Secara aktif, Allah menggenapi kehendak-Nya bagi dunia ini. Yudea dan Samaria sudah menikmati kasih karunia yang begitu besar itu. Maka tiba saat bagi ujung bumi untuk juga mendapatkan kesempatan.
Seorang pejabat negara Etiopia, salah satu wilayah yang terbilang ujung bumi pada masa itu, sedang dalam perjalanan ke Yerusalem. Kalau kita melihat jabatannya, tak dapat disangkal bahwa dia adalah orang penting di negerinya. Meski demikian, dia datang bukan dalam rangka melakukan perjalanan dinas, melainkan karena ingin beribadah di Yerusalem. Ternyata kesuksesannya dalam karier tidak membuat dia abai akan kebutuhan rohaninya. Sebab itu dia mencari Tuhan.
Tuhan mengambil kesempatan istimewa itu dan mengarahkan Filipus ke Gaza untuk menemui si pejabat Etiopia. Sekali lagi Roh Kudus memimpin Filipus untuk menginjili seseorang, dan orang itu bukan berasal dari ras Yahudi. Maka mau tidak mau, Filipus harus menghancurkan sekat ras dan mendampingi sang pejabat untuk menjelaskan tentang "Hamba yang menderita", seperti yang tertulis dalam nubuat Yesaya. Melalui penjelasan Filipus, sida-sida Etiopia itu memperoleh apa yang dia cari selama ini dengan ketekunannya beragama Yahudi yaitu tersingkapnya rahasia Injil bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang menderita sengsara demi menanggung dosa dunia. Maka sebagai respons, sang pejabat Etiopia memberi diri dibaptis. Lukas mencatat bahwa pembesar Etiopia itu meneruskan perjalanannya dengan sukacita, suatu ungkapan ekspresi dari orang yang bertobat.
Pertobatan pejabat Etiopia itu menunjukkan bahwa Injil bersifat inklusif. Tidak ada halangan baik yang bersifat fisik, ras, atau kondisi geografis yang dapat membuat manusia tidak terjangkau Injil. Karena Allah memang berkehendak agar orang dari berbagai ras datang dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Kiranya kehendak Allah itu menjadi kerinduan kita juga. Doakanlah orang-orang yang peradabannya tidak tersentuh modernitas, agar kasih karunia Tuhan menjangkau mereka juga hingga dapat mendengar Injil.
Published with Blogger-droid v1.7.4
No comments:
Post a Comment