupakan orang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya atau orang yang selalu mengalami kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman pelayanan Paulus dan Barnabas di berbagai tempat dan daerah, penuh dengan dinamika, baik berupa tantangan bahkan ancaman penganiayaan atas diri mereka maupun penerimaan jemaat atas kehadiran mereka. Apa pun yang mereka hadapi, pelayanan mereka memberikan sukacita bagi diri mereka sendiri maupun bagi jemaat yang menerimanya. Orang yang bersukacita dan penuh Roh Kudus adalah orang yang tidak menjadi kecewa ketika pelayanan mereka ditolak. Bahkan dengan penuh keyakinan mereka melihat penolakan itu bukan sebagai suatu kegagalan di pihak mereka melainkan sebagai tanda bahwa daerah tersebut telah ditolak oleh Tuhan (13:51). Penuh dengan sukacita dan Roh Kudus ditandai pula oleh keberanian dalam mengajar dan memberitakan Injil. Keberanian yang ada di sini bukan timbul oleh perasaan sombong yang semu melainkan oleh keyakinan yang kokoh kepada Tuhan (14:3). Paulus dan Barnabas menghadapi kesulitan yang tidak sedikit, bahkan kehidupan penuh bahaya telah mereka lalui, tetapi semua hal itu tidak menyurutkan semangat mereka dalam memberitakan Injil dimana-mana. Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya? Apakah hati kita bersuka hanya ketika segala sesuatu sedang berjalan dalam kondisi lancar? Bagaimana jika kita harus menghadapi begitu banyak tantangan yang hebat di dalam pelayanan kita, akan menjadi muram dan tawar hatikah kita? Belajar dari Paulus, marilah kita biarkan kuasa Roh Kudus memenuhi kita dan biarlah kita bisa menikmati sukacita yang dari dalam yaitu sukacita yang tidak dipengaruhi oleh keadaan di luar diri kita. Tantangan selalu datang dan kita harus siap menghadapinya. Namun jangan takut, jika kita sungguh berpegang pada firman-Nya maka kuatlah kita. "....... Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. (Kis 14:3)
Published with Blogger-droid v2.0.6